Pameran Kesatuan Hati (Bag. 2)

Jurnalis : Relawan Tzu Chi Pekanbaru, Fotografer : Anthony, Elvana, Santi Mitra Sari (Tzu Chi Pekanbaru)

fotoTak hanya mengenalkan sejarah Tzu Chi dan buku-buku produk Jing Si, relawan juga menjelaskan pentingnya pelestarian lingkungan.

Sosialisasi Pelestarian Lingkungan
Di stan pelestarian lingkungan, terdapat 10 gantungan bulat yang bertuliskan huruf kanji  yang jika dibaca dalam bahasa mandarin yakni “ping, ping, guan, guan, zhi, dian, yi, shan, wu, qi” dimana sepuluh huruf ini mewakili barang-barang yang dapat didaur ulang, yakni, botol plastik,botol kaca, kaleng besi, kaleng aluminium, jenis-jenis kertas, alat elektronik, baju, “3 C” (computer, communication, component electronic), metal (tembaga, besi, kuningan, baja, stainless steel), dan lain-lain seperti payung dan sepeda.

Yuli Endi Shijie, salah satu relawan pelestarian lingkungan yang menjadikan rumahnya sebagai tempat penampungan barang-barang daur ulang ini awalnya sangat tidak percaya diri ketikadirinya mendapat lahan berkah di bagian pelestarian lingkungan. Namun pada saat pameran terlihat dengan sangat lancar ia mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan tentang barang-barang yang dapat didaur ulang, mengenalkan bahwa  mempunyai Tzu Chi Pekanbaru juga memiliki depo pelestarian lingkungan, dan juga tidak lupa mensosialisasikan kepada pengunjung bahwa barang-barang tersebut juga harus dijaga kebersihannya.

Banyak pengunjung merasa sangat kaget dan tidak percaya ketika relawan mengatakan bahwa dengan dua belas botol plastik dapat membuat satu helai baju. “Saya tidak tahu kalau botol-botol ini ternyata bisa berguna. Tadi saya barusan membuang satu botol shampo, saya akan mulai mengumpulkannya,” ujar salah satu pengunjung. Stan pelestarian lingkungan ini sungguh sangat menarik perhatian dari pengunjung. Apalagi pengunjung bisa melihat langsung produk-produk DAAI Technology, dengan bahan baku dari barang-barang daur ulang namun bisa menghasilkan produk-produk yang berguna dengan kualitas bagus.

Di sela-sela sore hari menjelang malam, pada hari kedua pameran, Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs. H. Masrul Kasmy, M.Si. juga datang mengunjungi pameran Tzu Chi bersama keluarganya. “Dengan penjelasan tentang pelestarian lingkungan dan pemberdayaan barang daur ulang, ini bisa membantu mengatasi masalah sampah di masyarakat dan bisa memberi nilai tambah bagi masyarakat,” kata Drs.H.Masrul Kasmy,M.Si.

Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang ibu. Beliau juga mengundang relawan untuk memberikan sosialisasi pelestarian lingkungan di perkumpulan pengajian di lingkungannya bahkan dia juga bersedia ikut kegiatan Tzu Chi. Nampaknya sekarang ini semakin banyak yang sadar pentingnya  melestarikan lingkungan. “Mari bersama-sama mewariskan sebuah dunia yang bersih bagi anak cucu kita,” katanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu cara melestarikan lingkungan yaitu dengan membawa alat makan yang ramah lingkungan. (kiri)
  • Para Bodhisatwa cilik ikut hadir meramaikan pameran dengan menampilkan isyarat tangan.
    (kanan)

Kelas Budi Pekerti dan Budaya Humanis Isyarat Tangan
Hari kedua pameran, Minggu 11 september 2011, bertepatan dengan jadwal kelas budi pekerti Er Tong Ban (untuk anak kelas 3 – 6 Sekolah Dasar). Kelas yang biasanya diadakan di kantor penghubung tersebut kemudian dipindahkan ke tempat pameran. Karena ini adalah pameran yang pertama kalinya diadakan Tzu Chi Pekanbaru, maka tim pendidikan tersebut juga tidak  ketinggalan untuk membawa para xiao pu sa (Bodhisatwa Cilik) ikut bersumbangsih di pameran ini. Kelas terbagi menjadi dua sesi: pagi dan siang. Xiao pu sa kemudian bersama-sama menyanyikan lagu Er Tong Ban sambil memeragakan isyarat tanganyang berjudul Tzu Chi Xiao Pu Sa yang artinya Bodhisatwa Cilik.

Christine dan Rinjani, kemudian membaca dan memeragakan isyarat tangan Kata Perenungan Master  Cheng Yen. Dua Bodhisatwa cilik ini membawakan Kata Perenungan Master Cheng Yen dalam dua bahasa: Mandarin dan Indonesia. Kedua Bodhisatwa cilik ini tampak kompak di atas pentas. Selain penampilan dari Christine dan Rinjani, juga ada penampilan isyarat tangan beberapa lagu Tzu Chi dari Xiao Pu Sa lainnya seperti lagu “La Che Xiang Qian Xing”( Mendorong Kereta Maju Ke Depan), Ciak Chai Siong Kai Can (Makan Sayuran Paling Menggagumkan), dan juga lagu Satu Keluarga. Mereka tampak begitu semangat memeragakan isyarat tangan lagu-lagu tersebut.

Hong Thay Shixiong kemudian mengajak para Xiao Pu Sa untuk bersama-sama membacakan empat bait Pertobatan Besar, yang menjadi backdrop pentas. Setelah membaca, xiao pu sa juga diajarkan memeragakan isyarat tangan lagu tersebut. Para xiao pu sa pun tampak bersungguh hati mempelajari isyarat tangan ini, dan mereka pun bisa menguasai isyarat tangannya. Setelah siap menampilkan dan belajar isyarat tangan, xiao pu sa kemudian bersama duifu mama (mentor) menelusuri poster demi poster sejarah Tzu Chi. Mereka tampak tertib mengikuti dan mendengar penjelasan dari duifu maupun relawan di bagian penjelasan poster. Diharapkan melalui penjelasan dari poster, mereka bisa lebih memahami asal usul Tzu Chi.

Selain partisipasi dari xiao pu sa, anak-anak Tzu Shao juga tidak mau melewatkan kesempatan untuk ikut bersumbangsih di pameran ini. Ada sebagian yang sejak dari hari pertama pameran menampilkan isyarat tangan yang menjadi budaya humanis Tzu Chi. Namun bagi sebagian pengunjung, penampilan isyarat tangan ini adalah sesuatu yang baru. Karena pada dasarnya anggapan orang, isyarat tangan adalah bahasa bagi para penyandang tunarungu dan tunawicara, maka melalui penampilan isyarat tangan di pameran ini, dapat mengubah pola pikir bahwa sesungguhnya isyarat tangan juga adalah bagian dari budaya humanis.

foto  foto

Keterangan :

  • Wakil Bupati Kepulauan Meranti juga datang mengunjungi pameran Tzu chi bersama keluarganya.
    (kiri)
  • Melalui pameran ini diharapkan dapat membuat relawan lebih memahami Tzu Chi dan dapat menjalin jodoh baik dengan banyak orang melalui Dharma Master Cheng Yen. (kanan)

Gotong Royong dan Kekompakkan
Minggu, 11 September 2011, sekitar jam 22.00 WIB, pameran poster sejarah Tzu Chi dan Buku Jing Si ditutup dengan doa bersama. Hong Thay Shixiong mengucapkan Gan En kepada semua relawan yang telah bersumbangsih bukan hanya selama satu dua hari saja, namun persiapan-persiapan selama sebulan sebelumnya, sehingga kegiatan pameran bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Akhirnya relawan pun bergotong royong membereskan tempat pameran. Satu tangan bergerak, ribuan tangan bergerak, dalam waktu yang tidak lama relawan sudah siap membereskan auditorium Mal Ciputra Seraya yang selama dua hari telah menjadi tempat bagi para relawan untuk menjalin jodoh baik dan mengenalkan kepada masyarakat luas akan kewelasasihan dan cinta kasih universal dari Master Cheng Yen .

Kekompakkan relawan bukan hanya pada saat menata susunan ataupun membereskan tatanan. Relawan yang bertugas di stan masing-masing tidak hanya menjaga stan-nya sendiri saja, seperti relawan di Tzu Chi Corner, mereka juga akan membawa pengunjung mengunjungi stan lainnya seperti stan Jing Si ataupun stan pelestarian lingkungan dan stan lainnya. Begitu juga dengan relawan di stan Jing Si, mereka juga akan mengenalkan pengunjung untuk mengunjungi poster sejarah Tzu Chi. Semua ini adalah wujud dari kesatuan hati setiap relawan untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada lebih banyak orang seperti yang dituturkan oleh Lutiana Shijie, relawan Tzu Chi Pekanbaru lainnya. ”Melalui pameran ini kita memperkenalkan Tzu Chi ke kalangan masyarakat luas dengan harapan bisa mengajak lebih banyak orang untuk dapat berpartisipasi, juga memperkenalkan semangat cinta kasih universal Tzu Chi, sehingga bisa menginspirasi masyarakat untuk bersama-sama menebarkan cinta kasih universal,” ucapnya.

“Sesungguhnya pameran ini adalah pameran kebersamaan dan kekuatan tekad bersama para relawan Pekanbaru untuk mendalami Dharma Master Cheng Yen dan proses pembelajaran menjadi murid Jing Si dengan  memperkenalkan Yayasan Tzu Chi dan spirit Cinta kasih universal Master Cheng Yen kepada masyarakat Pekanbaru melalui pameran poster sejarah dan visi misi Tzu Chi,” ungkap Hong Thay Shixiong. Chia Shixiong selaku koordinator pameran ini merasa begitu bahagia atas pameran ini dan sangat berharap kegiatan pameran ini bisa menjadi satu kegiatan tahunan Tzu Chi Pekanbaru. ”Melalui pameran poster sejarah Tzu Chi dan Buku Jing Si, dengan sendirinya membuat relawan semakin lebih memahami Tzu Chi itu sendiri. Apalagi di pameran kali ini, para relawan mempunyai kesempatan menjalin jodoh baik dengan banyak orang melalui Dharma Master Cheng Yen. Arah dan tujuan  dari pameran ini benar-benar tercapai,” ucap Chia Shixiong.

Mei Jiao Shigu yang merupakan benih awal Tzu Chi di Pekanbaru menuturkan hal serupa, beliau merasakan kebahagiaan melihat semua relawan bersatu hati, harmonis, saling menyayangi dan bergotong royong dalam menyukseskan pameran ini. Tentunya kebahagiaan yang dirasakan oleh Mei Jiao Shigu ataupun Chia Shixiong, juga dirasakan oleh setiap relawan yang telah bersumbangsih tanpa pamrih dalam pameran ini. Semoga pameran ini sudah memberikan manfaat selain bagi relawan sendiri, juga masyarakat luas khususnya di Pekanbaru.

 

Selesai


Artikel Terkait

Baksos Tzu Chi Palembang, Memacu Warga untuk Hidup Lebih Sehat

Baksos Tzu Chi Palembang, Memacu Warga untuk Hidup Lebih Sehat

10 September 2019

Dengan perasaan bahagia, juga diiringi cuaca cerah, Tzu Chi Palembang kembali mengadakan bakti sosial degeneratif tahap III, Minggu 1 September 2019.

Belajar Memasak, Makan Cermat, dan Hidup Sehat

Belajar Memasak, Makan Cermat, dan Hidup Sehat

13 September 2024

Belajar memasak dengan Master Chef, Tjoeng Sioe Fong dan Erine Fabiand, Juara II lomba masak Vegetarian di bulan Tujuh Penuh Berkah. Cara Masak Spaghetti Bolognese Vegetarian di Tzu Chi Center PIK Jakarta bersama orang tua murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.

Membina Karakter Murid Melalui Celengan Bambu

Membina Karakter Murid Melalui Celengan Bambu

29 Desember 2022

Tzu Chi Selatpanjang menjalin jodoh baik dan mengalang hati di Sekolah Eka Edukasi Cahaya dengan pembagian celengan pada Kamis 22 Desember 2022. 

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -