Banyak kisah inspiratif dihadirkan dalam Pemberkahan Awal Tahun 2025. Salah satunya pendampingan relawan He Qi Angke pada tiga bersaudara yang sudah lansia.
Pada November 2021, seorang relawan Tzu Chi melihat pria tua berbelanja di supermarket dan membayar dengan uang koin. Relawan ini pun memperkenalkan diri dan menawarkan untuk mengantarnya pulang. Ternyata di rumah Opa tersebut ada dua saudaranya yang juga lanjut usia dan hidup tanpa ada yang merawat. Ada Oma Pan Kin Lan yang mengalami sakit pada kakinya, sementara Oma Mie Lan juga sudah cukup rapuh.
Melihat keadaan ini, relawan tersebut menyarankan mereka untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Setelah menerima pengajuan, tim misi amal di komunitas He Qi Angke bergegas melakukan survei ke rumah mereka. Di sana terlihat tiga saudara lansia; Oma Mie Lan yang kondisinya kurang kuat karena masalah kaki; Oma Pan Kin Lan yang kakinya bengkak akibat insufisiensi vena; dan Opa A Fat, yang tubuhnya lemah namun masih berusaha bekerja menjual roti untuk penuhi kebutuhan sehari-hari.
Oma Pan Kin Lan pernah mengalami kecelakaan pada 2020 yang membuat kedua kakinya terluka. Meski sudah mendapat saran dokter untuk perawatan lebih intensif, Oma memilih untuk dirawat di rumah. Perawatan yang kurang telaten menyebabkan kondisi kakinya memburuk, penuh dengan luka bernanah. Relawan segera membawanya ke Rumah Sakit Cinta Kasih untuk pengobatan intensif.
Setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit, relawan memutuskan untuk melanjutkan perawatan di Panti Sahabat selama enam bulan. Selama waktu itu, relawan rutin mengunjungi dan memastikan kondisi Oma, serta terus memberi perhatian pada Oma Mie Lan dan Opa A Fat.
Selain bantuan medis, relawan juga memperhatikan kondisi rumah mereka. Mulanya mereka menolak perbaikan fasilitas rumah, seperti mengganti WC jongkok dengan WC duduk, karena khawatir akan meningkatnya penggunaan air. Namun, setelah kondisi Oma Kin Lan semakin sulit, mereka setuju. Relawan juga sering datang membantu membersihkan rumah, memperbaiki kebocoran air, serta mengganti bohlam yang rusak, karena Opa dan Oma sering kali mencari bantuan untuk masalah-masalah rumah tangga mereka.
Annie Widjaja, Ketua He Qi Angke menuturkan, selama lebih dari dua tahun, relawan Tzu Chi mendampingi tiga saudara lansia ini.
Pada September 2023, Oma Kin Lan mengalami stroke ringan setelah jatuh di kamar mandi. Relawan segera membawanya ke rumah sakit dan merawatnya penuh perhatian. Setelah dirawat selama 10 hari, Oma dibolehkan pulang dengan kondisi yang masih perlu perawatan intensif. Relawan bergantian datang ke rumah mereka tiap hari untuk memastikan Oma makan, minum obat, dan dirawat dengan baik.
Namun kondisi Oma Kin Lan makin menurun dan kembali membawanya ke rumah sakit. Setelah beberapa kali Oma Kin Lan dirawat di rumah sakit, pada Desember 2023, Opa A Fat meninggal dunia di rumah. Relawan segera menghubungi ambulans untuk membawa jenazah ke rumah duka dan membantu proses pemakaman. Pada Januari 2024, Oma Kin Lan juga meninggal dunia setelah kondisinya makin kritis. Relawan kembali memberi dukungan untuk proses pemakaman hingga selesai.
Setelah meninggalnya Oma Kin Lan, perhatian relawan beralih pada Oma Mie Lan yang kini sendirian. Pada Februari 2024, relawan menerima kabar bahwa makanan yang biasa diantarkan kepadanya tergantung di pagar rumah. Relawan segera datang dan menemukan Oma Mie Lan pingsan dalam rumah. Relawan segera membawanya ke rumah sakit. Namun, meski sudah mendapatkan perawatan, Oma Mie Lan akhirnya meninggal dunia pada 12 Maret 2024 di rumah adiknya.
Selama lebih dari dua tahun, lebih dari 70 relawan Tzu Chi mendampingi tiga saudara lansia ini. Mereka memberi bantuan medis, perawatan rumah, dan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan. Tanpa hubungan darah, relawan memperlakukan mereka seperti keluarga sendiri, memberikan cinta kasih tanpa batas hingga akhir hayat mereka. Setiap kali membawa mereka ke rumah sakit, relawan yang terlibat bisa mencapai 5 hingga 9 orang, dan beberapa kali harus menunggu berjam-jam untuk memastikan semuanya berjalan lancar.
“Kami, berharap agar pengalaman ini bisa menginspirasi orang lain untuk lebih peduli terhadap orang tua dan sesama. Kami berharap masyarakat tidak hanya mendonasikan harta, tetapi juga lebih peduli dengan tindakan nyata, melangkah lebih jauh untuk membantu mereka yang membutuhkan,” ujar Annie Widjaja, Ketua He Qi Angke.
Perkembangan Tzu Chi Palembang, Kekuatan dari Sebuah Keyakinan
Tzu Chi Palembang telah berkembang pesat dan menjadi salah satu cabang Tzu Chi yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Sejak tahun 2021, Tzu Chi Palembang telah menyalurkan 60.312 paket cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan. Kemajuan ini tak terlepas dari dukungan dan semangat yang diberikan oleh relawan dan masyarakat setempat, serta inspirasi yang diberikan oleh ajaran Master Cheng Yen.
Novriko, Wakil Ketua Tzu Chi Palembang berkesempatan berbagi pengalaman mengenai perkembangan Tzu Chi Palembang. Ia mengungkapkan bahwa ajaran Master Cheng Yen tentang "Harus yakin setiap orang punya cinta kasih dan kemampuan tak terduga" terbukti nyata dalam perkembangan Tzu Chi di Palembang.
Novriko berbagi pengalaman mengenai perkembangan Tzu Chi Palembang.
Perkembangan Tzu Chi Palembang menunjukkan bahwa dengan rasa percaya diri dan keyakinan terhadap potensi diri, komunitas ini mampu berkembang pesat dan memberikan dampak positif. Hal ini tidak hanya terlihat dari banyaknya bantuan yang disalurkan, tapi juga kualitas pelayanan yang diberikan dalam berbagai bidang, termasuk misi sosial dan pelestarian lingkungan.
Selain aktif di misi amal, Tzu Chi Palembang juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam misi pelestarian lingkungan. Kini, Tzu Chi Palembang telah memiliki 2 Depo dan 2 titik pilah yang berfungsi untuk mengelola sampah secara terorganisir. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Tzu Chi dalam menjaga kelestarian bumi serta mengajarkan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Salah satu kisah inspiratif yang juga menjadi bagian dari perjalanan Tzu Chi Palembang adalah perubahan hidup seorang penerima bantuan bernama Amoi. Sebelumnya Amoi hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Selama dua tahun, Amoi tinggal di sebuah kamar yang pengap dan gelap, akibat gangguan kejiwaan yang dialaminya. Kehidupannya yang penuh kesulitan, tanpa dukungan yang memadai, membuat Amoi merasa terisolasi.
“Dengan cinta kasih dan ketulusan relawan membersihkan dan membawa Amoi berobat, kini hidup Amoi telah membaik, dengan kisah ini Tzu Chi membawa harapan bagi diri sendiri dan keluarganya" ujar Novriko.
Kisah Amoi menjadi salah satu bukti nyata bahwa dengan cinta kasih yang tulus dan perhatian yang mendalam, Tzu Chi mampu mengubah kehidupan seseorang. Keberadaan Tzu Chi bukan hanya memberikan harapan bagi penerima bantuan, tetapi juga membawa dampak positif bagi keluarganya, yang kini bisa merasakan kebahagiaan dan kedamaian.
Tzu Chi Hospital Mengabdi dengan Cinta Kasih
Tzu Chi Hospital yang telah berdiri sejak tahun 2021 dengan penuh dedikasi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring berjalannya waktu, rumah sakit ini terus berkomitmen untuk menyediakan pelayanan medis yang berkualitas tinggi dengan mengutamakan cinta kasih dan perhatian terhadap setiap pasien.
Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital berterima kasih atas dukungan semua pihak sehingga Tzu Chi Hospital terus berkembang pesat.
Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga Tzu Chi Hospital dapat beroperasional hingga hari ini. Salah satu kebanggaan terbesar rumah sakit ini adalah keberhasilan dalam menghadirkan teknologi medis terkini, seperti operasi robotik minimal invasive. Sejak Januari 2024, lebih dari 50 operasi menggunakan teknologi ini telah dilaksanakan, memungkinkan proses penyembuhan pasien menjadi lebih cepat dan hasil yang lebih memuaskan.
Selain itu, sejak Juli 2024, Tzu Chi Hospital juga memperkenalkan layanan operasi penggantian lutut (knee replacement), yang telah membantu lebih dari 150 pasien untuk menjalani prosedur tanpa rasa nyeri. Inovasi medis ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup pasien, tetapi juga membuktikan komitmen Tzu Chi Hospital dalam memberikan perawatan terbaik dengan pendekatan yang lebih modern.
Tak hanya berfokus pada pengobatan modern, Tzu Chi Hospital juga memberikan layanan pengobatan tradisional melalui akupunktur. Layanan ini membuka kesempatan bagi pasien yang mencari alternatif atau pelengkap dalam perawatan mereka. Dengan memadukan pengobatan modern dan tradisional, Tzu Chi Hospital berusaha memberikan solusi yang menyeluruh dan berimbang untuk kesehatan pasien.
Tzu Chi Hospital tidak hanya melayani masyarakat di sekitar daerahnya, tetapi juga menjangkau pasien dari berbagai daerah. Komitmen untuk melayani sesama dengan hati tulus terlihat jelas dalam cara rumah sakit ini memberikan pelayanan kepada setiap orang tanpa membedakan latar belakang. Tzu Chi Hospital berfokus pada misi kemanusiaan, mengutamakan kualitas pelayanan kesehatan, dan memastikan setiap pasien merasa dihargai dan dipedulikan.
Di usia yang masih muda, rumah sakit ini telah berhasil mengukir banyak prestasi, dan dengan semangat yang terus menyala, Tzu Chi Hospital siap untuk menghadapi tantangan dan memberi harapan kepada lebih banyak orang di masa depan.
Mendapat Banyak Pencerahan
Melalui tiga kisah yang diketengahkan tersebut, sebanyak 2.158 peserta yang hadir dalam Pemberkahan Awal Tahun 2025 di Aula Jing Si Indonesia, Minggu 9 Februari 2025 belajar banyak tentang cinta kasih tanpa syarat. Top of Form Eveline, Wakil Kepala Sekolah Ren Wen Tzu Chi merasa terkesan, apalagi ia dan rekan-rekan sesama guru baru pertama kali hadir dalam pemberkahan Tzu Chi.
“Performance-nya bagus-bagus, lalu melihat empat misi Tzu Chi benar-benar dijalankan dengan baik di Indonesia, saya terasa kayak mengawali awal tahun ini dengan berkah yang baru juga,” katanya.
Eveline terkesan dengan pelaksanaan Pemberkahan Awal Tahun yang memberikan banyak pencerahan, inspirasi, dan juga hiburan yang bermakna.
Daniel belajar banyak dari ketulusan yang ditunjukkan para relawan Tzu Chi dalam menolong orang-orang yang dalam kondisi sulit.
Dalam pemberkahan ini hadir 60 Muda-mudi Tzu Chi atau Tzu Ching. Daniel Tanuwijaya, Ketua Tzu Ching Indonesia terharu dengan pengalaman yang dibagikan para relawan di atas panggung.
“Pendampingan tiga bersaudara yang selama 2 tahun 2 bulan para relawan berkunjung sampai total 100 kunjungan dan juga ada 70 relawan yang datang ke 3 saudara tersebut sangat-sangat menyentuh hati saya,” kata Daniel.
Kebahagiaan para relawan menerima angpao berkah Master Cheng Yen dan suvenir dari Tzu Chi Indonesia.
Pun dengan Fendy, staf dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia yang belum satu tahun bekerja di Tzu Chi. Melihat rekap kegiatan Tzu Chi Indenesia setahun terakhir yang ditayangkan dalam Kilas Balik Tzu Chi Indonesia 2024 membuatnya bersyukur. Dengan bekerja di Tzu Chi, Fendy juga dapat mengembangkan misi kemanusiaan melalui pekerjaannya.
“Saya sangat terkesan dengan sharing sesi relawan, di mana relawan dengan tulus mendampingi penerima bantuan tidak hanya satu dua kali, sampai seratus kali. Itu adalah satu bentuk cinta kasih relawan Tzu Chi yang bisa kita contoh baik saya sebagai karyawan maupun sebagai relawan,” ujar Fendy.
Editor: Khusnul Khotimah