Peduli Bencana, Peduli Sesama, Peduli Semesta

Jurnalis : Agus Lee (Tzu Chi batam), Fotografer : Stella, Louis, Sulastri, Supardi (Tzu Chi batam)


Relawan Tzu Chi Batam mengadakan penggalangan dana untuk korban Palu ditengah kegiatan screening baksos kesehatan Tzu Chi pada tanggal 6-7 Oktober 2018. 

Bencana gempa bumi berkuatan 7,4 skala Richter yang mengguncang Palu, Donggala dan sekitarnya di Sulawesi Tengah masih meninggalkan luka mendalam bagi para korban. Gempa bumi diiringi tsunami datang menghampiri secara tiba-tiba tanpa mengizinkan para warga untuk menyelamatkan diri. Seketika, gedung dan rumah runtuh rata dengan tanah. Dampak bencana begitu parah, hingga 7 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban yang meninggal dunia sudah mencapai 1.763 orang.

Dilaporkan pula pengungsi sekarang mencapai 62.359 orang yang tersebar di 147 titik. Melihat kondisi para pengungsi yang masih sangat membutuhkan bantuan, relawan Tzu Chi Batam berinisiatif untuk menggalang dana bagi para korban pada saat kegiatan screening baksos kesehatan Tzu Chi.  Screening ini merupakan pemeriksaan awal bagi pasien yang menderita katarak, benjolan, hernia, dan bibir sumbing yang akan dilakukan operasi pada minggu berikutnya.


Relawan Tzu Chi, Nani membagikan Bulentin Tzu Chi dan mengenalkan Tzu Chi kepada para peserta screening baksos.

Menggalang Cinta Kasih untuk Palu dan Donggala

Selama dua hari, 6-7 Oktober 2018, beberapa relawan mengambil kotak amal dan mulai menggalang dana di sekitar Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Wangi, Ketua Hu Ai 2 Batam, kegiatan ini merupakan kesepakatan saat rapat baksos, “Kita mengambil momen ini supaya mereka bisa menyampaikan cinta kasih buat para pengungsi.” Di lokasi kegiatan screening dapat terlihat banyak orang yang turut berempati terhadap kejadian yang menimpa Palu dan Donggala. “Malah ketika kotak kita taruh di meja pendaftaran, ada yang berjalan ke sana untuk menyampaikan cinta kasihnya,” tutur Wangi.


Kegiatan galang dana ini disambut hangat oleh para peserta screening baksos dan juga pendamping mereka untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.


Para relawan pelestarian lingkungan mengumpulkan lalu mencuci gelas yang digunakan saat screening.

Salah seorang relawan Tzu Chi yang ikut menggalang dana, Nani merasa sangat senang melihat begitu banyak orang yang tergerak hatinya untuk turut bersumbangsih. “Namanya kita juga sesama manusia, hendaknya kita memiliki satu rasa empati, apalagi kita sebagai relawan Tzu Chi, khususnya saya juga bergerak di misi amal, kita menyadari dengan melihat penderitaan, kita bersama lebih bersyukur. Jadi melalui penderitaan, kita juga belajar bagaimana saling menolong sesama,” ujar Nani.

Ada satu Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Cinta kasih yang tulus dapat menghangatkan batin orang yang menderita dan bersedih” semoga dengan kumpulan cinta kasih tulus ini, perputaran roda ekonomi di Palu dan Donggala dapat segera bergerak kembali. Para korban bencana dapat mengambil hikmah dari bencana ini, berdoa bersama dan mengasihi sesama agar setiap hari dapat dilalui dengan aman, tenteram, dan bebas dari bencana.

Mengasihi Bumi, Mengurangi Botol Plastik

Bencana alam merupakan bencana yang tidak dapat dihindari, namun ada sebagian bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia. Seperti tumpukan botol plastik yang menggunung dan tidak dapat terurai yang akhirnya merusak ekosistem alam. Oleh karena itu, pada baksos yang diadakan di Rumah Sakit Budi Kemuliaan ini, insan Tzu Chi bertekad mengurangi pemakaian botol plastik.

“Kalau di tahun lalu, kita membagikan botol plastik kepada pasien baksos. Tahun ini kita menyediakan air galon dan gelas di berbagai titik sehingga mereka bisa mengambil air sendiri,” ujar Wangi saat diwawancara.


Untuk mengurangi ketergantungan terhadap air mineral botol ataupun gelas, relawan menyediakan gelas dan air galon di 5 titik screening bagi para peserta screening dan relawan.

Berkat gerakan sekecil itu, kita bisa melihat perbedaan yang sangat besar di tong sampah yang kita sediakan. “Pada tong sampah untuk barang yang bisa didaur ulang dan barang yang tidak bisa dipakai lagi, kita melihat bekas botol minuman sudah sangat sedikit. Tahun depan harus lebih jia you (berusaha) lagi, dari segi pembagian makanan kepada pasien, masih ada sendok plastik dan garpu plastik. Kalau boleh, tahun depan kita pakai piring dan sediakan sendok stainless sehingga kita bisa cuci. Itu akan lebih bagus,” imbuh Wangi dengan penuh semangat.

Tidak menyediakan botol minum plastik tentu relawan juga mesti bekerja ekstra dalam penyediaan gelas minum. “Sangat berterima kasih kepada relawan pelestarian lingkungan yang bersedia bergabung di kegiatan ini dan menyempatkan diri untuk ikut serta mencuci alat minum ini. Semoga di kegiatan yang akan datang, mereka bisa ikut bergabung lagi dan kita akan meminimalkan, seminimum mungkin penggunaan plastik-plastik ini,” tutupnya.

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Peduli Bencana, Peduli Sesama, Peduli Semesta

Peduli Bencana, Peduli Sesama, Peduli Semesta

09 Oktober 2018
Melihat kondisi para pengungsi yang masih sangat membutuhkan bantuan, relawan Tzu Chi Batam berinisiatif untuk menggalang dana bagi para korban pada saat kegiatan screening baksos kesehatan Tzu Chi. 
Kasih Ayah Tak Terbatas

Kasih Ayah Tak Terbatas

01 Maret 2016

Kasih sayang orang tua kepada anaknya tak terbatas. Orang tua rela berkorban demi kebahagiaan sang buah hati. Seperti dilakukan oleh Arbain (97 tahun), yang dengan tulus mengantarkan sang anak, Sarifudin untuk menjalani screening bakti sosial operasi katarak yang digelar oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas pada 19 Februari 2016 lalu.

Rasa Bahagia Menjelang Operasi

Rasa Bahagia Menjelang Operasi

26 Februari 2016
Sebelum menjalani operasi, para calon pasien mengikuti screening dengan menjalani serangkaian proses pemeriksaan kesehatan, seperti tes gula darah, tekanan darah, dan kesehatan mata calon pasien. Setelah dirinya dinyatakan lolos untuk screening, rasa senang dan bahagia tak dapat disembunyikan Aidil. Selama 61 tahun, ia betul-betul mendambakan agar bisa melihat kembali dunia dengan sempurna.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -