PAT 2022: Kisah Penampilan Memukau Persamuhan Dharma Adaptasi Sutra (Bag. 1)
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Arimami Suryo A, Chandra S, Hendry Tando (He Qi Utara 1)Pemberkahan Akhir Tahun 2022 menampilkan Persamuan Dharma Adaptasi Sutra berjudul Persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar Tidak Pernah Berakhir, Sabtu dan Minggu, 11 - 12 Desember 2022.
“Keindahan sebuah kelompok terletak pada keindahan pribadi masing-masing individu.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Lagu-lagu berisi rangkaian Sutra mengalun merdu di Aula Jing Si beriringan dengan ratusan gerakan isyarat tangan yang gemulai namun mempunyai kekuatan. Kekompakkan, keharmonisan, kegigihan, ketulusan, dan kesabaran tercermin dalam setiap sisi membuat Persamuan Dharma adaptasi Sutra ini terdengar merdu di telinga, terlihat indah di mata, dan menyentuh di lubuk hati.
***
Sudah tiga tahun lamanya, karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Tzu Chi Indonesia turut menerima dampak. Berbagai kebijakan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus pasti ditaati hingga Tzu Chi yang terkenal aktif dalam praktik melalui berbagai kegiatan sosial pun ikut menyesuaikan diri. Termasuk di dalamnya, membatasi pertemuan antar relawan, terlebih dalam jumlah yang besar. Kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun pun yang rutin dilaksanakan dan merupakan ungkapan syukur setiap tahunnya, akhirnya digelar secara online.
Namun waktu terus berjalan, begitu juga manusia yang bisa menyesuaikan diri dan terus berkembang. Pandemi yang sudah mulai terkontrol, membuat sisi sosial manusia kembali terbangkitkan. Sebuah kabar yang membahagiakan setelah sekian lama bersabar, bahwa semua orang bisa berkumpul kembali dan menjalani interaksi sosialnya yang pernah dibatasi oleh pandemi.
Mendalami Sutra
Pemberkahan Akhir Tahun 2022 mengambil tema Berbuat Baik Dengan Welas Asih Mendatangkan Berkah, Membawa Diri Dengan Kebijaksanaan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga dan menampilkan Persamuan Dharma Adaptasi Sutra berjudul Persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar Tidak Pernah Berakhir. Ada 500 relawan yang tampil dalam setiap sesinya sehingga dalam dua hari ada 1.000 relawan Tzu Chi yang menampilkan adaptasi Sutra ini.
Ada 500 relawan yang tampil dalam setiap sesinya sehingga dalam dua hari ada 1.000 relawan Tzu Chi yang menampilkan adaptasi Sutra ini.
Rasa sukacita yang melebihi kebahagiaan terpancar dari tatapan berbinar setiap relawan yang datang pada Sabtu dan Minggu, 11 dan 12 Desember 2022 lalu. Walau belum terlalu lega dengan akan sukses atau tidaknya penampilan mereka, tapi inilah yang mereka rindukan: rasa berdebar di belakang panggung juga rasa mulas di dalam perut ketika menanti penampilan besar mereka.
“Ini adalah perjalanan yang panjang sekali,” kata Lim Ai Ru, PIC sekaligus sutradara Adaptasi Sutra. Relawan senior Tzu Chi Indonesia ini menuturkan bahwa ia sempat khawatir ketika menerima tanggung jawab untuk menampilkan Adaptasi Sutra dalam Pemberkahan Akhir Tahun, namun ia juga punya keyakinan bahwa Tzu Chi Indonesia mampu.
“Inti dari Persamuhan Dharma ini adalah, kami diajak menghayati kembali pembabaran Dharma oleh Buddha 2.500 tahun lalu di Puncak Burung Nasar,” tutur Ai Ru. “Dalam kesempatan kali ini ada beberapa bagian yang kami bawakan, terutama bagian Sutra Makna Tanpa Batas yang adalah intisari Sutra Teratai yang menjadi pedoman penting bagi Tzu Chi,” lanjut Ai Ru.
Inti dari Persamuhan Dharma ini adalah, relawan diajak menghayati kembali pembabaran Dharma oleh Buddha 2.500 tahun lalu di Puncak Burung Nasar.
Ai Ru memaparkan Sutra ini mengajarkan relawan bahwa di Jalan Bodhisatwa ini, mereka harus membangkitkan keyakinan akan keluhuran para Buddha dan Bodhisatwa. Selain yakin, relawan juga berikrar untuk menerima dan mempraktikkan ajaran. “Ajaran ini isinya adalah bahwa semua makhluk mempunyai benih kebajikan di dalam hati. Jadi, selain membimbing diri sendiri, kita juga harus menginspirasi orang lain. Sesuai ikrar ini, kita harus menjalankan praktik secara nyata di tengah masyarakat, baru bisa mencapai hasil yang diharapkan,” jelasnya.
Dengan Dharma yang maknanya mendalam, persiapan pementasan Persamuhan Dharma adaptasi Sutra ini pun digodok begitu seriusnya dalam waktu yang lumayan panjang. Persiapannya sendiri memakan waktu tujuh bulan untuk mengumpulkan 1.000 relawan, menerjemahkan materi Sutra, melakukan bedah Sutra atau bedah buku, menyesuaikan formasi, dan berlatih ratusan gerakan isyarat tangan 13 lagu adaptasi Sutra dan 2 lagu (Gatha Pembuka dan Doa).
Tahun ini, relawan juga membentuk formasi berupa kapal, ombak, dan riak-riak di lautan yang mana merupakan interpretasi dari Dharma (kapal) yang dibabarkan oleh Buddha bertujuan untuk menyeberangkan umat manusia ke daratan – pantai bahagia.
“Kami berharap para peserta dalam formasi dan penonton juga menyadari bahwa Sutra itu bisa dipahami melalui berbagai media dan bisa lebih mudah diserap serta dimengerti,” harap Ai Ru.
Tahun ini, relawan membentuk formasi berupa kapal, ombak, dan riak-riak di lautan yang mana merupakan interpretasi dari Dharma (kapal) yang dibabarkan oleh Buddha bertujuan untuk menyeberangkan umat manusia ke daratan – pantai bahagia.
Ai Ru mencontohkan salah satu relawan yang memberikan sharing bahwa ketika selesai latihan, karena dia adalah orang yang sangat sibuk, dia baru menyadari bahwa ‘oh Sutra Makna Tanpa Batas itu bisa dimengerti dan dihayati dengan mudah ketika dilagukan.’
“Kalau baca Sutra kan tebal dan mungkin membosankan, baru membaca berapa halaman saja sudah mengantuk. Tapi ternyata dari lagu, relawan ini lebih mudah paham dan mengerti,” ungkap Ai Ru. “Jangankan orang luar (masyarakat umum), relawan yang sangat sibuk begitu, yang tidak sempat ikut bedah buku, dengan persamuhan ini, dia menjadi paham dengan isi Sutra. Jadi melalui penampilan ini, relawan juga membabarkan Dharma, mewariskan ajaran Buddha. Semoga para penonton mampu meresapinya juga,” lengkapnya.
Menjadikan Kendala untuk Menempa Diri
Dalam persiapan yang begitu panjang, Ai Ru bercerita banyak sekali kendala yang mereka hadapi. Salah satunya adalah mengumpulan peserta. “Karena awalnya persamuhan itu dijadwalkan di bulan Juli lalu mundur sampai Desember, ternyata di tengah-tengah itu, banyak peserta yang mengundurkan diri karena sudah ada jadwal akhir tahun masing-masing. Akhirnya ya kita ulang lagi dari awal,” cerita Ai Ru.
Tapi di tengah itu semua, Ai Ru sangat salut dengan peserta yang semangatnya juga luar biasa. Terlebih kepada mereka yang usianya tak lagi muda. Seperti seorang relawan yang mengalami cedera otot bagian lutut dan sempat tidak bisa berjalan hingga harus pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan. “Tapi minggu depannya, dia sudah ikut latihan lagi. Saya salut sekali,” ungkap Ai Ru.
Lim Ai Ru, PIC sekaligus sutradara Adaptasi Sutra, sempat khawatir ketika menerima tanggung jawab untuk menampilkan Adaptasi Sutra dalam Pemberkahan Akhir Tahun, namun ia juga punya keyakinan bahwa Tzu Chi Indonesia mampu.
Ai Ru pun ingin mengungkapkan terima kasih kepada suaminya (Hardiman Tiang) yang dalam waktu yang panjang ini sangat pengertian dan memahami kesibukan Ai Ru dan tim dalam menyiapkan Persamuhan Dharma. Ia pun sejak lama sudah mewanti-wanti sang suami untuk tidak pergi travelling dulu karena harus fokus.
“Untung shixiong (suami) relawan Tzu Chi juga. Kalau nggak, wah… bisa complain,” tuturnya tertawa, “di awal latihan malah saya harus full 1 hari setiap Minggu karena paginya susun ppt dulu baru sorenya kasih latihan dan ngajarin peserta. Dalam tujuh bulan ini, saya bisa hitung pakai jari berapa kali kita nggak ada latihan. Pertama dan kedua itu pas ada training relawan dan yang ketiga karena ada kegiatan pindapatta.”
Ai Ru juga bersyukur bisa mengajak tim (24 relawan) untuk bersama-sama menjadi tim isyarat tangan. Kalau tidak, ia mengaku tidak sanggup menyaipakannya sendiri. Dengan adanya tim, mereka bisa membantu mengatur ritme latihan hinhha membantu menyelesaikan PPT. Bagi Ai Ru, ini juga salah satu wujud mewariskan semangat Bodhisatwa ini kepada yang muda.
“Jadi yang tadinya sempat ragu dan khawatir untuk menampilan persamuan Dharma ini, sekarang perasaan itu sudah hilang berganti dengan rasa sukacita, sangat happy, sangat terinspirasi juga karena relawan pun menyambut dengan baik sekali,” tuturnya.
--- Bersambung Bagian 2 : PAT 2022: Kisah Penampilan Memukau Persamuhan Dharma Adaptasi Sutra (Bag. 2)
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Wujud Rasa Syukur dan Berkah di Tahun 2022
11 Januari 2023Tzu Chi Makassar mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2022. Acara ini dihadiri oleh 100 orang peserta, yang terdiri dari para pengurus Yayasan Tionghoa, relawan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum, dan penerima bantuan khusus (Gan En Hu).
PAT 2022: Tekad Teguh Tak Tergoyahkan
15 Desember 2022Untuk tampil dalam Persamuhan Dharma, para penyelam Dharma menghabiskan waktu untuk latihan selama tujuh bulan. Di samping harus menghapal lirik, gerakan, dan formasi, juga dibutuhkan tekad dan niat yang kuat agar dapat terus latihan hingga hari persamuhan tiba.
PAT 2022: Kisah Penampilan Memukau Persamuhan Dharma Adaptasi Sutra (Bag. 1)
13 Desember 2022Lim Ai Ru, PIC sekaligus sutradara Persamuan Dharma Adaptasi Sutra berbagi kisah di balik Persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar Tidak Pernah Berakhir. Berbagai kendala diubah menjadi hal yang bermanfaat untuk menempa diri dan mendalami Dharma.