Pariaman, Sumbar: "Tak Peduli Capek dan Rumah Masih Berantakan"
Jurnalis : Sutar Soemithra , Fotografer : Sutar SoemithraWarga korban gempa di Aluk Kareng Selatan, Padang Utara antri menerima bantuan paket sembako dari Tzu Chi. Sebanyak 292 paket bantuan dibagikan pada siang yang terik itu. |
| |
Mimpi yang Jadi Kenyataan Apa yang terjadi pada Betty mungkin tidak terlalu istimewa dibandingkan apa yang dialami kakak Ervina, Erlina Juwita. Erlina nyaris menjadi korban gempa yang mengerikan tersebut. “Waktu semester yang lalu, anak saya mengundurkan diri dari STBA Prayoga karena anak saya mendapatkan pekerjaan baru di ITI (Institut TOEFL Internasional),” tutur Betty. Tapi rektor STBA Prayoga tidak mengizinkannya. Erlina terlanjur telah berjanji menerima tawaran ITI sehingga tetap mengajukan mengundurkan diri. Akhirnya Erlina merekomendasikan Suci Revita Wulansari untuk menggantikannya.
Ket: - Betty Choa (tengah dan bertopi) meninggalkan sejenak rumahnya yang masih berantakan yang rusak oleh gempa demi ikut membantu menyalurkan bantuan bagi para korban gempa. (kiri). Ketika gempa terjadi, gedung STBA Prayoga runtuh dan banyak korban yang terjebak di dalamnya, termasuk Suci. Dosen bahasa Inggris yang juga teman akrab Erlina itu terselamatkan nyawanya, tapi tidak kedua kakinya. Erlina sendiri selamat dan hanya luka kecil terkilir karena empat kali terjatuh di tangga ketika menyelamatkan diri. Tapi salah satu sahabat terbaiknya itu, kedua kakinya harus diamputasi. “Menyesal dia (Erlina –red) suruh Suci ngajar di situ. Dia nunggu di STBA nunggu Suci dikeluarkan. Nangis dia,” Betty menceritakan rasa penyesalan Erlina. Usai gempa mereka juga sering mengunjungi STBA Prayoga menunjukkan rasa simpati. Betty sendiri bersyukur Erlina tidak menjadi korban. “Mungkin Tuhan sudah mengatur anak saya tidak kena di situ, langsung dapat pekerjaan di tempat baru 6 bulan sebelumnya,” ujar Betty, “Tuhan masih melindungi anak saya.”
Ket: - Bantuan paket sembako untuk korban gempa terdiri dari beras, 6 botol air minum kemasan, dan 2 bungkus biskuit. (kiri). Sejak gempa, waktu istirahat Betty juga menjadi terganggu. Bandara Tabing yang berada di dekat rumahnya sudah lama tidak berfungsi menjadi pusat penerbangan bantuan untuk korban gempa. Pesawat Hercules maupun helikopter pengangkut bahan bantuan berseliweran sepanjang siang dan malam. Rumah Betty sebenarnya masih berantakan, tapi Minggu, 11 Oktober 2009 itu dia lebih memilih ikut membagikan paket sembako bagi korban gempa. “(Rasanya) capek juga, tapi karena ada semangat, kita nggak pedulikan capek bantu yang korban gempa. Padahal di rumah masih berantakan, ada yang runtuh, tapi tetap saya tinggalkan untuk saya kerja sosial,” tegasnya. Hari itu ia ikut dalam pembagian sembako di Ulak Kareng Selatan, Padang Utara. Ada 292 paket bantuan yang dibagikan. Masing-masing paket terdiri dari beras, 6 botol air minum, dan 2 bungkus biskuit. “Cukup sih pasti nggak, tapi dicukup-cukupkan,” ucap Ngatmi (59), salah satu penerima bantuan. Rumahnya rusak di bagian dapur dan kamar mandi. “Alhamdulillah (saya) dibantu. Terima kasih banyak dibantu dari Tzu Chi,” ungkapnya sumringah.
| ||
Artikel Terkait
Berbuat baik dan Melatih Diri
05 Mei 2014 Acara yang berlangsung selama lebih kurang dua jam tersebut bertujuan untuk memperkenalkan Tzu Chi dan menggalang hati lebih banyak bodhisatwa yang diharapkan nantinya bisa menambah barisan relawan Tzu Chi.Memupuk Cinta Kasih dan Keharmonisan di MI Nurul Islam
30 Agustus 2024Relawan Tzu Chi tidak hanya membantu pembangunan gedung MI Nurul Islam di Kamal Muara (Hardware), tetapi juga memberi perhatian kepada para murid melalui pembelajaran kelas budi pekerti (Sofware).