PAT 2022: Menyelami Dharma, Menyeberangi Lautan Samsara
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur) , Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara 1), James Yip (HeQi Barat 2)Kapal persamuhan Dharma berlayar Tzu Chi membawa semua insan makhluk menyeberangi lautan yang berombak menuju ke pantai kebijaksanaan.
Kapal berkapasitas besar dengan logo Tzu Chi sudah siap untuk berlayar membawa para insan Tzu Chi dan semua makhluk yang menderita menyeberangi lautan. Juga menghadapi badai dan ombak besar di tengah lautan yang luas hingga mencapai pantai kebahagiaan.
Dalam Sutra Teratai Bab IX episode 1194, Master Cheng Yen menjelaskan Buddha digambarkan sebagai lautan yang luas, Dharma adalah sebuah jembatan. Buddha terus datang untuk membimbing dan membawa makhluk yang menderita, menyeberangi lautan samsara menuju pantai kebijaksanaan. Untuk menyeberangi lautan samsara ini dengan aman, tentunya kita membutuhkan Dharma Buddha sebagai pedoman hidup.
Master Cheng Yen sangat menjunjung dan menyukai Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra ini merupakan bagian dari Trilogi Sutra Teratai yang adalah kumpulan Sutra yang terdiri dari tiga Sutra Utama: Sutra Makna Tanpa Batas, Sutra Bunga Teratai, dan Sutra Pengamatan Meditasi (Samantabhadra Bodhisattva). Untuk menyelami tiga Sutra ini, kita membutuhkan Keyakinan pada Akar, Keyakinan pada Buddha, Keyakinan pada Dharma, dan Keyakinan pada Sangha.
Tekad awal dan semangat dalam menyelami Dharma dan menyeberangi lautan samsara, tidak mengoyangkan insan Tzu Chi mundur ataupun keluar dari kapal Persamuhan Dharma.
Sutra Makna Tanpa Batas juga merupakan Sutra yang sangat penting karena Master Cheng Yen menjelaskan Buddha mengajar lebih dari 40 tahun untuk mengenal dan mengajarkan Dharma bagi semua makhluk dengan metode terampil, menyesuaikan daya tangkap atau sifat dari berbagai makhluk tersebut. Setelah 42 tahun itu, Buddha baru memberikan inti ajarannya bahwa semua orang bisa menjadi Buddha. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan, semua adalah sama dengan Buddha. Hati Buddha dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Itulah tertuang di dalam Sutra Bunga Teratai.
Pada dasarnya, apa yang telah dilakukan oleh semua insan Tzu Chi tidak luput dari Sutra Lotus. Bila Sutra tersebut dibaca, direnungkan, sebenarnya itulah yang telah dijalankan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia. Apalagi, Tzu Chi Indonesia sudah berumur 29 tahun, misi-misinya sudah lengkap, sehingga kita juga merasa sudah waktunya bagi kita untuk mempelajari, bukan hanya giat menjalankan misi, tapi memahami semangat misi-misi Tzu Chi.
Pementasan Adaptasi Dharma Sutra Lotus Sedunia
Untuk dapat menyelami persamuhan Dharma ini, insan Tzu Chi harus mengingat tekad awal (kilas balik), menyelami Dharma, dan menginventarisasi kehidupan serta meneguhkan tekad masa depan.
Usman Sutanto (51) mengalami kesulitan mendalami Sutra Lotus, namun setelah mengikuti Xun Fa Xiang (Menghirup Harumnya Dharma) setiap pagi membuatnya mulai mengerti.
Sejak tahun kemarin, Master Cheng Yen terus menggaungkan Sutra Bunga Teratai, namun pada tahun 2022, Tzu Chi Taiwan mengajak relawan Tzu Chi di seluruh dunia untuk menampilkan Sutra Lotus yang diadaptasi menjadi beberapa lagu dan ditampilkan dalam isyarat tangan agar setiap orang lebih mudah memahaminya. Bab Gatra Pembukaan Sutra, Bab Pembabaran Dharma dan Bab Sepuluh Pahala dari Sutra Makna Tanpa Batas, yang diselami bersama selama dua hari pada 10-11 Desember 2022, di Aula lantai 4 (Jiang Jing Tang), Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Patmawati sering bertanya kepada Andy Wang mengenai lirik lagu yang diadaptasi.
Persamuhan Dharma Sutra Lotus sedunia yang awalnya akan dipentaskan pada 30-31 Juli 2022 diundur hingga ke bulan Desember 2022, tidak memupuskan tekad Patmawati (32). “Saya sudah bertekad ikut dalam persamuhan ini, ini adalah kesempatan yang bagus, kita bisa belajar langsung dari Tzu Chi Taiwan. Setiap minggu harus datang latihan. Tadinya saya tidak tahu latihannya harus berlutut, berlutut duduk, dan berdiri, hingga kaki sakit setiap hari. Pada saat kerja, badan semua pegal-pegal, it’s ok. Kita di sini, mau belajar. Kesempatan ini belum tentu ada setiap tahun. Banyak belajar dari persamuhan kali ini.” tutur Patmawati, yang sering bertanya kepada Andy Wang mengenai lirik lagu yang diadaptasi.
Bersama dalam satu kapal persamuhan, Usman Sutanto dan Tio Mei Hui (depan berkaos putih) berjalan bersama menyelami Dharma.
Bagi Usman Sutanto (51) sangat sulit mendalami Sutra ini. Namun, setelah mengikuti Xun Fa Xiang (Harumnya Menghirup Dharma) setiap pagi, Usman mulai mengerti. “Dalam persamuhan ini, kita bisa melihat Gatha Wu Liang Yi Jing ini sangat lengkap, saya sendiri bersama Tio Mei Hui harus ikut dalam persamuhan Dharma ini.” imbuh Usman Sutanto, yang terus bertekad untuk menyelami Sutra ini dan mempraktikkan dalam kehidupan berkeluarga, juga bermasyarakat.
Sebagai Nakhoda Dan Lambung Kapal Persamuhan Dharma
Persamuhan Dharma tidak pernah berakhir, apalagi di Tzu Chi, insan Tzu Chi mempraktikkan jalan Bodhisattva, tentu kita perlu menyebarluaskan. “Untuk menyebarluaskan, kita harus mendalami. Setiap kegiatan kita sehari-hari ataupun di Tzu Chi, harus berlandaskan Dharma. Jalan praktik Bodhisattva sudah jelas arah dan tujuannya. Kita harus mampu membimbing semua makhluk. Ini sangat penting, apalagi kita berada di Tzu Chi.” jelas Andy Wang.
Sebagai salah satu person in charge ataupun bagian dari persamuhan Dharma, Andy Wang mengalami kesulitan untuk menyatukan berbagai karakter, Namun, Andy Wang, yakin setiap orang akan menyelami dan mendalami serta mempraktekkan dalam kehidupan.
Sebagai salah satu person in charge ataupun bagian dari persamuhan Dharma, Andy Wang mengalami kesulitan untuk menyatukan berbagai karakter, “Dari latar berbagai umur, kondisi fisik yang berbeda-beda. Semua bisa teratasi dengan metode trampil. Yang tidak bisa berlutut, bungkuk, diberikan alat penopangnya. Untuk menghafal lagu, kita minta mereka belajar dari rumah. Untuk menyamakan gerakan, di setiap latihan bila ada kesalahan, kita langsung koreksi di tempat. Mereka bersungguh hati latihan di rumah hingga mereka dapat menampilkan yang terbaik selama dua hari.” kata Andy Wang. Ia juga menjelaskan dibutuhkan kesamaan hati dan tekad mengikuti persamuhan Dharma sedunia.
Kapal persamuhan akan segera berlayar. Di dalam kapal tersebut juga terdapat para guru serta siswa-siswi dari SMA dan SMK Sekolah Cinta, Cengkareng juga terlibat dalam persamuhan ini. Mereka adalah tiga guru yang ikut dalam formasi yang berada diatas panggung, bersama 60 siswa-siswi SMA yang berada di blok AB sisi panggung Gan En, 60 siswa-siswi SMK di blok AB sisi panggung Da Ai dan 147 siswa-siswi SMA dan SMK yang berada di blok C.
Bagi Adi Kristanto, adaptasi pementasan ini adalah pelatihan diri.
Adi Kristanto (32), Guru Mandarin SMA dan SMK Sekolah Cinta Kasih, juga sebagai penanggungjawab Blok AB menjelaskan pada bulan Juli 2022, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengadakan sosialisasi dan menggalang siswa-siswi dari kelas 11 dan kelas 12 yang beragama Buddha turut serta dalam persamuhan ini.
“Dalam sosialisasi ini, kami memprioritaskan siswa-siswi Buddhis untuk bersama-sama menyelami Sutra, menyamakan pandangan dan situasi ketika Sang Buddha memberikan pembabaran Dharma Sutra Makna Tanpa Batas. Kita juga mengimbau, mengajak dan mengingatkan anak-anak, ketika dalam proses latihan persamuhan hingga hari H, diusahakan untuk bervegetaris.” jelas Adi Kristanto, juga bagian dari formasi panggung.
Bagi Adi Kristanto, adaptasi pementasan ini adalah pelatihan diri. Selama dalam latihan persamuhan ini, pastinya ia menemukan berbagai macam karakter, berbagai jenis permasalahan. Layaknya kehidupan, bagaimana kita menyikapi masalah dalam hidup.
“Ketika kita menemukan masalah dalam latihan, mungkin cara pandangan yang berbeda, kesibukan yang terjadi, bagaimana kita bisa tetap tenang, tetap belajar melihat dari sisi positif dan tetap menjaga semangat yang ada.” imbuh Adi Kristanto.
“Ketika kita mengingat kembali tekad kita ikut persamuhan ini, semangat itu timbul kembali. Bagaimana ketika kita melihat ada satu permasalahan dalam hidup, kita berusaha melihat sesuatu dari hal positif. Tidak melihat ke hal-hal yang cenderung melemahkan semangat kita.” Tambah Adi Kristanto.
Walau membutuhkan latihan hingga 7 bulan lamanya, Adi Kristanto tetap memberikan pemahaman dan menguatkan tekad awal anak-anak SMA dan SMK Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng ikut dalam persamuhan Dharma.
Lagu-lagu Dharma yang diadaptasi dalam isyarat tangan mengandung Sutra dan makna mendalam. Seperti lagu Kai Jing Ji bermakna bahwa kita sedang berdialog dengan Sang Buddha. “Kita ingin belajar kehidupan Sang Buddha. Sebelum kita menyiapkan hati kita masuk ke dalam Sutra ini, kita harus mengkondisikan hati dan pikiran setenang mungkin agar apa yang diajarkan Sang Buddha, dapat diselami dalam batin dan pikiran kita hingga dapat kita terapkan dalam prilaku dan praktik keseharian hidup.” Adi Kristanto menjelaskan arti dari setiap adaptasi lagu dalam persamuhan Dhamma.
Walau membutuhkan latihan hingga 7 bulan lamanya, Adi Kristanto tetap memberikan pemahaman dan menguatkan tekad awal siswa-siswi. “Bila mundur sekarang, apa tidak terlalu sayang, sedangkan kamu sudah berjalan sejauh ini. Cobalah bersemangat. Belajar berpikir dari kebersamaan, jangan melihat kepentingan diri sendiri.” saran Adi Kristanto kepada siswa-siswi.
Adi juga menjelaskan bahwa ia banyak belajar dari anak-anak. Belajar team work, kemandirian, hidup dalam tekanan, bijak dalam memandang suatu permasalahan. Dalam persamuhan ini pula, anak-anak banyak belajar terutama kekompakkan dan kerapian dalam kelompok.
“Anak-anak tidak perlu didorong, mereka sudah semangat. Inilah hasil usaha dari mereka selama 7 bulan ini. Demikian relawan, ketika sudah mau mencapai hari H, semangat pasti full.” tutup Adi Kristanto bersemangat menyelami Dharma Adaptasi Sutra Lotus.
Selain Adi Kristanto, ada Mulyawan (35) menjelaskan pada awal ikut terjun dalam persamuhan ini, ia mengalami kesulitan. Selain harus melatih anak-anak SMA di sisi panggung Gan En, juga harus belajar gerakan dalam formasi panggung, “Antara posisi panggung dengan AB ada sedikit perbedaan, kita harus mempelajari dua formasi. Belajar beradaptasi sambil melatih anak-anak.” tutur Mulyawan, berprofesi sebagai Guru Mandarin Cinta Kasih Tzu Chi.
Arah dan tujuan pada persamuhan Dharma sudah pasti, demikian yang disampaikan Mulyawan kepada anak-anak, dan terus bertekad dan bersemangat walau terkadang mengalami gesekan selama masa latihan.
Walau berlatar Buddhis, Mulyawan mengakui sulit untuk mencerna lirik lagu Sutra Makna Tanpa Batas. “Di dalam lagu tersebut terdapat Ajaran Buddha yang mendalam. Setelah beberapa kali bertanya kepada Surya shixiong, dan relawan lain, akhirnya saya bisa mempelajarinya dengan baik. Bisa dikatakan lirik lagu tersebut mencerminkan diri kita sendiri. Kita sebagai manusia, harus seperti apa. Sampai hari ini, saya memahami setiap lirik lagu tersebut.” kata Mulyawan, yang sedang dalam tahap menjalankan apa yang terkandung dalam lirik lagu Persamuhan Dharma ini.
Banyak perubahan terjadi dalam diri Mulyawan setelah tujuh bulan menyelami adaptasi Sutra Lotus, “Saya belajar menjadi orang yang lebih bersabar. Ketika saya sedang mempelajari persamuhan ini, bagaimana saya juga membawa tim AB siswa siswi SMA, itu melatih kesabaran. Demi persamuhan ini, saya sering dinasehati oleh para relawan, “Laoshi harus sabar bawa anak-anak.” seperti itu.” imbuh Mulyawan.
Setiap lirik lagu mengandung Sutra, ini sangat dipahami oleh Junaidi, seorang guru mandarin SMA SMK Sekolah Cinta Kasih, “Seperti lirik Neng She Yi Qie Zhu Nan She melambangkan sifat Buddha. Kita sebagai Bodhisattva dunia, kita bisa belajar sifat Buddha, mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, terus bersumbangsih bagi semua makhluk, menggalang hati dan dana serta menyebarluaskan ajaran Buddha.” terang Junaidi yang turut bersumbangsih waktu dalam melatih anak SMA dan SMK Sekolah Cinta Kasih (tim AB sisi DaAi) ikut dalam kapal persamuhan Dharma ini.
Andy Wang, Adi Kristanto, Mulyawan, Junaidi, menjadi nakhoda serta lambung kapal persamuhan Dharma bersama insan Tzu Chi lainnya. Berlayar membawa semua insan makhluk menyeberangi lautan yang berombak menuju ke pantai kebijaksanaan.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
PAT 2022: Menyelami Dharma, Menyeberangi Lautan Samsara
14 Desember 2022Kapal berkapasitas besar dengan logo Tzu Chi sudah siap untuk berlayar membawa para insan Tzu Chi dan semua makhluk yang menderita menyeberangi lautan. Juga menghadapi badai dan ombak besar di tengah lautan yang luas hingga mencapai pantai kebahagiaan.
PAT 2022: Tekad Teguh Tak Tergoyahkan
15 Desember 2022Untuk tampil dalam Persamuhan Dharma, para penyelam Dharma menghabiskan waktu untuk latihan selama tujuh bulan. Di samping harus menghapal lirik, gerakan, dan formasi, juga dibutuhkan tekad dan niat yang kuat agar dapat terus latihan hingga hari persamuhan tiba.
Tzu Chi Padang Menggelar Pemberkahan Awal Tahun 2023
02 Februari 2023Setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, pada Minggu, 29 Januari 2023, Tzu Chi Padang kembali mengadakan kegiatan Pemberkahan Awal Tahun 2023. Kegiatan diikuti oleh 218 peserta serta 35 relawan Tzu Chi Padang.