Pameran Foto: Dari Alam untuk Kemanusiaan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto, Rudi Darmawan (He Qi Barat)Membuka Pameran Foto “Dari Alam Untuk Kemanusian”, dilakukan pengguntingan pita oleh Ketua (Liu Su Mei, kedua dari kiri) dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (Sugianto Kusuma, keempat dari kiri) beserta para relawan dan tamu undangan lainnya.
Lima puluh satu foto terbingkai dengan indah memenuhi separuh ruangan Xi She Ting, Aula Jing Si Lt. 1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dengan cara yang berbeda, para fotografer berinisiatif untuk turut berperan aktif dalam pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Satu jam tepat setelah pembukaan Pekan Amal Tzu Chi pada Sabtu, 31 Oktober 2015, jam 10 siangnya dilakukan pembukaan Pameran Foto bertemakan “Dari Alam untuk Kemanusiaan” yang menampilkan karya 15 fotografer yang berasal dari berbagai kalangan: fotografer profesional, pengusaha, pekerja, relawan Tzu Chi, pecinta dan pehobi fotografi.
Dibuka dengan prosesi pengguntingan pita, pameran foto yang ditujukan untuk penggalangan dana Rumah Sakit Tzu Chi ini pun dimulai. Foto-foto yang dipamerkan ini akan “dilepas” kepada tamu undangan dan pengunjung yang berminat, di mana dananya seluruhnya akan digunakan untuk kepentingan pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Foto-foto yang ditampilkan sendiri merupakan foto-foto bertemakan keindahan nusantara (gunung, pantai, udara, dan lautan). “Apa yang diberikan ini istimewa. Mereka (fotografer) menyumbangkan apa yang mereka sukai. Banyak orang enggan melepas barang kesayangan miliknya, tetapi para fotografer ini justru memberikan apa yang mereka sukai,” kata Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam sambutannya.
Jeffry Surianto, fotografer yang turut menyumbangkan karya-karya
terbaiknya, menerangkan proses pengambilan gambar kepada Wakil Ketua Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma.
(Dari kiri ke kanan) Herman Djuhar, Jeffry Surianto, dan Kaufik Anril tengah saling berbagi cerita dan pengalaman unik saat pengambilan foto mereka.
Foto-foto yang menarik ini dikemas dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen (pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi) yang sesuai dengan filosofi yang tersirat di dalamnya. Seperti foto Kawah Ijen, karya Herman Djuhar, seorang pengusaha yang juga seorang pecinta fotografi. Keindahan Kawah Ijen dan aktivitas para pencari belerang menggambarkan perjuangan hidup para pekerja yang harus menempuh resiko demi mencari nafkah keluarga. “Suatu pekerjaan akan terasa sulit jika tidak dikerjakan, dan suatu pekerjaan akan terasa jauh jika tidak dijalani”, kata-kata bijak dari Master Cheng Yen ini merangkum semua aktivitas di dalam foto tersebut, dimana meski sulit, pekerjaan itu akan tetap bisa diselesaikan jika kita memiliki tekad dan tujuan yang jelas. Foto ini pun mendapatkan apresiasi besar dari pengunjung. “Untuk mendapatkan gambar ini, saya harus berkali-kali menunggu momentum. Apalagi jalur menuju tempat ini sangat berbahaya. Kita harus berjuang untuk mengambil gambar ini,” kata Herman.
Ada Passion di Dalamnya
Ide untuk mengadakan pameran foto ini sendiri muncul dari keinginan dari beberapa fotografer untuk turut berkontribusi dalam pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. “Awalnya dari pertemuan singkat dengan Pak Herman yang memiliki banyak koleksi foto yang luar biasa,” kata Paulus, salah satu inisiator kegiatan ini, “kami berharap karya yang indah ini bisa dinikmati oleh banyak orang dan bisa menginspirasi. Apalagi untuk mengambil gambar-gambar ini para fotografer harus berjuang, mereka bukan hanya sekadar hobi, tapi ada passion di dalamnya."
Alfonso Reno menjelaskan untuk pengambilan gambar di Sawarna ini, ia harus menunggu selama tiga jam untuk mendapatkan momen terbaik.
Sebenarnya rencana awalnya sendiri adalah untuk membuat buku kumpulan fotografi dari berbagai fotografer di Indonesia yang mengusung tema keindahan alam nusantara. Dan bertepatan dengan akan diadakannya Pekan Amal Tzu Chi maka muncul gagasan untuk mengadakan pameran foto. “Memang jalinan jodoh yang sangat kuat, karena dalam waktu yang begitu singkat semua bisa berjalan dan mengalir dengan lancar,” kata Paulus.
Semangat yang sama mempertemukan Herman Djuhar dan Paulus untuk mengagas acara ini. “Untuk Tzu Chi kita dah nggak ragu lagi. Apa yang bisa kita berikan, kita berikan yang terbaik,” kata salah satu anggota direksi PT Bogasari ini. Ada 10 foto terbaik milik Herman yang terpilih dalam pameran ini. “Selama ini foto-foto saya hanya untuk koleksi pribadi saja, tidak pernah dipamerkan. Tapi kali ini demi untuk pembangunan Rumah sakit Tzu Chi kita pilihkan yang terbaik,” kata pria yang fotonya pernah terpilih untuk pembuatan kalender oleh salah satu mantan Presiden Republik Indonesia.
Partisipasi dalam Kemanusiaan
Selain Herman, ada pula Jeffry Surianto, fotografer yang turut menyumbangkan karya-karya terbaiknya. “Saya dan teman-teman tergerak untuk turut berpartisipasi. Kita sumbangkan apa yang bisa kita berikan,” ujarnya. Jeffry menceritakan pengalamannya dalam pengambilan gambar di setiap fotonya. Salah satunya adalah foto tentang sebuah menara mercusuar di Belitung. Untuk mendapatkan momen terbaik, Jeffry harus bolak-balik ke Belitung lebih dari 30 kali. “Kadang untuk ambil gambar lainnya juga,” terangnya. Menurut Jeffry, semua wilayah Indonesia indah sehingga patut untuk diabadikan. Terkadang untuk mendapatkan gambar yang bagus, ia harus rela bangun jam tiga pagi.
Ada pula Alfonso Reno yang dua fotonya terpilih untuk dipamerkan. Salah satunya adalah tentang keindahan alam Sawarna, pantai di wilayah wilayah Lebak, Banten. Untuk mendapatkan gambar ini Alfonso harus berdiri selama tiga jam untuk mendapatkan momen terbaik, yakni saat ombak berdebur kencang menghantam tebing. Alfonso yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja bawah air (underwater services) penyambungan pipa-pipa bawah laut berharap para fotografer lain tergerak untuk turut bersumbangsih. “Banyak orang bilang yang paling beruntung adalah orang yang pekerjaannya sesuai dengan hobinya, tapi bagi saya ini lebih beruntung, bagaimana dari sebuah hobi bisa juga sambil beramal,” ungkapnya.
Artikel Terkait
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Muara dari Kumpulan Cinta Kasih
24 April 2018Pekan Amal Nyonya Cang Vegetarian
14 Juni 2024Memeriahkan perayan Festival Duan Wu atau Bakcang, Tzu Chi Batam mengadakan Pekan Amal Nyonya Cang Vegetarian di Aula Jing Si Batam. Pekan amal tahun ini berhasil menerima pesanan 513 paket Nyonya Cang.
Pekan Amal Tzu Chi 2015: Sebuah Pengalaman yang Berharga
31 Oktober 2015Pada Sabtu, 31 Oktober dan Minggu, 1 November 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pekan Amal Tzu Chi guna menggalang dana bagi pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Para relawan yang ikut membantu jalannya pekan amal ini juga mendapatkan pengalaman berharga.