Pekan Amal Tzu Chi 2016: Kesempatan Setiap Orang Untuk Bersumbangsih

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Sufenny (He Qi Utara 2), Arimami SA, Anand Yahya

Relawan Tzu Chi Aceh, Supandi melayani pembeli Alifia dan Tri Yulieyanti dari Pulo Gadung Jakarta Timur yang memilih Kopi Aceh dalam Pekan Amal Tzu Chi 2016, di Tzu Chi Center, Sabtu 10 Desember 2016.

Masih segar dalam ingatan Supandi (38 tahun), Relawan Tzu Chi Aceh saat gempa berkekuatan 6,4 skala richter mengguncang Pidie Jaya, Rabu 7 Desember 2016 lalu. Meski tinggal di Banda Aceh yang berjarak 111 kilometer dari Pidie Jaya, gempa juga terasa sampai Banda Aceh. Supandi bersama istri dan anaknya langsung keluar rumah untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

“Memang ini gempa cukup besar sampai saya bangun, berdiri saja jalannya tidak seimbang. Saya jalan saja goyang hampir 10 detik, cukup lama ya. Hati saya cuma tenang, tenang dan tenang. Tapi saya tahu kalau gempa begini, di daerah titik puncak itu pasti besar,” ujar Supandi.

Setelah aman, ia dan warga sekitar satu persatu kembali ke rumah. Di hari yang sama, Relawan Tzu Chi di Lhokseumawe langsung meluncur ke daerah bencana untuk melakukan survei kondisi bencana dan mengumpulkan data untuk penyaluran bantuan. Esoknya, Kamis, 8 Desember 2016, relawan dan Tim Medis Tzu Chi Medan berangkat dengan membawa barang bantuan seperti obat-obatan, beras, air mineral, dan selimut. Hingga kini relawan Tzu Chi tetap berada di sana untuk menyalurkan bantuan dan memberi perhatian pada para korban. Tim medis juga terus melakukan tindakan medis kepada korban gempa di rumah sakit dan di posko pengungsian.

Gempa di Pidie Jaya terjadi tiga hari menjelang Pekan Amal Tzu Chi 2016 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta. Supandi yang menjadi koordinator keikutsertaan Tzu Chi Aceh dalam pekan amal sempat merasa gundah apakah tetap berangkat ke Jakarta. Di sisi lain ia harus bertanggung jawab kepada para donatur baik dari relawan maupun warga yang telah menyumbang.

Dalam Pekan Amal Tzu Chi 2016, relawan Tzu Chi Aceh membawa banyak makanan khas Aceh seperti  Emping Aceh, sambal khas Aceh, Ibi, dan Jali-jali.

Supandi menyiapkan Jeruk Bali satu hari jelang pekan amal. Sebagian barang yang dijual dalam pekan amal, ia kirim dari Aceh ke Jakarta tiga minggu sebelumnya.

Namun melihat kesigapan para relawan serta tim medis Tzu Chi yang sudah berada di Pidie Jaya, Supandi menjadi lebih tenang. Ia dan empat relawan lainnya mantap untuk berangkat ke Jakarta. Tahun ini merupakan kali pertama bagi Tzu Chi Aceh mengikuti Pekan Amal Tzu Chi yang hasil penjualannya akan digunakan untuk membangun Rumah Sakit Tzu Chi.

Persiapan Selama Dua Bulan

Untuk ikut dalam pekan amal, relawan Tzu Chi Aceh menyiapkannya selama hampir dua bulan. Relawan menyosialisasikan keikutsertaan Tzu Chi Aceh kepada komunitas relawan baik di Bireun dan Lhokseumawe. Sosialisasi juga dilakukan ke toko-toko yang memang sudah mengenal Tzu Chi. Mereka ada yang menyumbang dana dan juga barang yang akan dijual dalam pekan amal. Warga juga turut menyumbang dengan membuat makanan khas Aceh.

“Jali-jali, sebelumnya kita memang berencana membeli dan bawa ke Jakarta, pertama kita beli 40 kilo, eh ia sumbang 40 kilo. Setelah itu kita beli lagi 40 kilo ia sumbang lagi 40 kilo. Jadi saya lihat luar biasa ya. Sebenarnya ia harus terima uangnya, tapi dia bilang tidak usah karena untuk Tzu Chi,” katanya.

Begitu juga dengan Emping Aceh yang terkumpul dari masyarakat Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Bireuen. Dari Bireuen hampir terkumpul sebanyak 60 kilo. Sementara dari Banda Aceh, ada beberapa orang yang menyumbang satu orang satu kilo. Sementara sebagian Emping, relawan beli ke beberapa grosir. Ada juga Asam Jawa yang relawan beli dari pasar-pasar. Relawan mencari yang paling bagus dan harganya lebih murah.

Sosialisasi yang dilakukan para relawan memang disambut baik oleh warga. Supandi mengatakan, misalnya, ada penjual Keripik Sukun yang biasanya menjual Rp 18.000, kepada relawan Tzu Chi, ia jual hanya Rp 10.000 hingga Rp 13.000. Ada juga seorang ibu pemilik toko roti yang turut menyumbang. Supandi sebelumnya sering memberikannya Buletin Tzu Chi dan menjelaskan tentang Tzu Chi. Saat diberitahu bahwa Tzu Chi Aceh akan ikut serta dalam pekan amal, ia segera memberi tahu bahwa dirinya akan menyumbang kue kering.

Selain sumbangan berupa barang, seorang relawan dari Jakarta yang memiliki usaha pengangkutan barang memberikan sumbangan berupa pengiriman barang melalui jalur darat secara gratis. Barang pun mulai dikirim ke Jakarta tiga minggu sebelum pekan amal berlangsung. Sementara 10 persen barang lainnya diangkut dengan pesawat. Supandi sempat tak percaya dana dan barang yang terkumpul hampir tiga kali lipat dari yang semula ia targetkan.

“Jadi barang ini kumpulan bukan dari satu, dua orang. Tetapi boleh dikatakan 500 orang yang menyumbang,” ungkapnya.

Dalam pekan amal ini juga, Tzu Chi menyosialisasikan tentang gaya hidup vegetarian.

Wakil Ketua Yayasan Budha Tzu Chi, Sugianto Kusuma turut mengapresiasi kesungguhan para relawan Tzu Chi Aceh yang turut serta dalam pekan amal ini. “Relawan Aceh tetap datang ke sini karena program ini sudah persiapan lama. Tapi untuk datang ke sini, Relawan dari Medan juga sudah datang ke lokasi gempa. Jadi bantuan untuk korban bencana tetap berjalan dengan baik. Dan relawan Tzu Chi Aceh yang sudah jauh-jauh hari menyiapkan ini tidak bisa stop begitu saja,” kata Sugianto Kusuma.

Mengajak Partisipasi Lebih Banyak Orang

Saat pekan amal berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 10-11 Desember 2016, Suryani, relawan Tzu Chi Aceh tampak melayani pembeli dengan ramah. Sesekali ia menjelaskan kepada pembeli tentang makanan yang ditawarkannya. Relawan lainnya, Victoria, Fenny, Emmi juga tak kalah ramah menyapa rombongan pembeli yang melewati stand Aceh untuk mampir.

Alifia (24 tahun) dan Tri Yulieyanti (25 tahun) mampir ke stand Aceh dengan memegang kertas yang berisi daftar belanja. Warga dari Pulo Gadung, Jakarta Timur ini terlihat memilih Kopi Aceh dari berbagai kemasan.

“Saya memang mengincar kopi sih. Kopi yang saya pegang ini katanya di Aceh sangat terkenal dan punya sepuluh cabang. Menurut saya acara ini keren dan semoga dengan acara ini, pembangungan rumah sakit Tzu Chi segera selesai,” kata Alifia.

Alifia dan Tri Yulieyanti tidak hanya datang berdua. Tiga teman lainnya sudah tersebar ke stand lainnya. Mereka mengetahui ada kegiatan amal ini dari kantor yang kebetulan pernah bekerja sama dengan Tzu Chi. Alifia mengatakan, saat ada penjualan kupon di kantornya, para karyawan antusias membeli. Bagi yang tidak bisa datang, mereka menitip barang kepada Alifia. Kebanyakan mereka menitip makanan, bahan pokok, dan juga selimut.

Perawat di stand Rumah Sakit Tzu Chi menjelaskan sekilas tentang pembangunan rumah sakit.

Relawan Tzu Chi Aceh, Suryani mengakui bahagia banyak pembeli yang mampir ke stand-nya. Ia berharap pekan amal ini makin melancarkan proses pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi.

“Harapan saya rumah sakit cepat jadi dan tetap memperhatikan kualitas, dan yang paling penting sumber daya manusianya yang harus luar biasa, dokternya, perawatnya, semua yang ikut bekerja di dalamnya itu harus benar-benar luar biasa,” ujar Suryani.  

Kegiatan Pekan Amal Tzu Chi memang bertujuan untuk menggalang dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. Namun yang lebih penting bagi Tzu Chi, pelaksanaan pekan amal adalah untuk mengajak partisipasi lebih banyak orang dalam pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi.

“Pekan amal untuk pembangunan rumah sakit ini merupakan yang ketiga kalinya. Satu kali penyelenggaraan kira-kira 20.000 orang, kalau tiga kali berarti 60.000 orang, jadi minimal rumah sakit ini memiliki 60.000 orang donatur, sehingga ada rasa memiliki,” kata Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia, Suriadi.

Sementara itu, tambah Suriadi, pembangunan rumah sakit sendiri terus bertahap. “Pembangunan ada dua ya, software dan hardware. Kalau software dua tahun lalu kita sudah bentuk tim persiapan rumah sakit untuk menggodok SOP, mulai melihat alat dan sistem yang akan dipakai. Kalau hardware, memang kita akan segera mulai pembangunan. Sekarang dalam tahap penyelesaian pengurusan izin mendirikan bangunan,” tutup Suriadi.

 


Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2016: Semangat Keluarga Besar Tzu Chi

Pekan Amal Tzu Chi 2016: Semangat Keluarga Besar Tzu Chi

15 Desember 2016
Relawan Tzu Chi Padang ambil andil dalam Pekan Amal Tzu Chi 2016. Tzu Chi Padang berpartisipasi dalam pekan amal dengan menjual berbagai macam kuliner khas Padang.
Pekan Amal Tzu Chi 2019: Mengajak Lebih Banyak Orang Bersumbangsih

Pekan Amal Tzu Chi 2019: Mengajak Lebih Banyak Orang Bersumbangsih

19 Oktober 2019

Pekan Amal Tzu Chi 2019 didukung banyak pihak. Tercatat ada 207 stan dengan berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, sembako, ATK, pakaian, elektronik, hingga kendaraan roda 2 dan 4. Nyatanya tak semua berasal dari perusahaan besar, ada juga pemilik usaha pribadi yang berpartisipasi dan mengajak rekan-rekannya ikut bersumbangsih.

Pekan Amal Tzu Chi 2019: Membalas Budi Baik Lima Belas Tahun yang Lalu

Pekan Amal Tzu Chi 2019: Membalas Budi Baik Lima Belas Tahun yang Lalu

20 Oktober 2019
“Saya merasa bangga bisa diajak untuk ikut bazar Tzu Chi.” Kalimat tersebut diungkapkan Hudri (42), yang selama dua hari Pekan Amal Tzu Chi 2019, berjualan es cendol.  
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -