PAT 2025: Menjadi Cahaya Bagi Sesama Melalui Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Widosari (He Qi Pusat) , Fotografer : Anand Yahya, Mery Hasan (He Qi Barat 2)


Penampilan genderang oleh relawan TIMA Indonesia dan staf Tzu Chi Hospital berhasil menciptakan semangat kebersamaan, dengan irama yang kompak.

Sebuah momen yang penuh makna kembali tersaji di Aula Jing Si Indonesia, Minggu 9 Februari 2025 melalui Pemberkahan Awal Tahun 2025. Sebanyak 2.158 peserta yang adalah para relawan Tzu Chi, staf badan misi Tzu Chi, serta donatur, larut dalam suasana kekeluargaan sebagai satu keluarga besar Tzu Chi Indonesia.

Tema pemberkahan kali ini adalah Giat Mengembangkan Perhatian Benar untuk Belajar dan Sadar; Tekun dan Bersemangat dalam Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Sebuah ajakan untuk senantiasa berusaha memperdalam kebijaksanaan, mengembangkan kesadaran dalam kehidupan sehari-hari, serta tekun menjalankan praktik Bodhisatwa yang dapat menjadi cahaya bagi sesama melalui tindakan nyata yang penuh kasih dan kebajikan.

 
Penampilan genderang dari relawan tim medis Tzu Chi atau Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia serta staf dari Tzu Chi Hospital berhasil menghadirkan semangat dan nuansa kebersamaan. Irama genderang yang kompak melambangkan ajakan untuk melakukan kebajikan bersama-sama.



Tarian Burung Enggang dibawakan dengan penuh semangat oleh murid SMP Sekolah Cinta Kasih Cengkareng.

Lalu Tarian Burung Enggang yang merupakan tarian tradisional dari Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur merupakan bentuk penghormatan terhadap asal-usul leluhur. Tarian ini dibawakan dengan rancak oleh tujuh murid SMP Sekolah Cinta Kasih Cengkareng dan mengundang decak kagum. Ini menunjukkan bahwa seni dan budaya tetap dihargai serta dilestarikan di lingkungan pendidikan.

Tzu Chi Indonesia telah dan semakin dikenal sebagai organisasi sosial yang berkontribusi dalam membantu masyarakat melalui Empat Misi Utama dan Delapan Jejak Langkah. Diputarlah video Kilas Balik Tzu Chi Indonesia Tahun 2024 yang merangkum berbagai kegiatan Tzu Chi selama setahun. Tayangan ini juga merupakan bentuk apresiasi atas dukungan dari berbagai pihak kepada Tzu Chi Indonesia.

Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh



Shu Tjheng dan Supandi berbagi tentang perjalanan Tzu Chi Aceh yang bermula dari bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah tsunami pada Desember 2004.

Tragedi tsunami dahsyat yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 menelan lebih dari 200 ribu korban jiwa dan menjadi salah satu bencana paling memilukan dalam sejarah Indonesia. Dua dekade telah berlalu, namun upaya kemanusiaan dari relawan Tzu Chi tak pernah berhenti dalam membantu, menolong, dan mendampingi para korban bencana.

Shu Tjheng, pembina Tzu Chi Aceh serta Supandi Ketua Tzu Chi Aceh, berbagi tentang kesungguhan relawan Tzu Chi Aceh untuk terus berkembang. Hari ini Tzu Chi Aceh sudah memiliki sembilan komunitas relawan, yakni di Banda Aceh, Bireun, Lhokseumawe, Kuala Simpang, Sabang, Meulaboh, Panteriek, Neuheun dan Peunaga Baro.

“Di 2025 ini kami akan lebih banyak mengajak orang menjadi relawan juga kegiatan seperi bakti sosial serta sosialisasi Tzu Chi.” Kata Supandi yang sangat terharu bisa berkesempatan berbagi tentang berbagai upaya Tzu Chi Aceh dalam berbagi cinta kasih di Aula Jing Si Indonesia.

Kerja Keras dan Sumbangsih Relawan dan Donatur



Sebanyak 55 relawan senior mempersembahkan isyarat tangan Jejak Langkah Welas Asih, yang liriknya sungguh menggugah hati. Yakni tentang semangat cinta kasih dan kepedulian terhadap semua makhluk hidup.

Tahun ini, Tzu Chi Indonesia telah menginjak usia 32 tahun, sebuah pencapaian yang tidak terlepas dari peran dan dedikasi para relawan. Sebagai ungkapan terima kasih, sebanyak 55 relawan senior mempersembahkan isyarat tangan Jejak Langkah Welas Asih, yang melambangkan semangat cinta kasih dan kepedulian terhadap semua makhluk hidup. Tzu Chi hadir untuk mengurangi penderitaan dan membawa manfaat bagi banyak orang. Keberhasilan dan keberlangsungan Tzu Chi Indonesia merupakan hasil dari kerja keras dan sumbangsih para relawan.

Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei sangat bersyukur bahwa Tzu Chi Indonesia telah memasuki tahun ke-32. “Tadi kita menyaksikan tampilan isyarat tangan dengan lirik “melangkah dengan mantap”. Para Shixiong dan Shijie di atas panggung ini telah berkecimpung di Tzu Chi selama dua hingga tiga dekade. Karena mereka berjalan dengan mantap, kita yang di belakang pun dapat mengikuti dengan mantap,” tutur Liu Su Mei.

Liu Su Mei pun berharap para relawan terus dapat saling bergandengan tangan, yang mana para relawan senior membimbing yang lebih muda. Semua orang dapat melangkah dengan mantap menjalankan misi Tzu Chi di Indonesia. Keberhasilan Empat Misi Besar Tzu Chi hingga hari ini tidak terlepas dari dedikasi semua pihak.

“Hari ini, di sini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua Shixiong, Shijie, serta para dermawan atas kontribusi dan sumbangsihnya,” sambung Liu Su Mei.



Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei pun berpesan agar para relawan terus dapat saling bergandengan tangan, menjalankan misi Tzu Chi di Indonesia.



Menghadiri pemberkahan awal tahun, Galeh Pramudita Arianto dapat belajar bagaimana menjadi Bodhisatwa dunia dengan memberikan welas asih kepada sesama.

Galeh Pramudita Arianto, guru Bahasa Indonesia di Tzu Chi School begitu terkesan mengikuti pemberkahan awal tahun ini. Ia dapat belajar bagaimana menjadi Bodhisatwa dunia dengan memberikan welas asih kepada sesama. “Saya sangat terkesan dengan sharing tentang tsunami Aceh, bagaimana relawan seluruh dunia bersatu padu memberikan bantuan yang sangat berguna dan bermanfaat bagi sesama,” ujar Galeh yang baru pertama kali ini mengikuti pemberkahan awal tahun.

Pertama kalinya mengikuti pemberkahan awal tahun, Riska, perawat Tzu Chi hospital mendapatkan banyak inspirasi yang sangat berharga tentang nilai-nilai kemanusiaan. Ini juga menjadi pengingat baginya untuk selalu berbagi dan memberi dengan tulus.

“Sharing tentang 3 saudara yang sakit sangat berkesan, di mana opa dan oma yang sakit tidak ada yang merawat, lalu relawan mendampingi dan merawat sampai akhir hayatnya walau tidak ada ikatan darah. Melakukan kebaikan tidak harus dengan kemewahan tapi bisa dengan tenaga dan cinta kasih. Semoga saya bisa menjadi pribadi yang peduli dan bersyukur dengan setiap berkat yang saya terima,” tekad Riska.



Artikel Terkait

Akhir Tahun Penuh Berkah

Akhir Tahun Penuh Berkah

13 Maret 2015 Tak ketinggalan murid SMA Negeri 1 Padang yang menampilkan isyarat tangan dan drama tentang kesadaran seorang anak terhadap orangtua. Dalam pertunjukan ini memberikan pembelajaran yang berarti bagi setiap orang bahwa harta kekayaan tidak menjamin kebahagiaan, melainkan kesederhanaan lah yang membuat seseorang menjadi bahagia.
Harapan Baru untuk Mewariskan Cinta Kasih

Harapan Baru untuk Mewariskan Cinta Kasih

08 Januari 2020

Kisah inspiratif hadir dari Pemberkahan Akhir Tahun 2019 di Tanjung Balai Karimun. Relawan Tzu Chi bernama Ah Kiong dulunya merasa enggan ketika mencoba mengajaknya ke Tzu Chi karena saat itu ia masih melaut. Terhitung sudah 20 tahun ia berlayar. Kini Tzu Chi telah mengubah tekadnya.

Pemberkahan Akhir Tahun di Makassar

Pemberkahan Akhir Tahun di Makassar

01 Februari 2012
Setiap tahun Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Tema Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini adalah “Dharma Bagaikan Air yang membersihkan noda batin, Bodhisatwa mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas“.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -