Pekan Amal Tzu Chi 2015: Kisah Cinta Kasih

Jurnalis : Linawati Musim (He Qi Utara), Henry Tando, Fotografer : Linawati Musim (He Qi Utara), Rudy Darmawan (He Qi Barat), Henry Tando

Pekan Amal Tzu Chi

Yayasan Buddha Tzu Chi kembali mengadakan Pekan Amal Tzu Chi pada 31 Oktober dan 1 November 2015 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Berbagai produk ditawarkan dalam pekan amal yang bertujuan menggalang dana bagi pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi itu.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pekan Amal Tzu Chi selama dua hari yaitu dari tanggal 31 Oktober sampai 1 November 2015 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Selain pekan amal, dalam kegiatan tersebut juga terdapat pameran foto yang ditujukan untuk menggalang dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi.

Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, dalam sambutannya menuturkan bahwa pembangunan rumah sakit ini dilandasi semangat Tzu Chi yaitu menghargai kehidupan. Rumah sakit yang tengah dalam proses pembangunan itu juga didukung berbagai fasilitas penunjang yang lengkap seperti ruang paliatif dan fasilitas penunjang untuk melakukan prosedur transplantasi sumsum tulang belakang.
Pekan Amal Tzu Chi
Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, dalam sambutannya menuturkan bahwa pembangunan rumah sakit ini dilandasi semangat Tzu Chi yaitu menghargai kehidupan.
Ada sebuah kisah mengenai donor sumsum tulang di Hualien, Taiwan yang mengejar waktu untuk tiba di Huangzhou, Tiongkok. Donor ini harus tiba di Huangzhou dalam waktu kurang dari 24 jam. Donor ini harus bertolak menuju Taipei, kemudian naik pesawat ke Hong Kong baru kemudian, naik pesawat menuju Huangzhou.  Namun, ternyata penerbangan dari Taipei menuju Hong Kong sudah penuh. Relawan ini mesti memohon hingga berlutut agar ada penumpang yang bersedia menukar waktu penerbangan. Semua demi mengejar waktu yang begitu sempit.

Karena cinta kasihlah donor tersebut bisa sampai Hong Kong dan akhirnya, Hangzhou. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit di Hangzhou, banyak warga yang menyambut donor dengan berlutut di tepi jalan yang dilalui relawan yang membawa donor tersebut. Semangat menghargai kehidupan inilah yang menjadi dasar berdirinya Rumah sakit Tzu Chi.

Pekan Amal Tzu Chi

Ho Guat Djoe (kiri) bersama anaknya, Ferry bersemangat untuk membantu menyiapkan makanan dalam salah satu stan di pekan amal ini.

Pada Pekan Amal Tzu Chi kali ini juga ada kisah cinta kasih mengenai ibu dan anaknya. Adalah Ho Guat Djoe dan Ferry, ibu dan anak yang membantu menyiapkan makanan selama dua hari penuh dalam pekan amal ini. Mereka juga memesan makanan ringan dari luar kota untuk dijual dalam pekan amal dan hasilnya seluruh didonasikan untuk dana pembangunan rumah sakit. Ferry bahkan juga mengajak 10 orang teman sekolahnya untuk membantu dalam pekan amal ini.  

Sama halnya dengan itu, seorang gadis cilik bernama Jessica Vansia yang juga merupakan murid K2-Compassion Sekolah Tzu Chi Indonesia nampak ceria membantu neneknya mendorong container plastik berisi aksesoris buatan tangan. Aksesoris itu terdiri dari jepitan rambut dan kalung dengan 30 model berbeda. Semua dibuat oleh nenek Jessica, bersama mama Jessica, dan Jessica sendiri. Proses pengerjaan ini memakan waktu sebulan dan dibuat khusus untuk dijual dalam pekan amal kali ini.

Pekan Amal Tzu Chi

Jessica Vansia dengan ceria membantu neneknya memasarkan aksesoris buatan tangan. Aksesoris ini dibuat khusus untuk pekan amal ini.

Selain Jessica dan neneknya, juga terdapat insan-insan yang bersumbangsih di 200 stan yang menjual berbagai macam produk. Salah satunya, stan yang dikelola muda-mudi Tzu Chi atau Tzu Ching dari Komunitas Pluit. Stan yang digawangi oleh David ini berkreasi dengan menawarkan makanan berupa sate vegetarian dan makanan penutup.

David menceritakan bahwa semua berawal dari tawaran dari DAAI Mama pembina mereka, Fonny Tjung kepada muda-mudi untuk mengembang tanggung jawab mengelola stan. Tanpa ragu-ragu, tawaran dari Fonny mereka ambil. Sejak itu, mereka mulai melakukan persiapan dari perencanaan hingga pengumpulan modal untuk membeli bahan makanan.

Pekan Amal Tzu Chi

Muda-mudi Tzu Chi atau Tzu Ching dari komunitas Pluit bersungguh hati mengelola stan. Hasilnya, pada hari kedua, produk yang mereka tawarkan ludes terjual.

Menjelang pekan amal, David bersama tim mulai sibuk menyiapkan makanan yang akan mereka jual. Relawan lain, Fransisca yang bertanggung jawab menyiapkan sate mesti merelakan waktu tidurnya untuk menyelesaikan persiapan makanan tersebut. Usahanya itu tak sia-sia. Ternyata sate tersebut habis diserbu oleh pengunjung pekan amal kali ini. Meski minuman mereka sempat bersisa di hari pertama. Pada hari kedua pekan amal, setelah membuat persiapan baru, produk yang dijual oleh muda-mudi Tzu Chi ini ludes terjual baik makanan maupun minuman.

Fonny tersentuh. “Mereka sangat bersungguh hati dan tulus mengerjakan tanggung jawab ini,” pungkasnya. Ucapan Fonny ini bukan tanpa alasan. Fonny baru mengetahui bahwa muda-mudi ini melakukan persiapan pekan amal hingga merelakan waktu tidur mereka. Memang betul bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan cinta kasih akan melahirkan kekuatan untuk melakukannya.


Artikel Terkait

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -