Pekan Amal Tzu Chi 2018: Saatnya Berbuat Kebajikan
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Walau harus menempuh perjalanan selama empat jam dari rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, Replan Malik (seragam rompi) akhirnya sampai ke Tzu Chi Center. Ia senang bisa datang membantu salah satu stan Pekan Amal Tzu Chi pada Minggu 22 April 2018.
Christoper Noel Tigor Manik (4) adalah anak dari pasangan Replan Manik (37) dan Melody Siburian. Selama masa kehamilan, Melody tidak pernah melakukan pemeriksaan atau screening kehamilan. Melody tidak merasa curiga dan tidak punya firasat buruk bila anak keduanya lahir dengan kondisi tunarungu (tidak bisa mendengar).
“Saya mulai menyadari, kemajuan Noel untuk mendengar tidak seperti Aron (7) abangnya yang lahir secara normal. Di umur satu tahun, Aron sudah bisa bicara, sudah bisa memberikan respon saat namanya dipanggil. Berbeda dengan Noel yang berumur 1 tahun 8 bulan, tidak ada respon saat kita mengajaknya berinteraksi. Bahkan saat ada petir Noel tidak kaget,” jelas Replan Manik, sang ayah yang dengan sabar menemani Noel selama ini.
Setelah menjalani pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter THT (Telinga-Hidung-Tenggorokan), Noel dinyatakan tunarungu. Pada Agustus 2015 silam, Noel mengalami gangguan pendengaran yang sangat berat yaitu 110 desibel. Sedangkan orang normal hanya 25 - 30 desibel. Dokter memberikan tiga saran: menggunakan isyarat tangan, memasang alat bantu dengar, atau pemasangan implant.
“Memasang alat bantu dengar telah kita jalani, Noel tidak mengalami kemajuan pendengaran,” tambah Replan yang hampir satu setengah tahun lamanya berjuang agar Noel, putranya bisa mendengar dengan menggunakan alat bantu dengar.
“Hasil konsultasi dengan dokter THT, pemasangan alat bantu pendengaran tidak bisa membantu Noel mendengar. Kita sudah menukar dua alat bantu dengar, yang harganya belasan juta, tetap saja tidak bisa membantu Noel mendengar dengan baik. Dokter THT menyarankan jalan terbaik adalah menjalani operasi implant. Harga implant itu sangat mahal, paling murah sekitar 300 juta,” cerita Replan.
Salah satu doa yang dipanjatkan Replan Manik adalah semoga Noel bisa bicara dan menjadi seorang anak yang mandiri dan berbakti.
Sebelumnya Replan mengira jika tunarungu itu bisa diobati. Setelah mengetahui jika tunarungu tidak bisa diobati, inilah titik awal stres baginya. Hampir empat bulan Replan mengalami stres. Hingga di bulan Desember 2015 silam, mendekati hari raya Natal, Replan bangkit kembali dan memikirkan cara untuk dapat memberikan alat bantu dengar yang tepat untuk Noel. Pada usia 2 tahun, pada 23 Desember 2015, Noel mulai memakai alat bantu dengar. Setahun setengah menggunakan alat dengar, kondisi Noel tidak ada kemajuan. Noel masih tidak bisa merespon suara.
Seiring berjalannya waktu, Replan mulai mencari lembaga amal yang mau membantu membiayai alat implant tersebut. Melalui media sosial (facebook), Replan Manik pernah mengajukan permohonan implant (bagi Noel) di salah satu komunitas. Awalnya komunitas tersebut memberikan respon baik, tetapi setelah mendengar biaya implant itu mencapai ratusan juta, akhirnya komunitas itu mundur dan tidak sanggup. Sesudah itu, ada seorang teman yang memberikan satu nama lembaga amal dan menyarankannya untuk mencoba. Replan kemudian mencoba mengirimkan e-mail kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Replan Malik turut serta membantu melayani, juga memilah sisa makanan sesuai dengan jenisnya sebelum peralatan makan dibersihkan.
“Dari e-mail, saya mendapat respon baik dari Foeng Jie Tju, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat. Bersama relawan lainnya Foeng Jie Tju datang ke rumah untuk melakukan survei,” ungkap Replan Manik. Inilah titik terang bagi Noel, Tzu Chi mau membantu biaya pemasangan implant koklea bagi putranya.
Replan juga selalu menjalin komunikasi dengan relawan Tzu Chi, terutama melalui media sosial. “Setiap ada perkembangan Noel, saya mengirimkan video ke Foeng Jie Tju. Demikian juga Foeng Jie Tju, selalu memberikan informasi tentang kegiatan Tzu Chi, seperti Baksos Kesehatan Tzu Chi di Paspampers. Tetapi tidak semua kegiatan Tzu Chi yang diinfokan saya bisa ikut, karena kesibukan mengurus Noel untuk menjalani terapi. Namun saya pernah berikhtiar bila Noel jadi memakai implant (koklea), saya dan keluarga akan mencurahkan waktu untuk mengikuti kegiatan tersebut sebagai wujud terima kasih kepada Tzu Chi,” kata Replan Manik, yang seorang buruh pengawas lapangan di eksplorasi migas.
Untuk saat ini, Noel sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua. “Saya dan istri telah memutuskan, saya mengurus Noel, membantu Noel mengejar ketertinggalannya sambil usaha online di rumah. Istri, usaha salon untuk biaya hidup keluarga," kata Replan. Demi perkembangan Noel, Replan bahkan memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Sudah setahun ini Replan berhenti bekerja karena di tempat kerjanya yang lama ia sering harus ke luar kota, meninggalkan keluarga hingga tiga bulan lamanya.
Replan berharap dana yang terkumpul dalam dua celengan Tzu Chi yang dibawanya dapat membantu orang lain yang lebih membutuhkan.
Sementara itu curahan perhatiannya kepada Noel, sempat membuat anak sulungnya Aron cemburu karena berpikir orang tuanya mengajak Noel jalan-jalan, padahal menemani Noel menjalani terapi. Selain itu, Aron juga cemburu karena perhatian orang tua lebih ke Noel. Tetapi kecemburuan itu hilang, dan ia harus mengalah ke Noel, karena Aron mulai mengerti bahwa Noel, adiknya tidak bisa mendengar. Adiknya harus berobat, adiknya saat ini lebih membutuhkan perhatian orang tua dari padanya.
“Sekarang ini, ia sudah bisa menjaga Noel. Bila Noel bermain di luar, Aron akan mengawasi adiknya. Bila bermain di rumah, kepala Noel tidak boleh terpentok, Aron sudah tahu,” ujar Replan.
“Terkadang saya kasihan ke Aron, mau memarahi Noel, adiknya karena setiap barang milik Aron selalu direbut oleh Noel, sedangkan barang milik Noel, tidak mau berbagi bersama dengan Aron. Tetapi setelah Noel sudah mulai bisa mendengar, 4 bulan ini, Noel mulai mengerti mimik dan intonasi suara saya keras saat memarahi Noel. Noel sudah bisa mengucap huruf vokal, sambil menunjukkan barang yang dimaksud. Sedangkan huruf konsonan, biasanya ia ucap dengan teriak, tetapi suara kata yang terdengar huruf vokal semua. Cuma beberapa kata yang Noel mengerti seperti mau tidur, Noel akan tunjuk susu, sambil diucap, 'uuuu'. Juga bila ada orang yang mau pulang, ia ucap, 'aaa (artinya dah dah)',” cerita Replan Manik sambil tersenyum.
Hari itu, 22 April 2018, Replan Manik harus menempuh perjalanan selama empat jam untuk bisa sampai ke Tzu Chi Center dari rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Replan bertekad, walau ia belum bisa bersumbangsih dalam bentuk materi, setidaknya ia masih bisa bersumbangsih lewat waktu dan tenaganya sebagai wujud terima kasihnya kepada Tzu Chi yang telah membantu keluarganya.
“Hari ini, saya juga membawa dua celengan Tzu Chi, kumpulan cinta kasih dari tamu salon istri dan keluarga untuk dituangkan ke Pekan Amal Tzu Chi. Foeng Ji tju, dan Nony Shijie pernah menjelaskan, ada bagusnya bila setiap pagi, kita memasukkan koin sambil berdoa, berarti kita mendoakan bagi kita sendiri,” tutup Replan Manik.
Artikel Terkait
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sumbangsih untuk Tzu Chi Hospital
26 April 2018Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menggelar Pekan Amal Tzu Chi tahun 2018 yang diselenggarakan pada Sabtu dan Minggu, 21-22 April 2018 di basement Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pekan amal ini menyediakan beragam kuliner vegetaris dan berbagai produk lainnya seperti barang kebutuhan pokok (beras minyak goreng, gula dan lainnya), perlengkapan rumah tangga, pakaian, hingga barang-barang elektronik.
Pola Makan Nabati dan Berbuat Kebajikan untuk Melindungi Bumi
03 Oktober 2024Mal Ciputra Seraya Pekanbaru menjadi tuan rumah Pekan Amal Tzu Chi yang berlangsung meriah. Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan vegetaris bagi kesehatan dan lingkungan.