Peduli Korban Tsunami di Lampung

Jurnalis : Ivon, Junaedy Sulaiman (Tzu Chi Lampung) , Fotografer : Ivon, Wilson (Tzu Chi Lampung)

 


Suherman Harsono, Ketua Tzu Chi Lampung bersama relawan Tzu Chi dan Keluarga Budhayana Indonesia menyerahkan bantuan bagi korban tsunami di Lampung Selatan.

Sabtu, 22 Desember 2018 Lampung berduka akibat bencana tsunami yang menerjang Desa May Muli dan Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu ada juga Pulau Legundi dan Sebesi yang juga terkena dampak tsunami. Gelombang tinggi datang pada pukul 21.30 WIB, dimana sebagian orang ada yang sudah tertidur pulas tidak mampu menyelamatkan diri dari bencana. Tentu saja musibah ini memberikan dampak yang buruk kepada korban, karena sebagian dari mereka ada yang kehilangan anggota keluarganya.

Yayasan Buddha Tzu Chi Lampung dan Keluarga Buddhayana Indonesia pertama kali memberikan bantuan 250 nasi bungkus dan 30 dus air mineral pada Minggu, 23 Desember 2018. Dilanjutkan lagi tanggal 25-27 Desember 2018. Pada tanggal 25 Desember, relawan membuat dapur umum dan membuat 500 nasi bungkus. Tak hanya itu, tanggal 26 Desember 2018 Tzu Chi dibantu oleh Komunitas Wanita Buddhis Indonesia (WBI) menyalurkan bantuan nasi sebanyak 200 bungkus.

Berdasarkan hasil perbincangan Indra Halim, Wakil Ketua Tzu Chi Lampung dengan Kepala Desa Way Muli (23/12/18), jumlah korban meninggal berjumlah 32 orang, namun sekarang sudah meningkat menjadi 40 lebih.

Lita, Ketua Harian Tzu Chi Lampung, juga sempat berbincang-bincang dengan salah satu warga mengenai kejadian yang menimpa mereka. “Kita nggak ada yang nyangka kalau itu tsunami, karena suaranya kayak mobil narik bambu. Jadi kita sempet liat dulu, pas tahu itu tsunami kita langsung naik ke atas semua,” ungkap salah satu warga.

“Ada air naik, jadi saya teriak-teriak langsung ajak naik ke gunung. Alhamdulilah semua keluarga selamat,” cerita Ma’sum, salah satu Ketua RT di Way Muli Timur. 


Awi, relawan Tzu Chi Lampung menyalurkan bantuan ke Pulau Legundi, dengan menempuh perjalanan 2 jam menggunakan kapal TNI-AL.

Perjalanan relawan menuju pengungsian di Desa Way Muli Timur, salah satu desa yang terdampak tsunami cukup parah. Perjalanan sangat licin karena kondisi sedang gerimis.

Kemarin, 27 Desember 2018 Tzu Chi Lampung dan KBI kembali menyalurkan bantuannya ke lokasi terdampak tsunami. Adapun bantuan yang diberikan yaitu obat masuk angin untuk anak-anak dan dewasa, perlengkapan mandi, balsem, pembalut 500 bungkus, minyak kayu putih, sendal jepit 500 pasang, senter, batu baterai, baju layak pakai, selimut, baju sekolah, obat nyamuk, pakaian dalam pria, wanita dan anak-anak, terpal, kasur lantai, handuk, tenda 3 buah, serta kompor dan gas 12 buah. Bantuan dibagi menjadi tiga tempat, yakni di Pulau Legundi, Desa Way Muli Timur, dan Desa Kunjir.

Akibat tsunami, sampai saat ini warga masih mengungsi karena trauma. Gelombang tsunami  datang sebanyak tiga kali, hal ini diperkuat dengan kesaksian Jamal, salah satu warga di lokasi. “Awalnya ada suara gemuruh, taunya ombak gemuruh, ombak naik bergulung-gulung warna hitam. Terus surut agak lama tuh sampe kita naik, baru dateng lagi gelombang kedua yang buat tembok-tembok hancur,” tandasnya. “Ketiga kalinya lebih tinggi lagi tuh, tapi karena ada yang sudah tidur ya, yang nggak sempat melarikan diri, ada yang langsung kegulung ombak, makannya banyak korban yang meninggal,” imbuh Jamal.

Dari warga Way Muli ada 40 lebih korban meninggal, dan masih banyak yang belum ditemukan. Menurut warga, ada sekita 10 orang yang belum ditemukan, dan sampai saat ini masih terus dilakukan pencarian dengan menggunakan alat berat.

Tim Tzu Chi dan KBI juga mengunjungi lokasi pengungsian di dataran yang cukup tinggi. Di sana kebanyakan warga merasa trauma, sehingga takut untuk tidur di rumah mereka. “Rumahnya sih nggak hancur, tapi trauma kalau mau tidur di rumah. Takut tiba-tiba air susulan dateng,” ungkap salah satu pengungsi.


Lita, Ketua harian Tzu Chi sedang berbincang-bincang dengan warga setempat, dan memberikan dukungan agar tetap semangat dan sabar menghadapi musibah yang datang.

Tak hanya di Kalianda, di Pulau Legundi juga beberapa warga mengungsi karena masih trauma, takut jika ada tsunami susulan. Tapi menurut Awi, salah satu relawan yang datang ke lokasi bencana di Pulau Legundi, kondisi disana tidak begitu parah. Banyak juga warga yang sudah tinggal di rumah masing-masing, dan tidak banyak rumah yang rubuh akibat tsunami. Ada beberapa rumah yang rusak, namun yang hanya ada di dekat dengan pantai. Bantuan yang diberikan di Pulau Legundi dibawa menggunakan Kapal TNI-AL dan dibantu oleh 15 Anak Buah Kapal (ABK) dan beberapa anggota TNI lainnya.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Kondisi Warga Way Muli Satu Bulan Pascatsunami Selat Sunda

Kondisi Warga Way Muli Satu Bulan Pascatsunami Selat Sunda

22 Januari 2019
Sudah satu bulan, warga terdampak tsunami Selat Sunda di Lampung bertahan di tenda-tenda pengungsian. Di sana, kondisi mereka pun masih belum stabil. Relawan Tzu Chi Lampung datang membawa bantuan berupa 56 buah kasur lantai, 50 setel seragam sekolah, dan bahan masakan sesuai kebutuhan pengungsi.
Survei dan Persiapan Pemberian Bantuan untuk Korban Tsunami Selat Sunda

Survei dan Persiapan Pemberian Bantuan untuk Korban Tsunami Selat Sunda

24 Desember 2018 Hari ini, Senin 24 Desember 2018, dua hari pascabencana tsunami di Selat Sunda, Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia meluncur ke lokasi kejadian di wilayah Pandegelang, Banten dan sekitarnya untuk gelar survei.
Peduli Korban Tsunami di Lampung

Peduli Korban Tsunami di Lampung

28 Desember 2018
Yayasan Buddha Tzu Chi Lampung bekerja sama dengan Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) memberikan bantuan pascatsunami Selat Sunda menerjang Lampung Selatan.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -