Pekan Amal Tzu Chi 2015: Sebuah Pengalaman yang Berharga

Jurnalis : Fammy (He Qi Timur), Fotografer : Fammy (He Qi Timur), Teddy Lianto

Pekan Amal Tzu Chi

Pada Sabtu, 31 Oktober dan Minggu, 1 November 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pekan Amal Tzu Chi guna menggalang dana bagi pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia.

Perhelatan Pekan Amal Tzu Chi selama dua hari yakni dari Sabtu, 31 Oktober 2015 dan Minggu, 1 November 2015 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, turut melibatkan relawan-relawan remaja. Para relawan ini membantu kelancaran pekan amal dengan membantu menjaga stan, ada yang membantu penjualan produk, ada juga yang membantu membersihkan meja makan, serta mencuci piring dan gelas para pengunjung dalam pekan amal yang digelar untuk pengumpulan dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi itu.

Seperti Georgiana Patricia, siswi kelas 9 dari SMP Marie Joseph. Saat ditemui, dia terlihat sibuk melayani pengunjung pekan amal yang tengah berbelanja. Georgiana menuturkan bahwa dia telah mengenal Tzu Chi sudah sejak dulu karena mamanya sering menonton DAAI TV dan acap kali bercerita tentang Tzu Chi. Kekagumannya semakin diperkuat dengan kunjungannya dalam Study Tour SMP Marie Joseph ke Tzu Chi Center pada 16 September 2015 lalu.

Pekan Amal Tzu Chi

Georgiana Patricia (kanan), siswi kelas 9 dari SMP Marie Joseph ke depannya ingin ikut kegiatan Tzu Chi lagi.

Kekaguman Georgiana terhadap sejarah dan visi misi Tzu Chi memikat hatinya. Sehingga, saat kesempatan baik untuk ikut membantu di pekan amal ini tak dia sia-siakan. Dia bersama enam teman sekolahnya di kelas 9 berinisiatif mengajukan diri untuk ikut membantu di pekan amal kali ini.

“Mau tahu rasanya jadi relawan Tzu Chi itu seperti apa, ternyat asyik juga. Seru bisa bantu-bantu di sini, banyak pengalaman baru,” ungkap gadis yang kini berusia 14 tahun itu.

Meski awalnya, Georgiana mengaku canggung, namun lambat laun dia mulai terbiasa dengan suasana Pekan Amal Tzu Chi. “Karena dibantu juga sama shigu-shibo di sini, jadi lebih akrab, jadi lebih seru juga, semua relawan di sini baik, ramah juga,” ujar Georgiana.

Dia berharap dapat ikut kegiatan-kegiatan lain di Tzu Chi. ”Karena menurut aku Tzu Chi organisasi yang keren banget, bantu orang sukarela, siapa saja boleh ikut bantu-bantu di sini. Kita juga dari sini lebih bisa belajar bersosialisasi, bertoleransi dalam membantu orang lain,” pungkasnya”.

Remaja lain yang turut membantu adalah siswa/i dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Adalah Andika Heksa Putra, Siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang ikut membantu dalam pekan amal ini. Stannya menjual kopi, teh, buku tulis, peralatan sekolah, dan berbagai makanan ringan yang merupakan donasi siswa/i, guru, staf, dan orang tua murid. Andhika yang kini duduk di bangku kelas 12 ini menjelaskan, ” Salah satu produk yang dijual di pekan amal Tzu Chi ini yaitu mug (cangkir –red) dengan tulisan kutipan kata perenungan Master Cheng Yen dan latar gedung Aula Jing Si.”

Pekan Amal Tzu Chi

Andika Heksa Putra (kanan), Siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng berharap pengunjung pekan amal dapat memaknai kunjungannya sebagai kesempatan berbuat kebajikan.

Andhika menceritakan bahwa proses pembuatan cangkir ini sendiri memakan waktu lebih dari satu minggu termasuk proses desain cangkir yang dilakukan sendiri. “Kita juga belajar bagaimana menawarkan produk kepada para pelanggan, juga belajar memasarkan produk yang kita buat sendiri. Selain juga kita belajar besumbangsih, menyumbangkan tenaga,” ungkap remaja yang berusia 17 tahun itu.

Andhika yang juga aktif sebagai pengurus OSIS di sekolahnya itu berharap agar para pengunjung pekan amal ini dapat memaknai kunjungan ini bukan hanya sebagai ajang berbelanja belaka, melainkan juga sebuah kesempatan untuk bersumbangsih.

“Seperti yang kita ketahui bahwa seluruh hasil penjualan dari pekan amal ini akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. Jadi para pengunjung selain bisa mendapatkan barangnya, juga mereka bisa mendapatkan jasa bersumbangsihnya, mendapatkan sisi berbuat kebajikannya,” tuturnya.

Tak hanya relawan remaja, Tuti Mintarsih, seorang ibu rumah tangga berusia 56 tahun tak kalah semangatnya membantu jalannya pekan amal ini. Dia begitu bersemangat membantu dalam stan lukisan klasik Tiongkok.

Pekan Amal Tzu Chi

Tuti Mintarsih, salah satu warga Cilincing, bersukacita dapat berpartisipasi dalam pekan amal ini.

Perkenalan warga RT 8, RW 04, Kelurahan Cilincing itu dengan Tzu Chi bermula saat dia masuk dalam program bedah rumah Tzu Chi tahun 2010 lalu. Setelah diajak oleh Giyarno yang merupakan Ketua RW sekaligus relawan Tzu Chi untuk berpartisipasi dalam pekan amal ini, Tuti antusias.

“Saya sangat bersukacita bisa ikut kegiatan di sini, kita bisa membantu orang lain, walau kita sendiri tidak mampu membantu secara uang, tetapi kita bisa membantu dengan hati kita dan tenaga kita,” akunya.

 Dia berharap kehadiran rumah sakit yang dalam proses pembangunan ini dapat menjangkau lebih banyak orang yang dililit kesusahan. “Tidak hanya menolong melalui obat-obatan, tetapi jiwa mereka yang kita bantu untuk bangun supaya bisa lebih mandiri lagi, lebih bersyukur, dan lebih mengenal Tzu Chi,” tambahnya.


Artikel Terkait

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -