Peduli Merapi : “Dua Kali, Saya Tersentuh”

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha, Susanto, Anand Yahya
 
 

fotoHsieh Hsiu Chu atau biasa disapa Rita ini tengah memberikan pendampingan kepada para korban letusan Gunung Merapi di posko pengungsian.

(Pengalaman Hsieh Hsiu Chu, salah seorang relawan Tzu Chi dalam memberikan bantuan bagi korban bencana letusan Gunung Merapi)

Sudah beberapa hari ini hati saya bergetar melihat tayangan televisi mengenai bencana alam yang tengah mendera Indonesia. Mulai dari bencana gempa dan tsunami di Mentawai, hingga meletusnya Gunung Merapi yang telah merengut banyak korban jiwa dan membuat para korban harus kehilangan tempat tinggal mereka.

Hati saya pun semakin teriris ketika mengetahui bahwa penyaluran bantuan kepada para korban bencana, telebih Mentawai masih sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu saya langsung bertekad dalam hati, saya akan ikut serta apabila diminta untuk turun langsung ke lapangan untuk  membantu para korban bencana tersebut.

Jodoh yang Terjawab
Jodoh antara saya dengan para korban bencana alam pun akhirnya dapat terjalin. Melalui Yopie Shixiong yang mengajak saya untuk turut serta menjadi relawan dalam kegiatan pembagian paket bantuan Tzu Chi untuk para korban Merapi, akhirnya saya pun bisa turut bersumbangsih.

Sebelumnya saya memang sudah mengutarakan keinginan tersebut kepada Yopie Shixiong, dan kebetulan Tzu Chi juga berencana untuk memberikan paket bantuan kepada para korban bencana Merapi. Saat itu, ketika seluruh keluarga mendengar kalau saya akan berangkat ke Yogyakarta untuk menjadi relawan, suami saya sempat melarang. Dia bilang, “Kondisi di sana masih sangat berbahaya. Letusan gunung itu tidak dapat diprediksi dan masih sangat kuat.” Tapi niat saya sudah besar. Saya meyakinkan dia (suami-red), kalau ini adalah kesempatan yang baik untuk saya berbuat sesuatu dan membantu mereka.

Apalagi sebelum saya bergabung dengan Tzu Chi Indonesia, saya sudah lebih kurang 10 tahun menjadi relawan dan perawat di Tzu Chi Taiwan, jadi saya berharap segala pengalaman dan kemampuan saya dalam mengobati pasien bisa membantu  para korban yang mengalami luka bakar (ringan) dan luka-luka lain-lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Perhatian dan cinta kasih yang diberikan insan Tzu Chi diharapkan dapat memberikan ketenangan di hati para korban bencana. (kiri)
  • Untuk meringankan penderitaan para korban, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan kepada para korban bencana letusan Merapi. (kanan)

Besarnya Cinta Kasih Itu
Setibanya saya dan 9 relawan lainnya di Yogyakarta, kami pun langsung mendapatkan pengarahan mengenai titik-titik pembagian bantuan dan tata cara pembagian. Tidak lama berselang, kami langsung menuju posko pengungsian di Glagahrejo yang menjadi posko di mana kami akan membagikan bantuan berupa hygiene pack kepada para pengungsi.

Setelah berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk membagikan kupon, kami pun langsung membangun tenda dan menyiapkan seluruh paket bantuan dengan segera, dikarenakan cuaca yang tiba-tiba menjadi kurang bersahabat. Belum selesai barang-barang bantuan dipersiapkan, antrian warga yang ingin mengambil paket bantuan pun sudah mulai memanjang. Saya dapat merasakan antusias warga yang begitu besar. Bahkan ketika rintik hujan mulai turun, mereka pun tidak membubarkan barisan dan menghiraukannya.

Saya juga merasa terharu melihat semangat para relawan Tzu Chi yang tetap membagikan paket bantuan, meskipun berada di tengah derai hujan yang semakin deras. Karena tidak ingin melihat para warga menjadi sakit karena kehujanan akibat mengambil paket bantuan, kami pun memutuskan untuk bekerja lebih cepat dan rasanya menjadi lebih bersemangat.

Ketika tengah membagikan paket bantuan, tiba-tiba saja terdengar dentuman keras dari arah puncak gunung. Tidak lama kemudian, kepulan asap yang bergulung-gulung dengan cepat menghampiri posko tempat kami membagikan bantuan. Awalnya, para warga masih setia mengantri bantuan yang kami berikan. Namun setelah sirene tanda bahaya dibunyikan, warga pun mulai panik dan menyelamatkan diri dari awan panas Merapi atau yang biasa disebut dengan wedhus gembel. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya kami pun memutuskan untuk menghentikan pembagian dan turun ke tempat yang lebih aman. Ketika turun pun, kami sengaja memenuhi mobil kami dengan para warga yang terlihat sudah sangat ketakutan. Hati saya sangat tersentuh. Saya seolah bisa merasakan ketakutan dan kesedihan mereka.

Tidak lama setelah kami sampai di posko pengungsian yang lebih aman, tiba-tiba ada dua orang wanita yang pingsan akibat menghirup abu vulkanik terlalu banyak. Karena pengobatan di posko belum memadai, maka teman-teman relawan langsung membawa wanita tersebut ke Puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan pengobatan yang lebih baik.

Begitu besar cinta kasih teman-teman para relawan. Saya sangat tersentuh melihatnya. Dengan penuh ketulusan dan cinta kasih yang begitu besar mereka membantu para korban bencana. Bahkan ketika dinyatakan aman, kami pun memutuskan kembali ke pengungsian untuk membagikan paket bantuan lagi. Sebenarnya kami ingin menyudahi kegiatan hari itu, karena hari sudah mulai gelap dan matinya aliran listrik di posko pengungsian. Tapi karena masih ada warga yang ingin mengambil paket bantuan, akhirnya kami tetap melayani dengan menggunakan bantuan penerangan dengan menggunakan lampu mobil.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain meringankan penderitaan para korban bencana, dengan terjun langsung ke lapangan, para relawan juga belajar untuk melatih diri dengan merasakan penderitaan orang lain.  (kiri)
  • Letusan Gunung Merapi tidak hanya menorehkan penderitaan bagi masyarakat yang tinggal di daerah kaki gunung, tapi juga mengganggu aktivitas di beberapa daerah lainnya karena hujan abu vulkanik yang menyelimuti daerah tersebut. (kanan)

Memupuk Cinta Kasih dan Melatih Diri
Sebenarnya saya adalah warga negara Taiwan. Karena suami saya seorang diplomat yang ditempatkan di Indonesia, maka saya pun memutuskan untuk ikut suami saya ke Indonesia. Selama lebih kurang 4 tahun bergabung di Tzu Chi Indonesia, saya mengakui masih belum menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, saya lebih mengunakan bahasa tubuh (isyarat) dalam mengungkapkan ekspresi saya.

Ketika kami kembali membagikan paket bantuan di posko pengungsian di Desa Glagaherjo, tiba-tiba seorang ibu lanjut usia memeluk saya sambil menangis. Ia berkata dalam bahasa Jawa, “Terima kasih, Pak. Terima kasih, Bu. Kalian mau memperhatikan kami.  Sudah ada “wedus” yang besar seperti itu, kalian sudah turun tapi mau kembali lagi ke tempat penampungan kami untuk memberikan bantuan.” Saya merasakan keharuan ibu tersebut. Saya sangat tersentuh, ternyata mereka sangat membutuhkan barang-barang itu. Karena saking tersentuhnya, saya pun sms ke suami saya untuk berterima kasih kepada dia karena telah mengizinkan saya untuk berangkat ke Yogyakarta.

Saya bilang, lebih kurang 10 tahun saya bergabung di Tzu Chi Taiwan dan 4 tahun di Indonesia, saya juga sering terjun langsung di kegiatan bantuan bencana alam, tapi baru kali ini saya merasakan rasa tersentuh yang luar biasa, hingga dua kali. Semangat relawan Tzu Chi Indonesia memang sangat luar biasa. Saya berharap, semoga bencana ini dapat segera berlalu, dan kita seluruh umat manusia bisa berdoa agar dunia senantiasa aman dan tenteram.

  
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-100: Wajah Baru Risma

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-100: Wajah Baru Risma

13 Oktober 2014 Risma belum pernah menjalani operasi pada bibir sumbingnya walaupun pada dasarnya ada niat dari orang tua untuk melakukan operasi. Ini karena kondisi ekonomi yang kurang sehingga tidak mampu menanggung biaya operasi. “Keuangan payah cemana, hanya bisa pasrah kepada Tuhan.
Membangun Generasi Sehat dan Cerdas

Membangun Generasi Sehat dan Cerdas

06 Maret 2024

Relawan Xie Li Kalimantan Tengah (Kalteng) 3 dari Unit Seirindu terus memberikan perhatian pada pemenuhan gizi seimbang bagi anak dan balita. Sebagai rangkaian peringatan Hari Gizi, relawan memberikan makanan tambahan.

Merajut Tali Silaturrahim Di Bulan Suci Ramadhan

Merajut Tali Silaturrahim Di Bulan Suci Ramadhan

29 Mei 2019

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak para penerima bantuan Tzu Chi berbuka puasa bersama, Sabtu, 25 Mei 2019. Buka puasa ini rutin diadakan oleh Tzu Chi Tanjung Balai Karimun setiap tahunnya untuk mempererat tali silaturahmi antar relawan dan penerima bantuan.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -