Pelajaran Hidup dari Secangkir Teh

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Henry Tando


Dalam meracik teh, seseorang harus menenangkan hati dan membersihkan batin terlebih dulu. Ini juga dapat digunakan untuk refleksi diri serta meditasi.

Harum teh yang tengah diseduh memenuhi ruangan tea ceremony di Gedung Gan En Lou sepanjang hari itu. Wanginya menenangkan. Para peserta kelas seni meracik teh pun larut dalam kedalaman makna dan filosofi secangkir teh yang tengah dijelaskan oleh Lao Shi Li Liuxiu, salah satu guru yang didatangkan langsung dari Tzu Chi Taiwan.

“Saat belajar seni meracik teh, yang paling penting adalah kita dapat merasakan keindahan di dunia ini, dan kita juga bisa mengembangkan kebajikan dalam diri kita,” jelas Lao Shi Li Liuxiu.

Dari secangkir teh, kita bisa belajar tata krama dari dalam kehidupan. Kata Lao Shi Li Liuxiu.

Empat guru yang datang langsung dari Taiwan ini adalah Li Liuxiu, Ou Qingwan, Luo Yueyuan, dan Ou Jinlian. Sementara sebanyak 42 peserta kelas ini terdiri dari guru Sekolah Tzu Chi Indonesia, guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan relawan Misi Pendidikan yang adalah Da Ai Mama. Selama dua hari dari tanggal 14-15 Mei 2019, mereka praktik langsung seni meracik teh atau Cha Dao ini. Untuk memulai kelas ini, sejak Maret lalu para peserta telah belajar secara daring atau online dengan para Lao Shi ini.

Berbagai macam jenis teh. Cara penyeduhannya juga suhu air panas untuk menyeduhnya berbeda-beda tergantung jenis tehnya.

Jangan coba-coba meracik teh saat hati masih diliputi kegalauan dan kerisauan. Dijamin saat menuangkannya, tangan bakal gemetar. Seni meracik teh yang penuh keanggunan pun tak akan dapat dirasakan oleh orang lain yang melihatnya. Ini adalah dasar yang sangat penting.

Lina Hon, peserta dari guru Sekolah Tzu Chi Indonesia merasa terharu karena mendapatkan banyak ilmu juga pencerahan. Apalagi ini merupakan kali pertama ia belajar seni meracik teh secara serius. Dari kelas ini, ia tahu bahwa setiap peralatan teh mempunyai fungsi masing-masing, begitu juga dalam penempatannya. Begitu juga dalam kehidupan nyata, sebagai guru ia harus tahu betul perannya dalam hal mencerdaskan generasi bangsa.

“Jadi punya peran masing-masing, lalu juga mesti bersatu. Baru bisa menghasilkan sebuah kelompok yang solid. Apalagi Tzu Chi kan sebuah organisasi yang besar, jadi kalau tidak solid susah,” tambahnya lagi.

Para peserta dijelaskan tentang macam-macam teh, seperti teh oolong, teh hijau, teh putih, teh merah, dan masih banyak lagi.

Lina Hon tengah tanya jawab dengan Lao Shi Li Liuxiu.

Meski mengikuti kelas selama dua hari, mulai pukul 08.30-17.30 WIB, Olivia Tan, relawan Misi Pendidikan atau Da Ai Mama merasa sangat menikmati semua tahap demi tahapnya. Misalnya tentang menyusun alat teh di tempatnya masing-masing, juga belajar membedakan berbagai jenis daun teh sehingga saat membeli teh dapat membedakan mana yang bagus dan yang kurang bagus.

Enjoy sekali, kan bisa diaplikasikan di rumah saat ada tamu. Skill yang berguna tapi di dalamnya ada Dharma. Apalagi Jing Si Cha Dao ini yang kita utamakan adalah kita harus bisa menenangkan diri dulu. Saat kita tenang kita baru bisa melakukan yang namanya meditasi disaat kita menyeduh teh,” kata Olivia.

Olivia Tan sangat enjoy mengikuti semua materi yang disampaikan. Interior yang indah dan nyaman dalam ruangan ketika menyajikan teh juga penting.

Menurut Lim Airu, relawan Tzu Chi yang juga koordinator kelas ini, seni meracik teh di masa sekarang telah menjadi hal yang sangat penting dan perlu dipelajari oleh relawan Tzu Chi.

“Dari secangkir teh, relawan dapat belajar tata krama, karena semua tahapannya mengandung filosofi. Dalam menyajikan teh misalnya, mengajarkan bahwa seseorang harus memperlakukan siapapun setara,” jelasnya.

Kelas seni meracik teh ini diikuti para guru Sekolah Tzu Chi Indonesia, guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan relawan Misi Pendidikan yang adalah Da Ai Mama. 

Lao Shi Li Liuxiu juga berharap semakin banyak relawan Tzu Chi Indonesia mempelajari seni meracik teh.

“Kami bilang ini adalah menyebarkan benih pertama. Saya berharap dari satu benih menjadi benih yang lebih banyak lagi. Jadi semakin banyak relawan yang sudah belajar, bisa menjadi guru meracik teh dan lebih banyak orang lagi yang bisa belajar seni meracik teh,” harap Lao Shi Li Liuxiu.

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Pelajaran Hidup dari Secangkir Teh

Pelajaran Hidup dari Secangkir Teh

17 Mei 2019

Harum teh yang tengah diseduh memenuhi ruangan tea ceremony di Gedung Gan En Lou sepanjang hari itu. Wanginya menenangkan. Para peserta kelas seni meracik teh pun larut dalam kedalaman makna dan filosofi secangkir teh yang tengah dijelaskan oleh Lao Shi Li Liuxiu, salah satu guru yang didatangkan langsung dari Tzu Chi Taiwan.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -