PAT 2019: Mengakar di Jalan Bodhisatwa
Jurnalis : Agus Lee (Tzu Chi Batam), Fotografer : Fransiska, Roberto, Suparjito (Tzu Chi Batam)Isyarat Tangan Mempraktikkan Ikrar Selama Setengah Abad diperagakan oleh 94 penyelam Sutra pada acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 di Kota Batam.
Pemberkahan akhir tahun setiap tahunnya diadakan oleh insan Tzu Chi di berbagai penjuru dunia sebagai tanda terima kasih kepada para donatur maupun relawan yang mendukung Tzu Chi selama ini. Insan Tzu Chi di Batam juga melakukan hal yang sama.
Acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 di Kota Batam digelar sebanyak tiga sesi di Auditorium Pembababaran Sutra, Aula Jing Jing Si Batam. Sesi pertama diadakan khusus dihadiri oleh relawan pada 11 Januari 2020. Sementara sesi kedua dan ketiga diperuntukan bagi masyarakat umum diadakan keesokan harinya, 12 Januari 2020.
Febrianti (ketiga dari kanan) dan sang ibu, Ropeni Sinaga, hadir pada kegiatan pemberkahan dengan membawa celengan bambu dan surat untuk dibacakan ke Master Cheng Yen.
Kebanyakan peserta yang menghadiri sesi kedua ialah para orang tua murid Kelas Budi Pekerti dan para penerima bantuan Tzu Chi. Tercatat ada sebanyak 1.004 peserta yang menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun sesi kedua yang dimulai pada pukul 10.15 hingga 12.15 WIB.
Menjadi Penyelamat Bagi Orang Lain
Salah
satu Gan En Hu, Ropeni Sinaga datang
ke lantai 5 Aula Jing Si Batam dengan membawa anaknya, Febrianti yang
mendapatkan bantuan biaya sekolah dari Tzu Chi. Setelah mendapatkan undangan
dari relawan pendamping, Ropeni langsung tergerak untuk hadir di acara Pemberkahan
Akhir Tahun. Tidak hanya hadir, Febrianti yang saat ini duduk di bangku kelas 5
SD bahkan sudah mempersiapkan sebuah surat untuk Master Cheng Yen, “Terima
kasih kepada Master karena ia membantu saya dengan setulus hati,” ucap
Febrianti.
Murid dari Kelas Budi Pekerti membawakan isyarat tangan Bukan Impian Biasa.
Seperti biasanya, acara diisi dengan isyarat tangan oleh para penyelam Sutra. Melalui isyarat tangan Memutar Roda Dharma dan Mempraktikkan Ikrar Selama Setengah Abad, para penyelam Dharma mempresentasikan pesan Master untuk tidak melupakan tahun itu, peristiwa itu, dan sekelompok orang itu. Makna dari lirik kedua lagu tersebut selaras dengan tema yang ingin disampaikan oleh Master Cheng Yen pada tahun ini, Ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kesungguhan laksana tanah yang subur. Cinta kasih, welas asih, sukacita dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk.
Di samping pementasan isyarat tangan, pemutaran kilas balik merupakan salah satu bagian yang sangat menggugah para hadirin. Salah satu hadirin, Sarinah merasa sangat kaget melihat ternyata begitu banyak malapetaka dan bencana yang terjadi sepanjang tahun 2019.
“Setelah melihat slideshow tadi, kita hendaknya merasa bersyukur dapat tinggal di Batam, bencana tidak ada, jadi yang bisa kita lakukan adalah dengan upaya yang besar kita dapat membantu mereka yang membutuhkan,” ujar Sarinah.
Ria, istri pasien Rapani, menyimpan celengan bambu dari Tzu Chi agar bisa terus mengingat jasa relawan Tzu Chi serta dapat menceritakannya ke anak.
Suami Sarinah juga menjadi salah satu penyelam Sutra pada acara kali ini, selama beberapa bulan mengikuti latihan isyarat tangan, Sarinah menyadari ada perubahan yang terjadi pada suaminya.
“Dulu suami saya orang yang emosional, setelah gabung ke Tzu Chi dan ada komunikasi dengan shixiong shijie, hati menjadi lebih sabar dan lebih bisa kontrol emosi,” tambah Sarinah.
Menjadi Penyemangat Bagi Orang Lain
Pagi itu
menjadi momen yang penuh rasa syukur bagi Rapani dan istrinya dimana mereka mendapat
kesempatan untuk berbagi mengenai musibah yang menimpa Rapani pada tahun 2016
di atas panggung. Kecelakaan yang mengakibatkan Rapani harus kehilangan lengan
kirinya sempat mengalami infeksi dan dokter menyarankan untuk amputasi bahu
kiri agar infeksi tidak menyebar ke bagian lainnya. Atas bantuan Yayasan Buddha
Tzu Chi Batam, Rapani dirujuk ke RSCM di Jakarta untuk penyedotan infeksi,
sehingga bahu kirinya tidak perlu diamputasi.
Relawan dengan lantang mendeklarasikan tekad mereka untuk terus berjalan di Jalan Bodhisatwa dunia.
Pendampingan dan pertolongan yang diberikan oleh relawan Tzu Chi membuat Rapani dan istrinya sangat terharu. Di hadapan para hadirin, istri Rapani menyemangati semua hadirin untuk tetap semangat di kondisi apapun, “Saya memohon saudara-saudari di sini untuk tetap semangat dan jangan putus asa. Fisik yang kekurangan bukan hambatan untuk hidup menuju ke masa depan,” katanya.
Di kesempatan ini, Rapani dan istrinya juga membawakan hadiah untuk Tzu Chi berupa celengan bambu. “Dari celengan bambu kami bisa menanam benih kebajikan walaupun hanya seberapa nominalnya tetapi kami bisa berbagi cinta kasih buat sesama terutama bagi yang kurang beruntung seperti saya,” ujar Rapani.
“Bantuan yang diberikan oleh relawan Tzu Chi akan kami ingat selalu dan akan kami ceritakan ke anak kami saat dia besar nanti, bagaimana Yayasan Buddha Tzu Chi membantu ayahnya dahulu kala,” imbuh istri Rapani dengan penuh rasa syukur.
Pembagian 37 paket sembako dan santunan kepada penerima bantuan yang akan merayakan Hari Raya Imlek.
Menjelang akhirnya acara pemberkahan akhir tahun, relawan Tzu Chi membagikan Angpao Berkah dan Kebijaksanaan untuk seluruh hadirin yang ada. “Setiap tahun kita mendapatkan Angpao dari Master Cheng Yen, Angpao itu berasal dari dana Master pribadi untuk diberikan ke semua hadirin pemberkahan akhir tahun di seluruh dunia,” kata Rudi Tan, ketua Tzu Chi Batam.
Di penghujung acara, seluruh relawan berkumpul di atas panggung, dengan suara lantang menyanyikan Menghayati hati Buddha sebenarnya adalah hati kita sendiri, menerima dan menjadikan tekad guru sebagai tekad diri kita sendiri. Berikrar demi ajaran Buddha di setiap kehidupan, setiap niat tulus demi semua makhluk.”
Tekad yang teguh akan terus dijalankan oleh insan Tzu Chi Batam untuk terus menjadi penyelamat bagi kehidupan orang lain dan menumbuhkan kebijaksanaan pada diri sendiri.
Editor: Metta Wulandari