Pekan Budaya Nusantara TK Tzu Chi School

Jurnalis : Chrestella Budyanto, Fotografer : Chrestella Budyanto

Kakek Uban, memerankan raja dalam cerita Lutung Kasarung.

Banyaknya paparan media asing, kemudahan teknologi lewat gawai, serta banyaknya pendidikan berbasis kurikulum internasional, dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan anak-anak akan tradisi dan kekayaan budaya bangsanya. Miss Atika, guru TK A (K1) di Tzu Chi School, kerap kali menerima pertanyaan dari murid mengenai karakter princess cerita dongeng maupun film buatan luar negeri. “Ketika mereka tanya soal Princess Elsa, aku tanya balik, ‘kamu tahu cerita dongeng Buaya Kancil gak?’ Mereka jawab nggak,’’ tutur Atika.

Selain lebih mengenal tokoh-tokoh dongeng mancanegara, anak-anak kerap membanggakan permainan-permainan daring dalam gawai mereka. “Mereka lebih senang main game di handphone mereka. Gak ada tuh yang tahu congklak, gangsing, yoyo,” tambahnya.

Atika, guru TK A Tzu Chi School, mengajarkan anak-anak bermain congklak.

Hal-hal seperti inilah yang mengusik hati Atika dan guru-guru TK lainnya. Maka dari itu, dalam Pekan Budaya Nusantara di tahun ini, TK Tzu Chi School fokus memperkenalkan minuman dan permainan tradisional Indonesia, serta cerita-cerita rakyat Indonesia. TK Tzu Chi School mengundang  pendongeng profesional yakni Keluarga Winson, keluarga pendongeng pertama di Indonesia. “Saya kepikiran, anak-anak kita tahu karakter tuan putri dari luar (negeri), tapi pasti gak tau dongeng negara sendiri kan, padahal dongeng kita banyak. Makanya, tahun ini kita perkenalkan cerita daerah, serta minuman dan  permainan tradisional,” lanjut Atika.

Salah satu anggota dari pendongeng Keluarga Winson adalah Sonny Key, yang akrab disapa Kakek Uban. Kakek Uban sudah menjadi pendongeng sejak tahun 2006. Dirinya prihatin akan budaya menonton televisi dan bermain gawai anak-anak, “Mendongeng itu kan sebenarnya budaya kita ya, dari kecil ibu kita pasti sering bercerita. Kalau dongengnya disampaikan dengan baik, anak-anak pasti akan terus ingat hingga dewasa.”

Dalam Pekan Budaya Nusantara, anak-anak kelas N2 dan K2 mengenakan pakaian tradisional Indonesia.

Pada tanggal 24 Oktober 2019, Kakek Uban, bersama keluarganya bercerita tentang kisah perebutan takhta kerajaan antara Putri Rara dan Putri Sari. Putri Rara yang tidak terima ketika raja memilih Putri Sari sebagai pengganti raja, meracuni Putri Sari hingga Putri Sari dibuang ke hutan, lalu berteman dengan Lutung Kasarung.

Kakek Uban berharap, “Pesan utama dari cerita Lutung Kasarung adalah kejujuran, kita nggak boleh iri hati. Walaupun kita memiliki kekurangan, kita harus mempunyai hati yang jujur. Nggak boleh kita membenci atau mencelakai orang.”

Menurut Kakek Uban, banyak cara yang bisa dilakukan guru dan orang tua untuk mendidik anak-anak supaya tidak lupa dengan akar budaya Indonesia. “Terutama untuk orang tua di rumah, bisa sisihkan sepuluh menit setiap hari baik ketika jam makan malam maupun sebelum tidur untuk bercerita.”

 Ibu Nova Dewi, memarut kunyit yang merupakan salah satu bahan jamu tradisional Indonesia.

Cerita yang dituturkan kepada anak-anak juga tidak harus berpaku pada cerita rakyat saja, “Misalnya ceritakan tentang perjalanan atau kegiatan ibu hari itu, intinya budaya bercerita harus dibiasakan. Ketika anak sudah terbiasa dengan budaya ini, nantinya di sekolah pun anak-anak akan mudah jika diminta untuk bercerita dengan kelasnya,” terang Kakek Uban

Selain pendongeng, dalam pekan ini, TK Tzu Chi School juga mengundang Ibu Nova Dewi, pendiri Suwe Ora Jamu. “Kita udah pernah mengenalkan makanan tradisional, jadi tahun ini kita perkenalkan minuman jamu. Pasti mereka banyak yang belum tahu. Sekarang juga jamu kan lagi booming, karena sudah banyak startup jamu yang lebih modern,” tutur Atika.

Anak-anak mencoba tekstur kunyit. 

“Indonesia ini negeri yang kaya, kita harus menghargai kekayaan negara dan budaya kita,” jelas Ibu Nova. Dengan kegiatan pengenalan mengenai jamu, anak-anak juga lebih mengenal jenis tanaman-tanaman dan rempah Indonesia yang dapat dibuat jamu.

Setiap dua tahun sekali, bergiliran dengan Pekan Perserikatan Bangsa-Bangsa, TK Tzu Chi School mengadakan Pekan Budaya Nusantara. Tahun ini, pekan budaya tersebut berlangsung selama tiga hari dari tanggal 23 hingga 25 Oktober 2019. TK Tzu Chi School berharap, dengan adanya Pekan Budaya Nusantara, anak-anak dapat mengenal budaya Indonesia lebih jauh lagi, supaya mereka tidak lupa akan akar budaya mereka. 

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

TK Tzu Chi School Wakili DKI Jakarta dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional

TK Tzu Chi School Wakili DKI Jakarta dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional

07 Agustus 2019

TK Tzu Chi Indonesia atau TK Tzu Chi School mewakili Provinsi DKI Jakarta dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional kategori TK/RA. TK Tzu Chi menjadi satu di antara 25 sekolah di 25 provinsi lainnya yang ikut dalam perlombaan. Berbagai kriteria tersemat dalam perlombaan yang penilaiannya didasarkan pada acuan strata Paripurna ini.

Memperdalam Budaya Humanis Lewat Tzu Chi Cup Chinese Competition

Memperdalam Budaya Humanis Lewat Tzu Chi Cup Chinese Competition

22 November 2022

Sabtu, 19 November 2022 Chinese Departement di Tzu Chi School mengadakan Tzu Chi Cup Chinese Competition untuk pertama kalinya. Lomba ini diikuti oleh 53 siswa kelas 7 hingga 12 dari berbagai sekolah di Jakarta, Batam, juga Medan.

Memulai Pelestarian Lingkungan dari Diri Sendiri Sejak Dini

Memulai Pelestarian Lingkungan dari Diri Sendiri Sejak Dini

17 Maret 2015 Master Cheng Yen selalu menghimbau kita, para murid-muridnya, untuk melakukan pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan melakukan pemilahan sampah untuk didaur ulang. Mengenggam setiap kesempatan untuk berbuat kebajikan, para relawan komunitas dari Hu Ai Pantai Indah Kapuk menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi School Indonesia untuk bersama-sama menanamkan nilai-nilai cinta bumi dan lingkungan sejak dini kepada para siswa-siswinya.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -