PAT 2023: Drama Parodi Musikal yang Menyentuh, Ajak Penonton Flashback Ke Masa Itu

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Marianie (HQU1), Widosari (HQP) , Fotografer : Anand Yahya, Aris Widjaja (HQU2), Henry Tando (HQU1), Kurniawan (He Qi Timur) Mery Hasan (HQB2), Indra Gunawan (HQU2)


Pemberkahan Akhir Tahun 2023 yang digelar Tzu Chi Indonesia berlangsung meriah, penuh haru, juga sarat dengan hal-hal inspiratif. Pemberkahan digelar selama dua hari, 20-21 Januari 2024. Di hari pertama, sebanyak 2.193 orang hadir memenuhi Aula Jing Si Indonesia.

Livia Tjin tak dapat menyembunyikan rasa harunya saat menyaksikan drama yang ditampilkan para staf badan misi amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Pemberkahan Akhir Tahun 2023, Sabtu 20 Januari 2024. Air matanya berlinangan. Meski bertajuk drama parodi musikal yang riang, drama tersebut diangkat dari kisah nyata. Ditampilkan bagaimana para staf badan misi amal tetap bekerja sepenuh hati menyukseskan penyaluran bantuan Tzu Chi di masa-masa genting saat Covid-19 mula-mula melanda Indonesia.

“Drama yang ditampilkan sangat luar biasa. Ketika orang-orang tidak berani sehingga work from home, staf yayasan masih tetap masuk. Semangatnya itu, misi dan semangat Tzu Chi ada dalam diri mereka dan menyerap ajaran Master Cheng Yen demi memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Livia.

Ada tiga fase dalam drama ini. Fase pertama saat Covid-19 masuk Indonesia, dan Tzu Chi Indonesia berupaya keras mendatangkan alat-alat kesehatan, terutama masker, APD, dan oksigen medis. Fase kedua ketika vaksin mulai masuk Indonesia, dan Tzu Chi memulai vaksinasi bagi masyarakat luas. Fase ketiga, virus mulai berkurang dengan adanya vaksinasi tapi perekonomian masyarakat belum pulih. Tzu Chi Indonesia pun mulai menyalurkan bantuan paket sembako.

Drama berdurasi 30 menit ini secara keseluruhan berlangsung apik. Penampilan para aktornya sangat menjiwai. Sekali lagi karena memang berdasar kisah nyata. Penonton dibuat haru terutama menyadari bahwa di awal pandemi, Tzu Chi Indonesia sangat bisa diandalkan, baik oleh pemerintah maupun berbagai institusi, khususnya kesehatan. Dan ternyata di belakangnya ada para staf dan pimpinan Tzu Chi Indonesia yang bekerja lebih keras dari biasanya, dalam kondisi serba hati-hati karena angka penularan Covid-19 terus melonjak.



Untuk pertama kalinya, staf badan misi amal diminta tampil dalam acara pemberkahan. Badan Misi Amal pun menampilkan sebuah drama parodi musikal yang mengambil latar penyaluran bantuan Tzu Chi Indonesia saat Covid-19 mula-mula melanda Indonesia.



Hamaidi pagi-pagi sekali sudah di meja kerjanya sambil menggaruk kepala, ia pusing dengan banyaknya barang yang harus ia sediakan. Tangannya memegang satu rol kertas berisi list barang-barang yang akan ia beli.

Dalam drama, Hamaidi, Kepala Departemen Purchasing muncul dalam meeting bersama Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dan kepala departemen lainnya. Liu Su Mei menginstruksikan Hamaidi agar mengecek harga barang-barang, terutama masker dan alat kesehatan langsung ke supplier.

Hamaidi masih ingat betul betapa pusing kepalanya saat mengatur pembelian masker dan APD kala itu. Bukan hanya soal banyaknya barang yang hendak dibeli, namun barangnya sendiri tidak ada. Padahal kebutuhan masyarakat akan masker saat itu luar biasa besar. Hamaidi berpikir keras, ia pun menelepon beberapa relawan senior yang barang kali memiliki relasi dengan pengusaha produsen masker dan APD.

“Kami uber-uberan sama vendor. Kadang bisa dikirim tapi ya sebagian. Secara bertahap, enggak semua sesuai jadwal, kami cuma bisa mengejar-ngejar saja. Waktu belum dapat barangnya, Ibu Liu Su Mei pastinya khawatir karena barang ini kan akan didistribusikan (khususnya untuk tim medis). Jadi mau tak mau ya kami coba kejar, kalau misalnya di sini tidak ada, ya kami coba cari ke tempat lain. Jadi tidak di satu tempat saja pembeliannya,” kenang Hamaidi.

Selalu ada saja jalan bagi sebuah niat baik. Sensi, produsen masker dalam negeri misalnya, para direksinya sudah tahu bagaimana sepak terjang Tzu Chi di bidang kemanusiaan. Sensi pun berupaya semaksimal mungkin membantu. Bahkan Sensi kala itu turut menyumbang, setengahnya sumbang, setengahnya jual.   Masa-masa menegangkan itu kini sudah berlalu. Hamaidi bersyukur karena meski melalui jalan terjal, namun tetap dapat dilalui. “Sekarang sih pasti lebih senang karena pandemi telah berakhir,” kata Hamaidi tersenyum.



Andre memerankan Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia dengan sangat mirip, baik nada bicara maupun mimik wajah.



Aron yang menjadi petugas vaksinasi tertunduk lesu kelelahan.



Livia merasa sangat terharu saat menyaksikan drama yang ditampilkan staf badan misi Amal.

Dalam drama yang dipentaskan, ada scene Aron dari Departemen Sekretariat Eksternal tampak kelelahan saat menjadi petugas vaksin. Dalam dunia nyata, Aron saat itu tak hanya lelah fisik, namun juga mental. kala itu Aron kehilangan sang ayah karena Covid-19. Padahal di satu sisi Aron waktu itu bertugas menyukseskan vaksinasi bagi masyarakat.

“Waktu itu ceritanya saya lagi bertugas, sehabis itu tiba-tiba sakit, cuma waktu itu saya paksakan untuk masuk. Saya pikir waktu itu bukan Covid-19 soalnya kejadiannya setelah saya sudah vaksin. Saya kira itu efek vaksin. Dan juga setelah antigen hasilnya negatif. Tiba-tiba mulai drop banget, baru saya minta ke HRD untuk PCR. Ternyata hasilnya positif. Akhirnya isolasi mandiri di kamar. Cuma waktu itu masih banyak anggota keluarga di rumah. Jadi memang tetap satu rumah, tapi mungkin sebelumnya sudah terlanjur tertular sekeluarga,” tuturnya.

Setelah dua hari isolasi barulah kemudian Aron mengungsi isolasi di dormitory Rumah Sakit Cinta Kasih. Tak lama keluarganya mulai merasakan sakit. Ayah dan ibunya harus rawat inap di rumah sakit karena saturasi oksigen yang rendah. Ibu tak terlalu parah, tapi sang ayah kian parah dan masuk ICU selama tiga hari dan kemudian meninggal dunia pada Juli 2021. Meski Aron bertugas di vaksinasi, baik sang ibu maupun mendiang ayahnya kala itu belum divaksin karena memang memiliki komorbid.

Badai telah berlalu, Aron pun sudah bisa menerima keadaan. “Lega melihat keadaan yang sekarang. Karena waktu pandemi awal itu benar-benar struggle (berjuang). Mau ketawa saja susah, pokoknya capai banget. Setelah melewati masa-masa itu ya lega banget,” pungkas Aron.

Saling Bersinergi


Dari kanan;  Metta, Veronica, Erni, dan Corry gembira karena drama yang mereka tampilkan diapresiasi sangat baik oleh para penonton, baik di sisi penampilan, maupun spirit Tzu Chi yang dipegang para staf dalam bekerja mendukung Tzu Chi Indonesia membantu masyarakat yang kesusahan.

Drama parodi musikal ini melibatkan para staf badan misi amal Tzu Chi lintas departemen, yakni di 11 departemen yang ada. Drama mulai disiapkan sejak November 2023, mulai dari penulisan naskah, pemilihan talent, lagu, dan properti. Helena Himawan, HR Director menjadi steering committee, yang memberikan banyak pengarahan dan masukan. Sementara sutradara, ada Veronica dan Rio dari bagian HRD, Corry dari Departemen Project dan Suwandi dari Departemen Finance Accounting. Untuk Naskah, Metta Wulandari dari Departemen Dokumentasi dan Publikasi dibantu Marwan dan Michelle.

Tentu masih banyak nama-nama yang berkontribusi dalam menyukseskan drama ini. Biasanya, mereka berlatih setelah makan siang, sehingga pagi harinya masih dapat mengerjakan pekerjaan masing-masing. Drama ini juga dibantu oleh DAAI TV untuk proses dubbing, juga dari Tzu Chi School yang membantu latihan bernyanyi.

“Kesempatan ini adalah kesempatan yang bagus, karena kami selama ini bekerja perbidangnya masing-masing, dengan adanya PAT, persiapan dan lain-lain itu banyak talenta yang terlihat. Misalnya ada beberapa teman yang jago main musik, atau mereka yang diminta untuk ikut berperan tuh sudah kayak aktris atau aktor beneran, trus jadi bisa saling bersinergi,kata Veronica tertawa.



Menyaksikan banyaknya penonton yang terharu, Suwandi merasa sangat happy.

Disibukkan dalam menyiapkan drama, Suwandi dan Metta mengaku sangat enjoy. Saat di atas panggung, ia dan para kru serta para pemain sangat gembira melihat ekspresi wajah para relawan dan staf badan misi lainnya yang menonton, memberi tepuk tangan yang meriah.

“Saya sangat happy karena dapat bersama-sama, tidak sendiri. Saya umpamakan satu batang dupa, dipatahkan itu sangat gampang. Tapi di sini kami badan misi yayasan, yang main drama ini bagaikan satu ikat batang dupa, jadi kami happy menjalaninya,” kata Suwandi yang telah bekerja di Tzu Chi Indonesia selama 8 tahun 8 bulan ini.

“Saya pun tidak menyangka banyak orang terharu. Tapi sungguh jadi ikut terharu ketika melihat banyak relawan yang menangis. Ibu Liu Su Mei pun sampai menahan air mata, saya makin terharu,” tambah Metta.

Di bangku penonton, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei tak kuasa membendung perasaannya, ia larut dalam haru. Kata dia, drama yang ditampilkan sangat kreatif dan mampu menjabarkan apa yang mereka kerjakan selama masa-masa genting itu.

“Ini juga membuat relawan tahu kalau pekerjaan besar itu ada proses di belakangnya. Sebenarnya staf yayasan mempunya beban yang besar saat itu, tapi mereka tidak mengeluh. Saat itu saya juga merasa sangat tidak tega, seperti anak saya sendiri yang menghadapi kesusahan dalam pekerjaannya. Ini membuat saya sangat terharu melihat mereka. Sekarang kalau lihat kembali seperti sangat mudah ya, tapi sebenarnya di belakangnya itu ada beban yang sangat besar dan kita menghadapinya bersama sehingga ada hasil seperti sekarang,” ujar Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei.

Sementara itu, Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia tertawa kecil saat menyaksikan Andre Ma dari Departemen Sekretariat Eksternal memerankannya. Dalam drama itu diceritakan bagaimana ia yang saat itu berada di Singapura tak lelah mengatur strategi pembelian masker, APD, dan oksigen medis yang harus segera didapatkan untuk mendukung tim medis di Indonesia yang berjuang di garda depan.

“Dramanya bagus sekali, saya rasa semua kan mengalami situasi begitu, di waktu mencekam, kita sama-sama bisa merasakan perasaannya itu. Saya rasa kita sangat bersyukur bisa bersama-sama menghadapi saat itu. Saya rasa kita kerjanya sudah betul, sudah the right track. Semua relawan dan staf yayasan pakai hati ketika mengerjakannya. Itu memang yang penting, bekerja pakai hati,” kata Sugianto Kusuma.

Chia Wen Yu, relawan senior yang sejak semula mendaulat tim badan misi Amal untuk tampil dalam Pemberkahan Akhir Tahun merasa sangat senang dengan penampilan drama tersebut. “Ide memang dari saya, mulanya karena saya mau kasih tahu relawan hari ini kita relawan Tzu Chi Indonesia, bekerja Tzu Chi boleh dibilang lancar, sukses. Belakangnya banyak sekali didukung dari staf yayasan,” terang Chia Wen Yu. Yang ditampilkan dalam bentuk apa, Chia Wen Yu pun memberikan kebebasan. Dari tim badan misi Amal kemudian memilih menampilkan drama.

Chia Wen Yu memuji banyak aspek dari drama ini yang patut diacungi jempol. Mulai dari naskahnya, pilihan lagunya, akting dari para pemainnya. Bahkan Andre yang memerankan Sugianto Kusuma pun dapat membawakan ciri khasnya. Pun dengan Erni dari Departemen Purchasing yang memerankan Liu Su Mei sangat pas aktingnya.

“Yang penting di dalamnya ada spirit Tzu Chi. Ada cinta kasihnya dan kami sangat Gan En waktu pandemi semua staf keluar padahal semua juga takut. Itu yang kami sangat Gan En dan itu dipentaskan,” sambung Chia Wen Yu. “Saya sangat sayang sama mereka semua. Saya berpesan, baik-baiklah berkontribusi di Tzu Chi, berpikirlah bahwa di Tzu Chi juga bisa mengembangkan karir, dan bisa mengembangkan jiwa dan cinta kasih.”

Acara Pemberkahan yang Sarat Keindahan dan Inspirasi



Anita Dradjat berbagi update tentang perkembangan pesat Tzu Chi Cabang Sinar Mas.

Pemberkahan Akhir Tahun 2023 yang digelar Tzu Chi Indonesia digelar selama dua hari, 20-21 Januari 2024. Tema yang diangkat adalah “Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk dengan keyakinan, ikrar, dan praktik. Menetapkan pola makan nabati dan Bersama-sama berbuat kebajikan demi melindungi bumi.”

Di hari pertama, acara pemberkahan ditujukan bagi para relawan, para staf yayasan badan misi amal, staf rumah sakit baik Rumah Sakit Cinta Kasih maupun Tzu Chi Hospital. Lalu para staf Sekolah Cinta Kasih Cengkareng dan Tzu Chi School, serta staf dari DAAI TV Indonesia.

Tak hanya drama parodi musikal, penampilan dari DAAI TV yang membawakan tarian medley Nusantara juga sangat apik. Belum lagi musikalisasi puisi dari para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang dibawakan dengan semangat yang menggelegar. Tarian Indonesia dan Chinese yang ditampilkan murid-murid Tzu Chi School juga sungguh menawan.

Dari perwakilan Tzu Chi Cabang Sinar Mas, Anita Dradjat yang sejak tahun 2016 menjadi relawan Tzu Chi tampil ke atas panggung. Ia menjelaskan bahwa hingga tahun 2023, Tzu Chi Cabang Sinar Mas sudah memiliki lebih dari 6.000 relawan.  Para relawan dalam menyambut 20 Tahun Tzu Chi Cabang Sinarmas di tahun 2024 ini memiliki lima tekad, yaitu satu, mencapai 3 juta Donatur ( Hi tech Hi Touch ) yang mana tahun 2023 sudah berhasil menggalang lebih dari 1.800.000 hati. Dua, bertekad bervegetarian 1-2 hari dalam sepekan. Tiga, menuju 100 Xie Li. Lalu empat, Radius 3KM bebas stunting, karatak, hernia dan bibir sumbing. Lima, fokus pada pendidikan.

Tentunya lima tekad tersebut merupakan sebuah tantangan dan juga semangat bagi relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas. Kata perenungan Master Cheng Yen membuat makin yakin dan percaya adalah “Dengan memiliki Keyakinan, Keuletann dan Keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.”  

“Mohon dukungan dan doa Shixiong dan Shijie di tahun ini maupun masa datang agar yang dilakukan, yang ditekadkan dapat dijalankan penuh kebijaksaan dan penuh dengan kebajikan,” tutur Anita Dradjat dengan rendah hati.

Dokter Farida yang merupakan relawan tim medis Tzu Chi atau TIMA Indonesia mengaku sangat senang dapat hadir dalam Pemberkahan Akhir Tahun 2023 ini. Banyak hal yang dapat diteladani dari apa yang sudah ditampilkan di panggung. “Peran badan misi amal akan menjadi teladan. Badan Misi Amal mengemban dan memiliki kapasitas kemampuan yang lebih besar untuk merangkul yang berkebutuhan, sehingga bisa berbagi dari hal-hal kecil menjadi lebih besar,” kata Dokter Farida yang telah bergabung di TIMA Indonesia sejak tahun 2016 ini.



Bagi Eko Raharjo, totalitas para staf badan misi amal khususnya di awal pandemi sungguh menginspirasi. 

Kesan serupa disampaikan Eko Raharjo, guru Sekolah Cinta Kasih. “Tzu Chi sangat identik dengan misi amalnya walaupun ada misi-misi yang lain seperti misi pendidikan, kesehatan. Misi amal di Tzu Chi sangat dominan sekali terutama ketika berhubungan dengan orang orang yang membutuhkan bantuan. Misi amal memberi satu kesan bahwa Tzu Chi sangat mengasihi, memberi bantuan dengan sepenuh hati,” ujar Eko yang telah mengajar selama 20 tahun ini.

Akhirnya, dalam pesan cinta kasihnya, Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengingatkan bahwa Tzu Chi Indonesia memasuki tahun ke-31, yang merupakan tonggak perjalanan yang baru.

“Kita semua adalah saudara se-Dharma dengan satu guru dan satu tekad. Para staf badan misi, direktur RS, tenaga medis, kepala sekolah, dan para guru juga berkontribusi di Tzu Chi dengan tekad yang sama. Terima kasih atas sumbangsih saudara sekalian. Para senior harus mewariskan semangat tanpa pamrih; yang lebih muda harus belajar dengan rendah hati, berani memikul tanggung jawab, dan menghormati senior. Silsilah Dharma Jing Si harus diwariskan. Tradisi keluarga Tzu Chi Indonesia, yaitu "menghormati Guru, bersatu hati, dan ikhlas", harus terus dijaga agar Tzu Chi Indonesia dapat berkelanjutan.” Pesannya.

 
Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

PAT 2023: Merenung Kembali dan Memandang ke Depan Bersama

PAT 2023: Merenung Kembali dan Memandang ke Depan Bersama

01 Februari 2024

Minggu 28 Januari 2024, merupakan hari yang istimewa bagi para relawan dan donatur Yayasan Buddha Tzu Chi Makassar. Di Kantor Tzu Chi Makassar, mereka berkumpul menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun 2023. 

Kebersamaan dalam Pemberkahan Akhir Tahun

Kebersamaan dalam Pemberkahan Akhir Tahun

07 Februari 2024

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Padang dihadiri sebanyak 400 tamu undangan serta 40 relawan Tzu Chi. Pemberkahan ini digelar di Andromeda Ballroom Hotel Mercure Padang.

Pemberkahan Akhir Tahun 2023 Tzu Chi Indonesia

Pemberkahan Akhir Tahun 2023 Tzu Chi Indonesia

02 Februari 2024
Pemberkahan Akhir Tahun 2023 Tzu Chi Indonesia digelar selama dua hari (20 - 21 Januari 2024). Pada hari pertama digelar untuk internal Tzu Chi Indonesia, sedangkan hari ke dua digelar untuk umum (eksternal). 
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -