Serah terima kunci penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi tahap ke-2 di Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara pada Jumat, 15 April 2022 berlangsung haru.
Jika ditanya siapa yang paling berbahagia saat ini, tak berlebihan kalau jawabannya adalah lima keluarga penerima bedah rumah Tzu Chi tahap ke-2 di Kamal Muara. Setelah berpuluh tahun berjibaku dengan penderitaan akibat banjir yang kerap menggenangi rumah mereka, kini tidak lagi. Wujud rumah mereka berubah total dan sekarang menjadi hunian yang nyaman.
Jumat, 15 April 2022 pun menjadi hari yang tak terlupakan. Para penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi ini mengenakan baju terbaik mereka menuju Masjid Jami Al-Huda pagi itu guna mengikuti serah terima kunci rumah.
Ibu Neneng seperti yang bisa diduga, sesenggukan sepanjang acara saking terharunya. Pak Sakti mengucapkan Amin paling kencang saat Ustaz Syahlani, Ketua Masjid Jami Al Huda melantunkan doa. Ibu Muhimah, perasaannya campur aduk. Pak Saidup yang tak banyak cakap, sorot matanya mengisyaratkan kelegaan. Adapun Pak Muhammad, kebahagiaannya terlihat dari cekatannya ia membantu para relawan menyiapkan acara sejak pagi.
Kebahagiaan yang Berkali Lipat
Kebahagiaan kelima penerima bedah rumah ini pun makin dobel saat mengetahui bahwa tim relawan Tzu Chi juga membawakan berbagai perabotan untuk mereka. Mulai dari kompor, rice cooker, kipas angin, meja, kursi, jam dinding, hingga peralatan bersih-bersih seperti sapu dan alat pel.
Bu Neneng saat menggunting pita rumahnya.
Tim relawan dibagi menjadi lima kelompok untuk mengantar kelimanya menuju rumah masing-masing dan membantu mereka membawa berbagai perabotan. Ibu Neneng sampai grogi saat memotong pita yang terbentang di depan pintu rumah barunya itu.
“Senang banget, bahagia ya Allah.. banyak terima kasih ya pak ya,” kata Bu Neneng kepada para relawan yang berdiri di sampingnya.
Jujur saja, para relawan juga diliputi haru. Apalagi para relawan ini hadir di Kamal Muara sejak proses survei, pembongkaran rumah, pengecatan, mengontrol proses pembangunan, hingga rumah mereka telah berdiri kokoh seperti hari ini.
“Sudah jangan menangis dong Bu. Nanti saya ikut menangis,” canda Teksan Luis, relawan yang keberadaannya tak asing lagi bagi warga Kamal Muara.
“Sekali lagi selamat ya Bu.. minggu depan saya antar kasurnya ya,” tambah Teksan.
Tak hanya perabot rumah tangga, para penerima bantuan bedah rumah ini akan menerima hadiah besar lainnya yaitu kasur. Berbagai perabot yang diberikan kepada para penerima bantuan bedah rumah ini merupakan wujud antusiasme para relawan Tzu Chi.
Seperti sang nenek yang diliputi keharuan, Rasti, cucu kesayangan Bu Neneng juga berlinangan air mata ketika memasuki rumah barunya. Rasti berjanji akan menjaga kebersihan rumah barunya itu dengan menyapu dan mengepel setiap hari. Siswi kelas 7 ini juga berjanji untuk belajar lebih giat.
“Senang banget punya rumah baru. Dulu kalau mengerjakan PR itu buru-buru takut hujan. Selalu takut buku pada basah, apalagi kalau yang sudah ada catatannya. Jadi hati-hati banget. Sekarang buku jatuh enggak kenapa-kenapa,” kata Rasti yang bercita-cita jadi guru ini.
Impian yang Sederhana
Bu Sudiah dan Pak Sakti ditemani para relawan kembali ke rumahnya dengan membawa serta perabotan dan bingkisan.
Sementara itu tak lama setelah relawan mengantar perabotan ke rumahnya dan pengguntingan pita, Pak Sakti dan istrinya Bu Sudiah segera selonjoran di lantai rumah barunya yang bersih. Kipas dari relawan Tzu Chi sudah dipasang menambah nyaman rumahnya.
“Rasanya semangat, bisa tidur-tiduran di lantai. Kalau siang bisa ngadem. Kalau rumah yang dulu kan berpikir dulu mau tidur-tiduran sebelah mana. Mana kalau hujan, waduh..” kata Pak Sakti sambil menggelengkan kepala.
Jadi apa sih yang membuat Pak Sakti mengucapkan Amin paling nyaring tadi?
“Lebih banyak doa saya. Doa saya untuk Yayasan Buddha Tzu Chi juga. Saya mikirnya begini, orang tua saya nggak bantu buat rumah, saudara saya juga enggak bikinin, kagak ada. Kenapa orang lain dari Buddha Tzu Chi yang enggak kenal saya bisa bikinin (bantu bedah rumah) itulah Tuhan yang kuasa yang kasih kemurahan,” jawabnya sambil menyocokkan waktu pada jam dinding baru yang akan dipasangnya.
Bu Sudiah, sang istri yang duduk di sampingnya pun bercerita kalau beberapa hari ini ia sudah salat lima waktu di rumah barunya ini. Ia pun sungguh bersyukur dapat menjalankan ibadah salat dengan suasana yang lebih nyaman.
“Dari kemarin juga saya sudah sembahyang Dzuhur di sini sama Asar, sudah saya pakai abis di-pel. Enaklah. Kalau dari dulu rumah begini mah enak banget sembahyang,” kata Bu Sudiah.
Impian sederhana Bu Sudiah untuk senderan dan selonjoran setelah berbuka puasa pun sudah menjadi kenyataan.
“Yang saya pengen-pengen sudah kelaksana, punya rumah begini. Syukur Alhamdulillah,” kata Bu Sudiah.
Sehabis berbuka puasa, keluarga Pak Sakti pun mengundang para tetangga untuk syukuran kecil-kecilan. Mereka menyajikan bubur merah putih, juga nasi uduk spesial, serta kopi dan teh hangat.
Bisa Gelar Pengajian Lagi
Nenek Muhimah dan cucunya di rumah barunya.
Ditemui di rumahnya, Nenek Muhimah (78) yang merupakan guru mengaji ini sedang menyiapkan bantal untuk tidur siangnya nanti. Salah satu cucunya tampak memasang kipas angin baru yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi. Sementara cucu lainnya menyapu bagian belakang rumahnya.
“Gembira.. senang.. nyaman.. dulu kan rumah saya kebocoran, kebanjiran, sekarang saya enak, hehehe..,” kata Nenek Muhimah.
Nenek Muhimah bercerita waktu serah terima kunci tadi, perasaannya campur aduk antara gembira dan sedih.
“Sedihnya ingat yang sudah-sudah. Gembiranya ini mana saya sudah dikasi rumah, isi-isinya, perabotannya itu gembira sekali saya. Banyak terima kasih saya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi,” ujarnya.
Nenek Muhimah makin gembira lagi karena sehabis Lebaran ia dapat menggelar pengajian di rumahnya seperti dahulu kala saat rumahnya terbilang tinggi dibanding tetangga kanan kirinya.
Tak Perlu Panik Kalau Nanti Malam Hujan
Pak Saidup dan Ibu Fatnawiah kini tak panik lagi bila hujan turun.
Siang itu juga Pak Saidup dan istrinya mulai mengangkut barang-barang mereka yang berada di kontrakan yang sudah mereka tempati lima bulan ini. Kalau nanti malam hujan lebat, kata Pak Saidup, ia dan keluarganya tak akan bergeming. Impian mereka untuk bisa tidur nyenyak meski hujan turun akhirnya jadi kenyataan.
“Alhamdulillah.. gembira sekali, senang sekali, tidur ya enggak akan kepikiran lagi, sekarang sudah bisa mimpi indah,” tutur Fatnawiah, istri Pak Saidup.
“Kepada Buddha Tzu Chi saya terima kasih, kepada relawan, terima kasih sudah menolong, jasa-jasanya, kebaikannya saya sangat terima kasih,” sambung Pak Saidup.
Biarpun Lebaran masih beberapa hari lagi, suasana di Kamal Muara hari itu tak ubahnya seperti hari lebaran. Keceriaan warga bercampur dengan keharuan. Harapan mereka untuk bisa tinggal di rumah yang nyaman dan bebas banjir benar-benar menjadi sebuah kenyataan.
Editor: Metta Wulandari