Pariaman, Sum-Bar: “Demi Saudara Kita”

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 

fotoWarga Sungai Langkok gembira menerima kupon sembako dari Tzu Chi. Selama ini mereka telah menerima bantuan tapi tidak merata karena diberikan secara swadaya oleh masyarakat ataupun warga yang merantau.

 

“Semenjak musibah, masyarakat Sungai Langkok belum menerima bantuan dari pemerintah ataupun pihak lain,” cetus Saiful, tokoh pemuda Sungai Langkok, Jorong Lareh Nan Panjang, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Pariaman. Menurutnya, selama ini bantuan yang mereka terima kebanyakan dari sumbangan perorangan/simpatisan yang kebetulan lewat atau bantuan sanak keluarga yang merantau. Warga Pariaman memang banyak yang menjadi perantau di berbagai kota besar di Indonesia. Maka warga Sungai Langkok sangat antusias ketika Tzu Chi membagikan kupon sembako, tanggal 9 Oktober 2009. Kupon tersebut bisa ditukar dengan dengan paket sembako keesokan harinya.

 

Armaini (35), salah seorang warga setempat menemani kami. Mobil kami berhenti di ujung terjauh kampung tersebut, kemudian kembali ke arah depan sambil memberitahu warga untuk berkumpul di Masjid Al Munawwarah. Di masjid yang masih utuh –hanya retak sedikit– itu kami membentuk sebuah barisan antrian agar pembagian berjalan lancar. Mayoritas calon penerima kupon adalah ibu-ibu.

Jasnimar (54) mengambil kupon karena sang suami, Agus Salim (60) sedang memperbaiki rumah mereka yang sebagian ambruk. Seperti kebanyakan rumah yang ambruk, rumah mereka yang ambruk pun bagian belakang. Di belakang rumah ada empang. Bagian rumah yang ambruk tersebut tercebur ke dalam empang, padahal hampir semua pakaian berada di bagian rumah yang ambruk tersebut.

Tembok, terutama bagian tengah dan depan, tidak ambruk, tapi keretakannya membuat mereka tak berani tinggal di dalam. Mereka pun terpaksa tinggal sementara di tenda yang mereka dirikan di depan rumah. “Ini dibuang semua. Yang retak-retak tidak bisa dipakai lagi,” jelas Agus Salim. Tapi mereka tidak tahu kapan akan selesai karena mereka tidak lagi memiliki uang. Anak mereka pun tidak bisa membantu karena menjadi korban gempa juga. Mereka memiliki 5 anak, kesemuanya telah berkeluarga kecuali si bungsu yang merantau di Bandung. Empat anak tinggal di wilayah Pariaman juga dan menjadi korban gempa. Mereka berdua tinggal sendiri di rumah tersebut.

foto  foto

Ket: - Kupon sembako berhasil dibagikan kepada 125 warga Sungai Langkok. Mereka berbaris rapi menerima             kupon yang dibagikan di Masjid Al Munawwarah. (kiri).
        - Rumah bagian belakang Agus Salim dan Jasnimar rubuh dan jatuh ke empang di belakang rumah.             Sebagian pakaian mereka ikut hanyut karena berada di kamar yang ambruk tersebut. (kanan)

Masih di Lareh Nan Panjang, pembagian kupon juga dilakukan di Pasar Durian Cimpur. Dari kedua tempat tersebut, berhasil disalurkan total 275 kupon masing-masing Sungai Langkok 125 dan Pasar Durian Cimpur 150. Pembagian dilakukan di sebuah posko gempa swadaya tidak jauh dari rumah Armaini. Rumah Armaini masih berdiri, tapi tembok rumahnya semuanya ambruk. Ia pun menumpang di rumah sebelahnya yang masih utuh. Selama ini ia sangat aktif mengoordinir pemberian bantuan buat tetangga-tetangganya bersama para pemuda, termasuk membantu relawan Tzu Chi hari itu. “Kan kasihan kita semua. Kita kena musibah, kita harus ikhlaskan. Biar payah, capai-capai, demi saudara kita,” ujarnya ketika ditanya mengapa lebih memilih membantu menyalurkan bantuan daripada memperbaiki rumah yang rusak.   

foto  foto

Ket: - Armaini (tengah) mengikhlaskan rumahnya yang telah hancur, dan ia memilih untuk membantu tetangga-             tetangganya dengan cara ikut menyalurkan bantuan. (kiri).
         - Pembagian kupon juga diberikan kepada jorong lain di Sungai Sariak, yaitu Jorong Lapok Manggi. Di tempat             tersebut dibagikan 498 kupon. (kanan)

Ketika gempa terjadi, Armaini tidak bisa berbuat apa-apa melihat rumahnya hancur. Tak lama turun hujan lebat. Ia merasa kasihan melihat mereka kehujanan, maka ia berinisiatif membuat posko darurat di dekat sebuah pos kamling tak jauh dari rumahnya. “Ngumpul aja di sini,” ajaknya kepada warga. “Isunya kan ada susulan air banjir segala macam, tsunami. Aku menangis melihatnya tuh,” kenang Armaini. Ia pun ikut tinggal di posko tersebut sebelum akhirnya pindah ke salah satu rumah tetangga setelah gempa susulan reda.      

Mereka mengumpulkan bantuan dengan mengharapkan sedekah dari warga yang melewati posko. Mereka juga aktif mencari tahu di mana ada pembagian sembako. Selain itu warga yang merantau juga mengirimi uang yang kemudian dibelikan mi, telur, dan bahan makanan lain.

 

 
 

Artikel Terkait

Meringankan Penderitaan Korban Bencana

Meringankan Penderitaan Korban Bencana

07 Maret 2013 Pada awalnya, beberapa hari setelah musibah kebakaran terjadi, Nasrudin mendapat informasi dari kerabatnya yang kebetulan tahu mengenai bantuan bebenah kampung Tzu Chi bagi warga korban kebakaran.
Semangat Ajaran Jing Si

Semangat Ajaran Jing Si

07 Maret 2012 Demikianlah lantunan Lagu Du Jing Si Yu yang terdengar merdu di Jing Si Books & Café, Mall Kelapa gading 2, Jakarta pada tanggal 17 februari 2012 lalu. Semangat belajar dari 24 orang peserta acara bedah buku ini luar biasa.
Berbagi Kasih di Panti Asuhan Bhakti Luhur

Berbagi Kasih di Panti Asuhan Bhakti Luhur

02 Maret 2023

Tzu Ching Jakarta dan Tangerang melakukan kunjungan kasih ke Panti Asuhan Bhakti Luhur di Kabupaten Tangerang, Banten. Kegiatan ini mengangkat tema “SarangHae” yang memiliki arti Sharing and Giving Happiness.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -