Pameran Budaya Humanis

Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Ayang, Anthony, Benny, Elvana, dan Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto
Gathering pendidikan menghadirkan Bodhisatwa-bodhisatwa Cilik untuk turut mengisi acara dengan memperlihatkan kebolehan masing-masing di bidang musik, yaitu piano dan biola.

Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru, mengadakan acara Pameran Jing Si dan Budaya Humanis Tzu Chi sebagai penutup tahun 2012 pada tanggal 16 Desember hari Minggu. Jalinan berkah kali ini, sungguh unik. Dimana pada hari yang sama, pameran dilakukan di dua tempat yang sarat dengan pengunjung setia. Yakni: Mal Ciputra Seraya dan Mal Pekanbaru.

 

 

Ruang yang minimalis tidak membuat relawan kehilangan akal untuk menyulap tempat berukuran Panjang 10 meter dan Lebar 3 meter (Mal Pekanbaru) ini menjadi ruang pameran yang berbudaya humanis Tzu Chi. Sedangkan di Mal Ciputra Seraya, Tzu Chi mendapat ruang gerak yang lebih besar yakni Panjang 30 meter dan Lebar 6,5 meter. Dengan tempat yang cukup luas inilah, selain diadakan pameran juga sekaligus diadakan Gathering Pendidikan (Kelas Budi Pekerti).

Isi acara gathering pendidikan hampir sama seperti yang diadakan tahun sebelumnya. Namun, ada sedikit spesial. Yakni, dihadirkan Bodhisatwa cilik yang berbakat dalam bidang musik yaitu biola dan piano untuk memainkan lagu-lagu Tzu Chi. Dan yang lebih menyentuh hati pengunjung adalah dengan disuguhkannya sebuah drama dari kisah “Segelas Susu Hangat”.

foto  foto

Keterangan :

  • Penonton yang tersentuh dengan menyaksikan drama “Segelas Susu Hangat”. Salah satunya Mulati Shijie  yang merindukan keluarga terutama kedua orang tuanya yang telah tinggal terpisah dari dirinya (kiri).
  • Senyum penuh sukacita ini selalu menghiasi wajah relawan dalam setiap kegiatan Tzu Chi (kanan).

“Segelas Susu Hangat” mengingatkan kita akan Kata Renungan Master
Sering kali, berbakti selalu diartikan dengan pemberian secara materi. Ketika tumbuh dewasa, akan mencari uang yang banyak untuk Mama dan Papa. Akan mengajak Mama dan Papa keliling dunia. Namun, akankah hari itu tiba duluan, atau ketidakkekalan yang akan duluan menghampiri. Sesungguhnya, berbakti tidaklah harus dengan materi yang berlimpah. Selalu menuruti nasehat orang tua, menghormati orang tua, tidak membuat orang tua khawatir, memenuhi permintaan yang sederhana sudah merupakan wujud bakti kita kepada orang tua. Seperti halnya yang dikisahkan dalam drama “Segelas Susu Hangat”. Ketika Mama sedang sakit dan meminta dibuatkan segelas susu hangat, sang anak karena kecapean tidak dapat membuatkannya langsung pada saat itu juga. Hingga esok harinya, Mama disadari sudah dalam keadaan tiada nafas. Sebuah permintaan terakhir yang sederhana yang tidak dapat dipenuhi, hanya menjadi penyesalan yang mendalam bagi Lita yang diperankan oleh Liliana Shijie . Makna dalam drama ini merujuk pada Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi: “Di dunia ini ada dua hal yang tidak dapat ditunda. Yakni berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”.

Drama yang diperankan oleh relawan Tzu Chi ternyata telah menyentuh sanubari pengunjung Mal. Generasi muda yang bernama Yaya, saat ini baru berumur 17 tahun dan telah merantau di Pekanbaru selama 5 bulan. Melihat kisah drama “Segelas Susu Hangat” ini Yaya merasa sedih dan mengingatkannya kepada orang tua yang kini berada di Jawa. Sebagai perantau di Pekanbaru dan bekerja di toko buah, Yaya merasa belum bisa memberikan apa-apa buat orang tuanya. Yaya bertekad akan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.

Tak hanya Yaya, Mulati Shijie  yang juga merupakan Mama dari Bodhisatwa cilik bernama Alfred. “Orang tua saya ada di Jawa. Saya jadi ingin pulang dan melihat orang tua saya”. inilah  perasaan yang dikemukakan oleh Mulati Shijie  setelah menyaksikan drama.

foto  foto

Keterangan :

  • Setiap hal yang dilakukan oleh relawan selalu diiringi dengan senyum dan tawa dengan harapan bahwa senyum akan dapat menular pada sekeliling (kiri).
  • Dengan rasa hormat dan penuh semangat setiap relawan pada masing-masing stan memperkenalkan Jing Si dan budaya humanis Tzu Chi. Memberikan senyuman terindah juga merupakan budaya humanis Tzu Chi (kanan).

Jalinan Jodoh akan segera tiba
Pameran Jing Si dan Budaya Humanis menghadirkan peluncuran buku Master Cheng Yen terbaru yaitu tulisan berjudul “Membeli Kebijaksanaan” dan “Ilmu Ekonomi Kehidupan”. Diantara pengunjung yang terbilang cukup padat, ditemukan sepasang suami istri yang telah dari awal mengikuti acara pameran dari lantai atas gedung Mal. Sepasang suami istri ini ternyata berasal dari Padang. Dan mereka pernah mendengar Tzu Chi di Padang. Ketika gempa tahun 2009, sang istri mengungsi di rumah sepupunya yang ternyata adalah Ketua Tzu Chi Kantor Penghubung Padang. Saat itu, sepupu tersebut sedang mengadakan rapat dengan relawan lainnya untuk membahas pertolongan yang akan diberikan bagi korban bencana. Namun saat itu, sang istri hanya sekedar tahu bahwa sepupunya dan orang-orang yang ada di dalam rumah adalah relawan Tzu Chi. Hanya kata Tzu Chi.

Dan kini, sang suami dimutasikan kerja ke Pekanbaru. Mereka berdominisili cukup jauh dari tengah kota. Yaitu daerah Panam, Pekanbaru. Mereka pun tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Tzu Chi di Pekanbaru. Dengan mempertimbangkan daerah tempat tinggal yang jauh dan masih tergolong baru di kota ini, membuat mereka tidak fleksibel untuk mencari kantor penghubung Tzu Chi Pekanbaru. Namun sepasang suami istri ini bertekad, akan menyediakan waktu luang untuk menapakkan kaki di Rumah Tzu Chi Pekanbaru dan mengenal lebih dekat tentang Tzu Chi.

Fashion Show Produk DA.AI Tech
Selain pameran Jing Si dan Budaya Humanis Tzu Chi, tak lupa kita memperkenalkan produk-produk yang berasal dari bahan daur ulang yang ramah lingkungan yaitu DA.AI Technology. Produk DA-AI Tech yang dikenalkan antara lain seperti: baju kaos kerah lengan pendek, baju kaos kerah lengan panjang, tas jinjing, tas tangan, topi, bando tangan dan bando kepala. Model yang tampil tentu saja bukan berasal dari professional. Namun mereka adalah relawan Tzu Chi yang serba bisa.

Di penutup acara gathering pendidikan, relawan tim amal telah mempersiapkan anak asuh untuk turut mengisi acara dengan menampilkan isyarat tangan “Satu Keluarga”. Tak hanya anak asuh yang memperagakannya. Seluruh relawan dan Bodhisatwa cilik pun ikut serta. Dengan keseragaman, saling bergandengan tangan membentuk lingkaran besar, telah memberikan sentuhan yang indah dan makna yang tersampaikan dalam lagu “Satu Keluarga” ini. Bella beserta sahabat pun dengan spontanitas turut memperagakan isyarat tangan walau mereka belum mengenal Tzu Chi sebelumnya.

  
 

Artikel Terkait

Sebuah Persamuhan Yang Sangat Berkesan

Sebuah Persamuhan Yang Sangat Berkesan

18 September 2013 Sutra Makna Tanpa Batas ditampilkan oleh muda mudi Tzu Ching, mereka melakukan pementasan dengan sangat baik dan begitu menjiwai layaknya pemain yang sudah senior. Para tamu terlihat menikmati acara demi acara.
Memberikan Bantuan kepada Korban Banjir

Memberikan Bantuan kepada Korban Banjir

30 Januari 2013 Di beberapa kelurahan, rumah warga juga mulai terendam air.  Siklus banjir 10 tahunan yang kerap terjadi di Bandar Lampung masih sangat jauh.
Gempa Nepal: Mengenang Masa 20 Tahun Silam

Gempa Nepal: Mengenang Masa 20 Tahun Silam

26 Mei 2015 Jalinan jodoh kembali membawa relawan Tzu Chi untuk berkunjung ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Nepal yang diresmikan 20 tahun lalu.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -