Pameran Pengenalan Tzu Chi : Sebersit Niat
Jurnalis : Suyanti Samad, Felicite Angela Maria (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad, Kurniawan (He Qi Timur)I Putu Arisputra (baju biru) akan menanamkan kebiasaan berbagi kepada anaknya. “Uang sekecil itu bisa membantu sesama,” kata I Putu pada anaknya setelah melihat simulasi dana (berupa sembako).
Pada tahun 2019, Tzu Chi Indonesia tepat berumur 25 tahun. Seperti tahun sebelumnya, 44 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur kembali mengadakan pameran pengenalan misi Tzu Chi yang rutin dilakukan setahun sekali, berkat dukungan dari PT. Summarecon, Tbk dan Jing Si Indonesia. Pameran Tzu Chi 2019 ini lebih menitikberatkan pada Misi Amal Tzu Chi. Misi amal adalah awal dan akar dari Tzu Chi. Dari sebersit niat yang tulus, Tzu Chi memulai semuanya dari misi amal.
Pameran yang berlangsung selama 2 hari, 21-22 September 2019 diselenggarakan di Atrium Hall Mall Kelapa Gading 3, mengusung tema Sebersit Niat. “Segala yang ada hari ini, pencapaian Tzu Chi itu berkat dukungan dari semua orang yang punya niat baik dalam hati. Mulai dari satu niat kecil, bisa menghimpun satu kekuatan dan membantu orang lain,” kata Hendry Chayadi (33), koordinator Pameran Tzu Chi 2019 mengenai arti tema yang diusung tahun ini.
Agar masyarakat lebih mengenal tentang Tzu Chi maka insan Tzu Chi He Qi Timur membuat sebuah rumah kecil seperti bilik (kamar) untuk simulasi bahwa dari celengan bambu, dana kecil, insan Tzu Chi bisa menghimpun suatu kekuatan yang bermanfaat buat orang lain.
Tujuan diadakannya pameran ini adalah supaya masyarakat luas lebih mengenal Tzu Chi, dan lebih tahu Tzu Chi. “Ini juga ajang bagi Tzu Chi untuk memperkenalkan kepada masyarakat luar apa saja yang telah Tzu Chi lakukan selama ini di Indonesia,” ujar Hendry Zhou, sapaan akrabnya.
Dana Kecil Amal Besar
Agar masyarakat luar
lebih mengenal tentang Tzu Chi maka insan Tzu Chi He Qi Timur membuat sebuah rumah kecil seperti bilik (kamar) untuk
simulasi bahwa dari celengan bambu, dana kecil, insan Tzu Chi bisa menghimpun
suatu kekuatan yang bermanfaat buat orang lain. “Contohnya adalah penerima
bantuan Tzu Chi, lewat simulasi ini, kita memberitahu dan mengajak khayalak
ramai untuk turut merasakan bahwa ini lho
yang dilakukan oleh Tzu Chi. Biasanya kita melakukan kunjungan kasih. Kalau kondisi
rumah-rumah penerima bantuan atau pasien biasanya seperti apa, supaya mereka
sedikit banyak juga mengerti dan turut merasakan ternyata menjalankan Tzu Chi
itu, seperti ini,” terang Hendry Chayadi lebih lanjut.
“Termasuk seperti kita lihat ada sayur kol. Sebenarnya itu adalah satu cerita, mengapa Tzu Chi selain memberi bantuan materi, juga melakukan pendampingan bagi para pasien dan penerima bantuan,” pungkas Hendry Chayadi.
“Di misi amal, bukan hanya kita membantu orang sakit, tetapi juga follow up-nya lewat kunjungan kasih. Karena mereka telah menjadi keluarga Tzu Chi,” kata Johan Kohar, relawan Tzu Chi.
Asal mula Tzu Chi bermula dari celengan bambu. Celengan bambu sesungguhnya mengajak orang-orang untuk berbuat baik setiap hari dengan satu niat baik, dan membangkitkan niat baik setiap hari dengan sumbangsih yang kecil. “Yang penting adalah rutin dan bisa mengingatkan kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan mengingat sesama kita yang membutuhkan,” harap Hendry lebih lanjut.
Celengan bambu adalah salah satu kebijaksanaan Master Cheng Yen. Salah satu metode terampil supaya semua orang, tak peduli status sosialnya, bisa melakukan kebaikan tanpa mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Karena dengan sumbangsih yang kecil sekali, kita tetap bisa melakukan kebaikan.
Pada pameran ini, Hendry mengajak masyarakat luas lebih memahami apa yang telah Tzu Chi lakukan dan bisa bersama-sama berniat untuk melakukan kebajikan demi kebaikan bersama.
Pengenalan Misi Amal Tzu Chi
Johan Kohar (67), salah satu
fungsional misi amal, turut memberikan penjelasan singkat mengenai Misi Amal
Tzu Chi kepada para pengunjung yang datang ke Pameran Tzu Chi selama 2 hari
ini. Apa itu misi amal? “Celengan bambu, aliran dana dari dana yang kecil, amal
yang besar, kita bisa membantu orang. Bagaimana kita bisa membantu gan en hu
(penerima bantuan) kita. Tidak hanya membantu finance (keuangan), mereka juga butuh kunjungan kasih (guan huai).
Ini juga merupakan pesan Master Cheng Yen kepada kita sebagai relawan,” terang
Johan Kohar, salah Komite Tzu Chi Indonesia.
Celengan bambu adalah salah satu kebijaksanaan Master Cheng Yen. Ini salah satu cara supaya semua orang, tak peduli status sosialnya, bisa melakukan kebaikan tanpa mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
Suatu ketika, Master Cheng Yen pernah mengunjungi orang sakit. Di sana, Master bisa melihat bagaimana penderitaan seorang wanita yang tidak mampu ditelantarkan karena tidak ada jaminan. Karena inilah Master Cheng Yen kemudian tertarik dengan misi amal untuk membantu orang tidak mampu. “Di misi amal bukan hanya kita membantu orang sakit, tetapi juga ada follow up-nya lewat kunjungan kasih. Kunjungan kasih mem-follow up kehidupan mereka selanjutnya, sesudah kita bantu, karena mereka telah menjadi keluarga Tzu Chi,” cerita Johan.
Senangnya Bisa Berbagi
Sabtu itu, 21 September
2019, I Putu Arisputra (43) bersama istrinya mengantar salah satu anaknya untuk
mengikuti Olympiade Sains di Singapore
International School (SIS), Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dengan langkah kaki
terus melangkah, I Putu Ariputra melihat keramaian di Atrium Hall Utama, ia
mengajak istri dan 3 anaknya menuju ke sana. Sekilas menonton cuplikan singkat
yang di tayang di layar, “Ini sepertinya saya kenal, kayak pernah sekilas
nonton tivinya, cuma saya tidak terlalu tahu tivi apa sebenarnya. Sekarang saya
tahu kalau tivi mengenai kemanusiaan. Saya nonton lagi. Wah, ini kayaknya ada misi
bagus.” ungkapnya, sering melakukan donasi ke media social yang membutuhkan
dana bantuan, secara random (acak) setiap bulan.
Chen Yen Ting 陳彥廷 (kaos biru), pengunjung asal Taiwan. Melihat ada tayangan mengenai Tzu Chi, juga seragam Tzu Chi yang dikenakan relawan membuatnya ia bersama saudaranya masuk ke area Pameran Tzu Chi.
Baginya, berbagi itu (membantu sesama) adalah sesuatu hal yang wajib, apalagi bagi orang yang merasa sudah hidup berkecukupan. “Tadi saya lihat flat formnya, lintas batas, tidak bertumpu pada satu agama, atau suku, atau wilayah tertentu. Ini benar-benar kemanusiaan pure (murni), tidak melihat perbedaan. Nah, itu yang saya cari sekarang.” pintaya. Ia tidak mau hanya menyumbang untuk suatu suku tertentu, ataupun agama tertentu. Menurutnya manusia diciptakan Tuhan adalah sama semuanya. “Kenapa kita tidak berbagi bagi semuanya. Saya berbagi tidak hanya untuk manusia, tetapi bahkan untuk semua makhluk hidup, kita harus membagi cinta kasih kita. Inilah yang membuat saya tertarik untuk berdonasi ke Tzu Chi ini.” ceritanya.
Ia juga akan menanamkan budaya berbagi kepada anaknya dengan cara menabung. “Uang sekecil itu, bisa membantu sesama.” harap I Putu pada anaknya setelah melihat sirmulasi dana (berupa sembako), kelak anaknya bisa balik ke Tzu Chi untuk menuangkan hasil celengan mereka.
Pameran ini ternyata juga mendapat perhatian positif dari pengunjung mal, selain menyempatkan diri untuk mampir sekadar melihat-lihat maupun membeli beberapa produk PT. Jing Si, ataupun mi instan (vegan) DAAI. Terlihat ada beberapa pengunjung asing tertarik berkunjung ke pameran Tzu Chi.
Pameran pengenalan Tzu Chi yang berlangsung selama 2 hari, 21-22 September 2019, di Atrium Hall Utama, Mall Kelapa Gading 3 bertajuk Sebersit Niat. Dalam kegiatan ini juga ada ada kegiatan penuangan celengan bambu.
Seperti Chen Yen Ting (陳彥廷), pengunjung asal Taiwan ini. Melihat ada tayangan mengenai Tzu Chi, dan juga seragam Tzu Chi yang dikenakan relawan, membuat ia bersama saudaranya masuk ke area Pameran Tzu Chi. Ternyata dirinya memang sudah mengenal dan mendengar banyak cerita tentang Tzu Chi. Di negara asalnya (Taiwan), Tzu Chi merupakan satu organisasi sosial yang besar. Menurutnya, di Taiwan, di setiap tempat, semua orang pasti sudah sangat mengenal Tzu Chi. Beliau terkesan sumbangsih Tzu Chi kepada masyarakat.
“Saya bisa mengenal Tzu Chi dari Dhamma dan nama besar Master Cheng Yen, serta Tzu Chi melakukan social amal kemanusiaan” jelas Chen Yen Ting, yang sudah 1 bulan lamanya datang ke Jakarta khusus untuk belajar bahasa Indonesia. Ia menambahkan untuk menjalankan sosial amal kemanusiaan membutuhkan kekuatan banyak orang, sambil menunjukkan celengan Tzu Chi yang bertulisan Dana Kecil Amal Besar. “Uang kecil (receh) bisa membantu banyak orang. Dari yang kecil menjadi suatu amal yang besar,” kata Chen Yen Ting, yang tidak merasa sedang berada di Indonesia, tetapi seperti berada dalam lingkungan keluarga sendiri.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Pameran Pengenalan Tzu Chi : Sebersit Niat
04 Oktober 2019Pameran pengenalan Tzu Chi yang bertajuk Sebersit Niat berlangsung selama 2 hari, 21-22 September 2019 di Atrium Hall, Mall Kelapa Gading 3, lebih menitikberatkan pada Misi Amal Tzu Chi, yang merupakan awal dan akar dari Tzu Chi. Dari sebersit niat yang tulus, Tzu Chi memulai semuanya dari misi amal.