Peduli Merapi : Berpindah Lokasi Pengungsian

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoRelawan Tzu Chi tengah bermain dan menghibur anak-anak di pengungsian. Selain memberikan bantuan secara materi Tzu Chi juga memberikan perhatian dan hiburan kepada para pengungsi, terutama anak-anak..

Pengungsi Gunung Merapi di sejumlah tempat penampungan di Kabupaten Magelang tercatat hingga 28.900 orang ( data 11 November 2010). Pemkab Magelang Jawa Tengah semula hanya memperkirakan jumlah pengungsi sebanyak 2.260 orang sesuai daya tampung tempat pengungsian. Jumlah pengungsi kali ini lebih besar dibanding pengungsi ketika Gunung Merapi meletus bulan Mei 2006.

 

Kekhawatiran Warga
Jumlah pengungsi korban letusan merapi terus bertambah setelah pemerintah pusat mengumumkan zona bahaya erupsi diperluas menjadi 20 km. Jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang mencapai 102.353 jiwa, Kota Magelang 2.772 orang (data 11 November 2010), dan Kabupaten Boyolali 60.643 orang. Para pengungsi tersebar di berbagai titik lokasi pengungsian. Warga di sekitar lereng Gunung Merapi terus mendatangi lokasi pengungsian, terutama di daerah perkotaan yang dinilai lebih memberi rasa aman.

Menurut Rosyidin Koordinator Pengungsi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Magelang, besarnya jumlah pengungsi erupsi Gunung Merapi 2010 ini, karena warga yang tinggal di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III merasa cemas dan takut sehingga  ikut  mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Ketakutan warga ini, akibat letusan gunung Merapi kali ini lebih besar dibanding letusan tahun 2006.

Dijelaskan Rosyidin, jumlah pengungsi sebanyak ini ditampung di 39 titik pengungsian yang tersebar di sejumlah kecamatan. Berdasarkan catatan Satlak Penanggulangan Bencana (PB) Kabupaten Magelang, jumlah pengungsi mencapai 28.900 orang. Menurut Rosyidin para pengungsi berasal dari 19 desa dari tiga kecamatan di Kabupaten Magelang, serta satu desa dari Kabupaten Boyolali, yakni Desa Tlogolele.

Ribuan warga lereng Gunung Merapi yang berasal dari daerah dusun Mungkit, Nggatak, Sirat, Jetak 1 dan 2, Sanggrahan, Ungkit 1 dan 2, Rejosari, mengungsi ke daerah-daerah yang aman. Mereka ada yang mengungsi di kantor pemerintahan, masjid, gereja, sekolah bahkan ada yang di rumah warga. Salah satunya Widodo yang saat ini mengungsi di gudang bulog Mertoyudan Magelang. Widodo dengan 3 orang anggota keluarganya terpaksa harus mengungsi karena daerahnya termasuk zona bahaya yang dialiri oleh lahar dingin dari puncak Merapi. Widodo tinggal di dusun Jumoyo yang berdekatan dengan kali putih.

foto  foto

Keterangan :

  • Di Kabupaten Magelang, hujan abu menghancurkan lahan pertanian dan perkebunan milik warga. (kiri)
  • Sejak diperluasnya zona bahaya hingga 20 km, banyak warga dari Kabupaten Magelang mengungsi ke daerah yang lebih aman, seperti di pengungsian Mertoyudan, Muntilan, Salaman dan daerah lain yang lebih aman. (kanan)

Zona Aman Merapi
Pada pukul 15.00 WIB Widodo mendengar suara gemuruh dari kali putih, air mengalir sangat deras membawa material pasir dan bebatuan. “Baru kali ini sungai putih itu banjir, tadinya permukaan air hanya satu meter saja, tetapi sekarang hampir sama dengan permukaan jalan,” ujar Widodo yang berprofesi sebagai penambang pasir tradisional di Sungai Putih.  Kali Putih posisinya 5 meter di bawah permukaan tanah, namun sejak Gunung Merapi meletus mengeluarkan erupsi dan curah hujan yang cukup tinggi membuat kali putih naik hampir rata dengan permukaan tanah. Pada malam harinya Widodo bergegas mengajak keluarganya untuk mengungsi di kantor Lurah Jumoyo.

Curah hujan yang turun pada hari Sabtu dan Minggu membuat warga penduduk dusun semakin cemas, belum lagi hujan angin yang mengakibatkan rumah Widodo tertimpa pohon bambu. “Sebagian atap rumah saya bagian belakang rusak sedikit karena ketiban pohon bambu yang patah,” ujar Widodo. Lain lagi halnya dengan Eko, warga Dusun Garonan, Kecamatan Dukun yang sudah tiga kali pindah-pindah dari tempat pengungsi yang satu ke pengungsian lainnya hingga Eko sampai di pengungsian Bulog Desa Danurejo, kecamatan Mertoyudan Magelang.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi memberikan bantuan hingga ke pelosok desa di Kabupaten Magelang hingga malam hari agar bantuan yang diberikan dapat segera digunakan oleh pengungsi.  (kiri)
  • Besarnya jumlah pengungsi Gunung Merapi disebabkan warga yang tinggal di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III merasa cemas dan takut sehingga ikut mengungsi ke lokasi yang lebih aman. (kanan)

Pertama kali mengungsi keluarga Eko mengungsi di Balai Desa Garonan Kecamatan Dukun selama satu minggu. Karena erupsi Merapi makin membesar, Eko bersama warga Desa Garonan lainnya diungsikan lagi ke Desa Ketep Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang selama satu minggu, dan terakhir di pengungsian Bulog Mertoyudan ini sejak 4 November 2010 lalu.

Sementara itu kondisi warga yang terkena imbas abu vulkanik Merapi yang tidak mengungsi kondisinya juga tidak lebih baik dari mereka yang tinggal di pengungsian. Seperti yang terjadi di Desa Borobudur, mereka yang hidup dari hasil kebun dan berdagang di pelataran Candi Borobudur juga sangat mengkhawatirkan, perekonomian mereka juga lumpuh akibat letusan Merapi. Karena itu, harus menjadi perhatian kita semua untuk turut memperhatikan warga yang tidak mengungsi, namun mereka terkena imbas abu vulkanik, mereka juga wajib mendapat prioritas bantuan dari pemerintah dan kita semua.

  
 

Artikel Terkait

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Berbagi Pengalaman Sebagai Bekal Masa Depan

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Berbagi Pengalaman Sebagai Bekal Masa Depan

15 Maret 2017
Untuk memantapkan langkah relawan dalam menjalani kegiatan Tzu Chi sekaligus membina diri masing-masing relawan, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pelatihan Komite dan Calon Komite yang diadakan di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK. Pelatihan ini diikuti oleh 580 relawan Tzu Chi dari seluruh Indonesia.
Suara Kasih: Membangkitkan Ikrar dan Praktik

Suara Kasih: Membangkitkan Ikrar dan Praktik

14 Februari 2012 Pendidikan anak-anak dimulai dari orang tua, lalu keluarga, dan masyarakat. Pendidikan dimulai dari rumah. Setelah bersekolah, anak-anak akan menerima bimbingan dari lingkungan sekolah.
Doa di Awal Tahun

Doa di Awal Tahun

06 Januari 2011 “Selamat Tahun Baru, Happy New Year semua,” ujar para relawan yang saling menyapa di hari pertama di tahun 2011, tepatnya tanggal 1 Januari 2011. Sapa, canda tawa dan pelukan hangat mewarnai suasana perayaan tahun baru di Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -