Pekan Amal Tzu Chi : Semangat untuk Mewujudkan Rumah Sakit Tzu Chi

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

 Di hari kedua, 1 November 2015, Pekan Amal Tzu Chi, pengunjung semakin ramai mengunjungi acara.

“Tiap tahun kita datang untuk meramaikan acara Pekan Amal Tzu Chi,” ujar Ade Kamaruddin, relawan Tzu Chi yang berasal dari Biak ini. Kali itu Ade dan 2 orang relawan datang dari Biak, Papua untuk mengikuti Pekan Amal Tzu Chi yang diadakan selama dua hari, 31 Oktober – 1 November 2015 di lantai dasar Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Hari Minggu ini pengunjung tampaknya jauh lebih ramai daripada kemarin,” ujar Ade sambil memperlihatkan jumlah piring soto makassar yang menjadi stan tempat ia berjualan.

Ade pun menceritakan, jika mereka bisa datang untuk bersumbangsih berkat bantuan relawan dari Makassar yang membuat bumbu untuk masakan soto makasar dan Sorong yang mengirimkan makanan kecil khas dari Sorong. Semuanya dikirimkan dengan menggunakan tranportasi udara ke Jakarta lalu diterima dan diteruskan oleh Ade dan kawan-kawan untuk dijual dalam Pekan Amal Tzu Chi. “Tanggal 30 Oktober barang-barang dikirim dan tanggal 31 Oktober 2015 kita mulai buka stan. Selama dua hari lumayan hasilnya,” terang Ade dengan gembira. “Saya berharap dengan nanti dibangunnya Rumah sakit Tzu Chi maka akan semakin banyak orang yang mendapatkan bantuan pengobatan,” sambungnya.

Selain relawan Tzu Chi dari Biak, turut hadir relawan Tzu Chi dari luar kota lainnya yang juga ikut meramaikan acara. Salah satunya ialah relawan dari Kota Manado. Sebanyak 7 orang relawan datang dan membawa barang dagangan yang banyak, dengan mengurangi jumlah barang pribadi yang dibawa ke Jakarta. “Kita patungan bawa makanan kecil yang akan kita jual di pekan amal. Kan dari bandara standar barang d ibagasi adalah 20 kg, jadi kita kurangi baju yang dibawa dan utamakan snack-snack, sehingga barang yang dijual nanti bisa banyak,” terang Alenveva T. A. Onibala atau akrab disapa Anggi.

Ade Kamaruddin (kiri), relawan Tzu Chi dari Biak dengan penuh semangat melayani setiap pengunjung yang singgah di stannya.

Anggi, relawan Tzu Chi Manado merasa senang dapat ikut serta dalam acara itu, karena ia disambut hangat oleh setiap relawan.

Anggi merasa senang dapat ikut serta dalam acara itu. “Ada rasa kebersamaan yang melebihi dari keluarga. Senang sekali, berarti kedatangan saya dan teman-teman benar-benar disambut hangat,” terangnya dengan senyum sumringah. “Melihat antusias warga, kita ke depan juga ingin buat pekan amal di Manado, ingin mengenalkan Tzu Chi  dan Nasi Jing Si yang multifungsi, sehingga nanti ada sesuatu yang bisa kita bawa pulang ke daerah nanti,” terang Anggi pasti.

Makin Berdana Makin Bahagia

Antusias untuk berbagi kasih juga dirasakan oleh salah seorang relawan Tzu Chi, Effendi Lohananta. Effendi mengikutkan lukisan-lukisan yang dibuat oleh istrinya Michelle Foo untuk dijual dalam Pekan Amal Tzu Chi. “Istri saya memang punya bakat melukis. Dia juga ikut kelas melukis di Universitas Nan Yang (Singapura – red),” aku ayah dari dua anak ini.  

Effendi sendiri mengatakan jika dalam satu bulan sebanyak 30 buah lukisan berhasil dilukis oleh Michelle, lalu ia bawa ke Jakarta untuk dipajang di pekan amal. “Idenya muncul satu bulan lalu, saya tahu mau ada acara Pekan Amal Tzu Chi, tapi bingung mau berdana apa. Lalu terpikir jika Istri hobi melukis, jadi coba berdana melalui lukisan saja. Begitu tanya istri ternyata dia setuju, lalu minta buat beberapa lukisan untuk dijual di stan,” cerita Effendi mengenai proses tercetusnya ide untuk berdonasi melalui lukisan. Sayangnya Michelle tidak dapat hadir dalam acara. ”Coba kalau ada dia (istri) bisa sekalian untuk demo pembuatan lukisan. Tapi dia tidak bisa datang karena harus menjaga anak-anak,” cerita Effendi penuh antusias.

Melihat antusias warga yang datang ke Pekan Amal Tzu Chi, Frans Lauwira, seorang pengunjung dari Teluk Gong yang datang bersama istri dan anaknya merasa jika Tzu Chi sudah diterima oleh masyarakat umum di Indonesia.

Meskipun Michelle tidak dapat hadir, tetapi semangat itu seolah diteruskan oleh Effendi. Ia kerap mengajak orang untuk melihat stan lukisannya melalui melalui pengeras suara. Alhasil, beberapa pengunjung datang untuk melihat-lihat. “Lukisannya sudah laku beberapa buah,” terang Effendi dengan antusias. Semakin banyak yang terjual, Effendi pun gembira, karena semakin banyak yang bersumbangsih untuk pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi.

Semangat para relawan Tzu Chi, baik dari dalam kota maupun dari luar kota yang begitu antusias membuat para pengunjung yang datang juga bersemangat untuk ikut bergabung mendukung pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. Misalnya Frans Lauwira, seorang pengunjung dari Teluk Gong yang datang bersama istri dan anaknya. “Ini pertama kali datang ke acara ini. Antusiaslah, kita penasaran kegiatan ini seperti apa,” terang Frans yang sering mendengar nama Tzu Chi yang aktif dalam kegiatan sosial. Frans sendiri juga tahu jika pekan amal dilakukan untuk mendukung pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi. “Memang harus seperti demikian. Biar pun sedikit, tapi kalau dikumpulin kan lama-lama bisa jadi bukit,” tutur Frans .

Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2015 : Bazar untuk Pembangunan Rumah Sakit

Pekan Amal Tzu Chi 2015 : Bazar untuk Pembangunan Rumah Sakit

31 Oktober 2015 Pekan Amal Tzu Chi disambut antusias oleh semua orang, buktinya sebanyak 200 stan berpartisipasi dalam kegiatan ini yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti sembako, pakaian, makanan, hingga kendaraan motor.
Pekan Amal Tzu Chi : Semangat untuk Mewujudkan Rumah Sakit Tzu Chi

Pekan Amal Tzu Chi : Semangat untuk Mewujudkan Rumah Sakit Tzu Chi

06 November 2015 Semangat para relawan Tzu Chi, baik dari dalam kota maupun dari luar kota yang begitu antusias membuat para pengunjung yang datang juga bersemangat untuk ikut bergabung mendukung pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi.
Pekan Amal Tzu Chi 2015: Kisah Cinta Kasih

Pekan Amal Tzu Chi 2015: Kisah Cinta Kasih

02 November 2015

Ada pepatah yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan cinta kasih akan melahirkan kekuatan untuk melakukannya. Mungkin ini tepat menggambarkan apa yang dilakukan insan-insan yang bersumbangsih dalam kegiatan Pekan Amal Tzu Chi pada 31 Oktober dan 1 November 2015 di Tzu Chi Center, pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -