Pekan Amal Tzu Chi 2019: Mengajak Lebih Banyak Orang Bersumbangsih
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoMiske Inike, pemilik Rumah Makan Nasi Kapau Juragan ikut berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini dengan menyediakan 300 porsi nasi kapau selama dua hari (19 – 20 Oktober 2019).
Sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama tentu akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Karena dengan banyaknya orang yang terlibat maka kekuatan, jangkauan, dan dampaknya akan lebih terasa daripada dilakukan oleh satu orang atau dua orang saja. Apalagi jika yang kita lakukan bersama-sama tersebut adalah sesuatu yang mulia: membangun Tzu Chi Hospital. Dalam “bahasa Tzu Chi”, dengan semakin banyaknya orang yang terlibat maka himpunan cinta kasih (karma baik) itu pun akan semakin besar, yang tentunya juga akan membawa kebaikan dan keharmonisan di masyarakat.
Selain perusahaan-perusahaan besar yang berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini, seperti Sinar Mas, Indofood, Bogasari, Gistex, Onda, Ace Hardware dan lainnya, banyak pula yang merupakan usaha milik perorangan atau industri rumah tangga.
Miske Inike, pemilik usaha Rumah Makan Nasi Kapau Juragan salah satunya. Miske yang juga merupakan relawan DAAI Mama (relawan Tzu Chi di Misi Pendidikan) ini tergerak untuk menyediakan 300 porsi nasi kapau selama 2 hari Pekan Amal Tzu Chi ini (19 – 20 Oktober 2019). Niatnya semata-mata untuk mendukung pembangunan Tzu Chi Hospital. “Biasanya saya tiap tahun selalu menyumbang dana dalam Pekan Amal Tzu Chi, dan karena tahun ini saya juga buka usaha maka saya sumbang nasi kapau vegetarian,” ungkap Miske yang sudah 4 tahun menjadi DAAI Mama.
Sudah 4 tahun Miske aktif dalam DAAI Mama, dan hampir tiap tahun ia selalu ikut bersumbangsih dalam Pekan Amal Tzu Chi.
Sejak jam 4 Subuh kesibukan sudah mulai terasa di dapur RM Nasi Kapau di Sunter, Jakarta Utara agar jam 7 pagi makanan sudah tiba di Kantin Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Menu makanan yang tersedia diantaranya nasi putih, sayur nangka, cincang singkong, cabai ijo, telur barendo ala kapau, rendang vegetarian, ayam vege cabe ijo, terong tahu serta pete balado. Dengan membayar 35 ribu rupiah maka para pengunjung bisa menikmati kelezatan makanan khas Bukit Tinggi, Sumatera Barat ini.
Miske sendiri mulai mengenal Tzu Chi dan aktif sebagai relawan pemerhati pendidikan sejak 4 tahun lalu, ketika putranya Ryu Johnson Keitaro (Kelas 3 SD) dan Ken Johnson Griffin (TK) bersekolah di Tzu Chi School. Merasa pendidikan karakter di Tzu Chi cocok bagi kedua anaknya, Miske pun merasa klik dengan kegiatan kemanusiaan Tzu Chi.
“Semoga dengan adanya Tzu Chi Hospital ini bisa lebih banyak membantu orang, sehingga apa yang kita lakukan ini memiliki manfaat di masa mendatang. Khususnya bagi mereka yang kurang mampu dan membutuhkan bantuan (pengobatan),” kata Miske menjelaskan alasannya berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi 2019.
Sumbangsih juga dilakukan relawan Tzu Chi dari berbagai kota di Indonesia, diantaranya Singkawang (Kalimantan Barat) dan Biak (Papua).
Mewujudkan
Tekad di Tahun Lalu
Setahun berikutnya, selain kain, Junny Leong mencoba mengajak beberapa rekan bisnisnya untuk berdonasi pakaian. Gayung bersambut, seorang temannya ikut bersumbangsih. Maka selain kain, pada tahun 2018 ia sukses menyediakan kain dan 500 potong pakaian. “Saat itu saya berikrar dan berjanji akan ajak teman lebih banyak lagi, dan tahun ini akhirnya itu bisa terwujud. Saya berhasil mengumpulkan 2.600 potong pakaian dari 5 orang teman bisnis,” ungkap Junny senang.
Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini merupakan kali ketiga bagi Junny Leong berpartisipasi. Bahkan kali ini ia sukses mengajak 5 rekan bisnisnya untuk ikut bersumbangsih.
Ketika ditanyakan resepnya dalam mengajak orang, Juni mengatakan, “Pendekatannya biasa saja. Biasa orang kalo kita bicara amal untuk pembangunan rumah sakit biasanya pasti mau membantu, karena kan rumah sakit tempatnya membantu orang, ladang berkah. Jadi dengan bersumbangsih di rumah sakit berarti kita juga ikut berpartisipasi dalam kebaikan,” kata relawan yang aktif di misi amal dan pendidikan ini.
Ada semangat yang membuat Junny terpacu untuk mendukung pembangunan Tzu Chi Hospital agar segera terwujud. “Kita tahu bangun rumah sakit itu butuh banyak dana. Jadi kita harus bantu mewujudkannya. Semakin cepat terwujud maka semakin cepat bisa menolong orang yang membutuhkan pengobatan,” kata Junny.
Dan harapan itu sepertinya akan jadi kenyataan. Tahun depan (2020) diharapkan Tzu Chi Hospital sudah dapat beroperasi secara penuh, melayani masyarakat. Sesuai motonya: Menjaga Kesehatan, Menyelamatkan Kehidupan, Mewariskan Cinta Kasih.