Pariaman, Sum-Bar: Menyusuri Jejak Gempa
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar SoemithraRelawan Tzu Chi menjelaskan sistem pendistribusian bantuan kepada Wali Nagari Gasan Gadang. “Kebiasaan kami memang memberikan bantuan secara langsung,” jelas Hok Lay. Pejabat Gasan Gadang rupanya telah menyiapkan data kerusakan akibat gempa secara rinci. |
| |
Awalnya kami akan melakukan survei di Malalak Timur dan Barat juga, namun dibatalkan karena berdasarkan informasi dari Kepolisian Sektor, akses ke tempat tersebut sangat sulit dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 1,5 jam. Saya bergabung dengan relawan yang survei di Gasan Gadang. Kami berjumlah 9 orang. Kami menaiki sebuah mobil yang dipinjamkan oleh seorang relawan Tzu Chi dari Pekanbaru. Pukul 10.45 kami meninggalkan posko menuju Nagari (Desa) Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Pariaman. Sekitar pukul 11.45 kami tiba di kantor Wali Nagari Gasan Gadang. Harpandi, wali nagari, menerima kami dan menunjukkan data-data yang kami butuhkan. Ternyata mereka telah mempersiapkan data kerusakan akibat gempa lengkap dengan salinannya. “Kebiasaan kami memang memberikan bantuan secara langsung,” jelas Hok Lay menjelaskan sistem pemberian bantuan Tzu Chi.
Ket : - Dalam salinan data kerusakan yang diberikan oleh pejabat Gasan Gadang, terdapat 1.074 rumah rusak, dengan rincian 406 rumah runtuh dan 668 rusak berat yang tersebar di 4 jorong atau dusun (kiri). Di Gasan Gadang terdapat 4 jorong (dusun), yaitu Koto Muaro, Piliang, Mandahiling, dan Tanjung. Dalam salinan data kerusakan yang kami peroleh, terdapat 1.074 rumah rusak, dengan rincian 406 rumah runtuh dan 668 rusak berat. Kami ditemani wali jorong Koto Muaro, Piliang, dan Mandahiling melihat langsung keadaan rumah-rumah mereka. Mereka memandu kami menggunakan motor dan kami mengikutinya menggunakan mobil. Walaupun daerah pegunungan, tapi akses jalan ke wilayah-wilayah tersebut baik karena jalan telah beraspal. Tidak terlalu banyak rumah yang rusak seperti di daerah lain. Memang rata-rata dari depan terlihat rumah seperti tidak mengalami kerusakan, tapi ternyata kerusakan terjadi di bagian belakang.
Ket : Dengan membonceng sepeda motor wali jorong, relawan Tzu Chi melakukan survei. Wilayah berbukit dan jarak antar rumah berjauhan ditambah kondisi jalan yang kurang mendukung membuat relawan harus dapat menyesuaikan diri. Ketika memasuki jorong Piliang, saya hanya berdua bersama Hok Lay Shixiong yang melakukan survei. Kami dibonceng sepeda motor, sedangkan relawan lain menunggu di mobil. Tidak berapa lama motor berjalan, kami bertemu dengan sebuah rumah yang ambruk. Pemilik rumah sedang beraktivitas di warung kecil depan rumah mereka yang tidak ambruk. Kami pun menghampiri mereka. Gempa kali ini ternyata meninggalkan kisah unik bagi pemilik rumah tersebut. Ali, si pemilik rumah yang masih cukup muda, tinggal bersama istrinya. Ketika gempa, Ali sedang sakit panas sampai-sampai kakinya menjadi lumpuh. Ajaib! Ketika gempa mengguncang, ia tiba-tiba bisa berlari kencang sehingga selamat dari bencana. Malam harinya data-data dan gambaran keadaan calon wilayah penerima bantuan dibahas di rapat bersama relawan lain di posko. Melihat keadaan Gasan Gadang yang tidak terlalu parah dan tidak terlalu mendesak untuk diberi bantuan, tim tanggap darurat Tzu Chi memutuskan untuk menunda dulu pemberian bantuan ke Gasan Gadang. Pemberian bantuan akhirnya dilakukan untuk Larek nan Panjang terlebih dahulu. | ||
Artikel Terkait
Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti
21 November 2019Di Tahun 2019, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.