Pekan Amal Tzu Chi 2019: Berbagai Kuliner Nusantara Diboyong ke Pekan Amal
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Arimami Suryo ARelawan Tzu Chi Padang antusias melayani pengunjung Pekan Amal Tzu Chi 2019. Aho (tengah – seragam abu putih) menawarkan kripik Padang hasil olahannya.
Sudah sejak dua minggu lalu, awal bulan Oktober, dapur rumah Christianto Wimarno, relawan Tzu Chi Padang selalu berkobar bahkan sampai malam hari. Relawan yang akrab disapa Aho ini mengajak beberapa karyawannya mengolah singkong menjadi keripik yang super renyah. Bukan mencari untung, Aho justru ingin mendonasikan keripik dengan bumbu khas Padang di Pekan Amal Tzu Chi 2019 yang digelar di Jakarta, 19 – 20 Oktober 2019. Untuk itu, sudah dari jauh hari ia memesan ke petani singkong untuk menyediakan singkong kualitas spesial yang akhirnya diolah menjadi dua macam rasa: rasa singkong bumbu balado dan rasa original.
Aho belum lama membuka usaha kripik padang. Ia bercerita kira-kira baru 4 tahun lamanya. Namun sudah tidak bisa dihitung lagi orang yang memuji keripiknya. “Senang sekali kalau keripik kita tuh dibilang enak, renyah. Banyak juga yang tanya resepnya, padahal nggak ada yang rahasia. Cukup goreng di minyak yang benar-benar panas saja,” katanya berbinar.
Sebenarnya usaha membuat kripik awalnya tidak terpikirkan oleh Aho. Pasalnya ia sudah terlebih dahulu membuka bisnis di bidang percetakan offset printing. Namun bisnis keluarga temurun itu nyatanya tidak bisa ditingalkan begitu saja. “Satu kali, di pertemuan keluarga, tante saya yang punya (kripik merek) Christine Hakim mengajarkan kami gimana bikin kripik balado. Saya praktikkan, eh.. enak juga,” ceritanya panjang. Sejak saat itu, Aho membuka toko kecil untuk menjual kripiknya.
“Saya paling suka sekali kalau ada acara-acara seperti ini (bazar atau pekan amal). Waktu ke Batam, ikut. Waktu ada ke Pekanbaru, ikut. Apalagi ini di Jakarta, saya tidak mau absen,” ucapnya menggebu. Alasannya tentu tidak berlebihan, ia tidak mau ketinggalan untuk ikut berdonasi. “Walaupun nggak seberapa, tapi bisa kita lihat hasilnya sekarang, gedung rumah sakitnya sudah mau jadi karena kumpulan donasi ini,” lanjutnya. “Padahal dulu pertama ikut pekan amal (5 tahun lalu), belum kebayang kan bentuknya rumah sakit kita seperti apa?” imbuhnya.
Untuk menu spesial sate padang, relawan menyediakan 10.700 tusuk sate yang akan dijual dalam dua hari. Kuahnya bisa memilih dengan kuah kuning atau kuah kacang.
Relawan Tzu Chi Makassar menjajakan olahan kacang mede yang langsung habis satu setengah hari saja.
Di pekan amal ini, relawan Tzu Chi Padang menyediakan 105 kg kripik balado potongan panjang, 100 kg kripik balado potongan bulat, dan 38 kg kripik original potongan bulat. Selain kripik singkong, ada juga opak, rendang vege, dan yang paling juara adalah sate Padang vege tentunya.
Untuk menu spesial sate Padang, relawan menyediakan 10.700 tusuk sate yang akan dijual dalam dua hari. Kuahnya bisa memilih dengan kuah kuning atau kuah kacang. Dalam mempersiapkan menu ini, 14 relawan itu membawa serta arang, daun pisang, dan seluruh bahan juga alat yang diperlukan langsung dari asalnya, Padang. “Makanya bagasi (pesawat) kami overload,” ujar Aho tertawa.
Tapi ada saja berkah yang relawan dapatkan ketika ingin berkegiatan. Dalam hal ini, ternyata banyak kenalan dari relawan yang juga ikut dalam penerbangan yang sama sehingga mereka bisa menitipkan beberapa bagasi mereka. “Kalau bukan relawan Tzu Chi, mana mau ada orang tiba-tiba titip barang di bagasi mereka. Itu kan bahaya. Pasti semua menolak,” tutur Aho.
Sampai di Jakarta dan bersiap menjual berbagai kuliner Padang, Aho dan 13 relawan lain berharap bisa mengobati kerinduan masyarakat akan makanan khas Kota Padang yang hanya hadir sekali setahun di Pekan Amal. Tentu mereka ingin dari apa yang mereka jual, masyarakat bukan hanya merasakan kelezatan, tapi juga bisa bersumbangsih untuk jangka panjang – yakni pembangunan Tzu Chi Hospital.
Bukan cuma Padang yang membawa makanan dan camilan khas Padang yang mereka olah sendiri. Relawan Tzu Chi Makassar juga sama. Lamsin Indjawati, relawan Tzu Chi Makassar membawa produk olahan kacang mede yang juga biasa ia pasarkan. Ada 150 toples besar mede , 100 toples kecil mede, 50 toples kecil mede tepung, dan 80 kemasan mede mentah. Semuanya habis dalam waktu satu setengah hari saja.
“Saya senang sekali bisa habis ya. Mungkin kalau ada pekan amal lagi, saya akan tambah stok karena masih banyak yang cari,” kata Lamsin di tengah keramaian pekan amal. Bukan hanya dirinya, tiga orang relawan Makassar lainnya juga turut berbahagia karena tahun ini mereka bisa kembali berkontribusi dalam pembangunan Tzu Chi Hospital.
Selain olahan kacang mede, ada juga beberapa obat-obatan herbal yang dijual oleh Tzu Chi Makassar. Lamsin bercerita bahwa rekanan bisnisnya di Makasaar yang bersedia mendonasikan produk-produk mereka di pekan amal. Tak hanya itu, ia juga mendukung menu kuliner yang dibawa oleh Tzu Chi Biak, yakni Coto Makassar.
Coto Makassar menjadi menu spesial dari relawan Tzu Chi Biak.
Chia Wenyu (memegang kotak dana) mengapresiasi setiap relawan dan masyarakat yang dengan tulus menyukseskan Pekan Amal Tzu Chi.
Perlu diketahui, Coto Makassar yang dijual di pekan amal, asli dari Makassar. “Saya minta tolong beberapa koki yang saya kenal untuk bantu masak, lalu dibekukan dan dikirim ke Jakarta. Sampai Jakarta, saya pasrahkan ke Tzu Chi Biak,” jelas Lamsin. Ketua Tzu Chi Makassar ini tak menampik bahwa ikatan keluarga antara relawan ini menjadi berkah yang luar biasa karena tidak ada yang lebih membahagiakan daripada bekerja sama dalam kebajikan.
“Kalau untuk berbuat sosial, saya pasti akan ajak semua. Untuk pekan amal ini, saya juga undang kawan saya yang di Jakarta, kemarin mereka semua datang. Saya minta mereka ayo cepat ikut donasi, ayo cepat borong,” kata Lamsin tertawa.
Melihat kontribusi relawan luar kota yang begitu antusias di pekan amal, Chia Wenyu senang bukan main. Ia mengapresiasi setiap relawan yang dengan tulus menyukseskan pekan amal ini. “Kami sangat berterima kasih kepada relawan dari Jakarta dan luar kota. Semua keluar uang, keluar tenaga,” kata Wenyu. “Relawan luar kota membawa apa kekhasan dari kota mereka. Dan mereka sendiri juga datang naik pesawat serta makanan-makanannya yang lezat,” lanjut Wenyu usai membuka kegiatan pekan amal.
Wenyu pun mengaku sudah menyiapkan perut untuk memakan sate Padang, “tadi juga saya sudah makan coto Makassar dari Biak. Jauh-jauh dari Biak juga datang, itu sangat luar biasa sekali. Dan banyak lagi makanan-makanan sehat atau healty food.” Relawan senior Tzu Chi ini berharap kumpulan cinta kasih dari banyak orang ini bermuara pada terwujudnya pembangunan Tzu Chi Hospital yang nanti bisa bermanfaat untuk mereka yang membutuhkan.
Pekan Amal Tzu Chi 2019 yang diadakan di Tzu Chi Center PIK ini seluruh keuntungannya akan digunakan untuk pembangunan Tzu Chi Hosiptal yang soft openingnya baru akan dilaksanakan pada pertengahan November 2020. Pada tahap pertama, akan ada 100 bed, dan secara bertahap akan bertambah hingga full capacity 556 bed.
Artikel Terkait
Yang Ditunggu-tunggu Datang Juga, Pekan Amal Tzu Chi 2019
19 Oktober 2019Dengan wajah yang berseri-seri, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei membuka Pekan Amal Tzu Chi 2019 dengan memukul gong bazar sebanyak tiga kali. Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini berlangsung meriah, namun sangat rapi dan tertib. Ada 207 stan yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga, kebutuhan sehari-hari, makanan, minuman dan masih banyak lagi.
Sayuran Hidroponik di Pekan Amal
21 Oktober 2019Relawan Xie Li Cikarang menjual sayuran hidroponik yang ditanam relawan sendiri di rumah. Sudah sejak lama Darma mempersiapkan sayuran hidroponiknya untuk disumbangkan dalam Pekan Amal Tzu Chi ini.