Pelangi di Dunia Tzu Chi
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Hendra Gunawan (He Qi Barat), Feranika Husodo (He Qi Utara) , Chandra Wijaya (Tzu Ching Rudi Santoso Shixiong pada sesi sharingnya membacakan puisi yang khusus ia tulis untuk para relawan Zhen Shen Mei (3 in 1) dalam kegiatan Pelatihan Teknik Menulis dan Foto pada tanggal 2-3 April 2011. |
| |
Pada hari Sabtu, 2 April 2011, acara pelatihan dimulai pada pukul 14.00 WIB. Acara dibuka oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei. Dalam sambutannya, Liu Su Mei menyampaikan harapannya agar setelah pelatihan ini semakin banyak relawan yang menjadi "mata dan telinga" Master Cheng Yen. "Saya pun pada awalnya (Tzu Chi di Indonesia) melakukan dokumentasi, baik foto dan juga menulis untuk dilaporkan ke Taiwan," kata Liu Su Mei memberi motivasi. Di hari pertama itu para peserta mendapatkan penjelasan tentang pentingnya mendokumentasikan sejarah Tzu Chi yang dibawakan oleh Agus Hartono, Wakil Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Tzu Chi, dasar-dasar fotografi yang dibawakan oleh Henry Tando, Koordinator Relawan 3 in 1 dari He Qi Utara, dan juga teknis menulis berita yang dibawakan oleh Hadi Pranoto, jurnalis Buletin dan Majalah Dunia Tzu Chi. Di hari kedua, Minggu 3 maret 2011, acara dimulai sejak pukul 08.00 pagi. Sesi pertama dibawakan oleh Anand Yahya, fotografer dari Majalah Dunia Tzu Chi. Ia menjelaskan mengenai teknik dalam pengambilan foto yang sesuai dengan kriteria sebuah foto jurnalistik yang juga sesuai dengan budaya kemanusian Tzu Chi. "Narasumber Tzu Chi adalah manusia, jadi harus memanusiakan manusia dan jurnalis Tzu Chi bukan mencari cerita penderitaan dari seseorang, tetapi mencari cerita yang mengajak orang untuk berbuat baik," katanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan proses pengiriman berita dan pemanfaatannya yang dibawakan oleh Ivana, Pemimpin Redaksi Majalah Dunia Tzu Chi. Ia membuat perumpaan hasil dari sebuah dokumentasi seperti sebuah proses petani yang mencangkul sawah untuk menghasilkan padi dan beras lalu beras dapat diolah menjadi nasi, bubur, mi dan berbagai panganan lainnya yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Ia menjelaskan bahwa dokumentasi 3 in 1 Tzu Chi pada setiap kegiatan yang dilakukan relawan sangat penting karena bertujuan untuk mencatat setiap sejarah Tzu Chi, memberikan kesempatan untuk meningkatkan diri dan menyebarkan semangat cinta kasih serta kemanusian kepada orang lain. "Jika tidak ada dokumentasi maka tujuan-tujuan tersebut tidak akan tercapai," tegas Ivana. Setelah diberikan pengarahan mengenai teknik foto dan penulisan, para peserta kemudian dibagi menjadi 9 kelompok untuk melakukan praktik langsung peliputan kepada nara sumber yang berada di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Tampak terlihat kesibukan relawan yang dengan antusias memawancarai nara sumber untuk mendapatkan sebuah berita yang memiliki unsur "5W1H" ("What, Who, Where, When, Why + How") dan foto yang mendukung cerita tersebut. Selesai melakukan wawancara, masing-masing peserta diminta untuk menuliskan hasil wawancara yang mereka lakukan ke dalam sebuah tulisan yang akan dinilai dan dibahas bersama dalam sharing kelompok.
Keterangan :
Sharing dari Relawan untuk Relawan Rudi yang juga menjadi mentor pendamping pada saat relawan melakukan praktik liputan ini juga membacakan sebuah puisi yang ia tulis khusus untuk relawan 3 in 1 Tzu Chi. Puisinya bermakna melalui kamera dan pena, relawan 3 in 1 mengabadikan momen, relawan 3 in 1 bagaikan pelangi yang memberikan warna-warni pada Tzu Chi. Setiap relawan memiliki warna (karakter) yang berbeda-beda sehingga saat dipadukan relawan 3 in 1 akan terlihat seperti warna-warni pelangi. "Saya melihat akan ada banyak penulis baru handal yang akan lahir di Tzu Chi setelah pelatihan ini," tegas Rudi. Hal ini ia ungkapkan karena ia banyak melihat tulisan-tulisan yang bagus dari relawan.
Keterangan :
Junet Lee, relawan dari He Qi Barat juga menyampaikan sharingnya tentang hikmah yang telah ia dapat setelah bergabung di komunitas relawan 3 in 1. Pria humoris yang akrab disapa A Chai ini merantau dari Medan menuju Jakarta untuk bekerja. Pada masanya merantau di Jakarta ia jarang sekali menghubungi orangtuanya yang berada di Medan, bahkan untuk sekadar menanyakan kabar. Setelah bergabung dengan Tzu Chi dan meliput kegiatan relawan di panti jompo, ia pun menyadari bahwa sebenarnya orangtuanya tidak menginginkan harta dan apapun dari anaknya. Orang tua hanya ingin memberikan kasih sayang kepada anaknya, dan begitu juga sebaliknya anak menunjukkan kasih sayangnya kepada orangtua. Ia juga membacakan sebuah puisi hasil karangannya yang bermakna tentang bagaimana seorang anak yang harus segera berbakti kepada orang tuanya sebelum terlambat dan tidak dapat berbakti lagi. Keterlibatan Junet menjadi relawan 3 in 1 sudah berlangsung sejak 1,5 tahun yang lalu. Awal ia bergabung karena melihat kurangnya jumlah relawan dokumentasi di wilayahnya, dan ada permintaan dari seorang relawan lainnya agar ia bergabung dalam bagian ini. Awalnya ia merasakannya sebagai paksaan, namun setelah bergabung dan mengikuti, perasaan "terpaksa" itu berubah menjadi kegembiraan untuknya. Kini ia bahkan dipercaya untuk mengambil tanggung jawab sebagai fungsionaris 3 in 1 di Hu Ai Cengkareng Jakarta Barat. Pelatihan ini membuat tekadnya semakin kuat untuk menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen untuk menginspirasi orang lain sehingga hati manusia tersucikan. Di akhir acara, Agus Hartono, Wakil Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Tzu Chi memaparkan tujuan utama dari pelatihan ini yaitu membekali para relawan dengan keahlian menulis dan teknik mengambil foto, serta mengubah pola pikir relawan bahwa fungsi 3 in 1 bukan hanya dimiliki oleh relawan 3 in 1 saja, namun juga menjadi bagian tanggung jawab dari seluruh insan Tzu Chi yang peduli dan ingin menebarkan cinta kasih universal ke seluruh dunia. Ia juga menyampaikan pesan Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei pada pelatihan di hari pertama, di mana Master Cheng Yen selalu mengingatkan setiap relawan dokumentasi untuk menjaga keselamatan diri saat bertugas. "Itu menjadi prioritas kita semua saat bertugas," kata Agus Hartono sambil menutup kegiatan pelatihan hari itu. | ||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Cara Terbaik untuk Melindungi Diri
16 April 2013 Kegiatan pembersihan jalan itu dimulai dari dia seorang. Saat Relawan Ke melihatnya, dia juga merasa tersentuh dan mulai mengajak orang untuk ikut serta. Sekitar seratus hingga dua ratus orang menyambut imbauan itu dan ikut berpartisipasi. Relawan Hong juga ikut berpartisipasi.Doa dan Solidaritas untuk Warga Penyintas Erupsi Gunung Semeru
14 Desember 2021Para guru dan staf di Sekolah Tzu Chi Indonesia bersumbangsih bagi warga penyintas bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Hidup Serba Terbatas Karena Katarak
30 Juli 2018Untuk meredam tingginya angka penyakit katarak Kodim 0612 Tasikmalaya menggandeng Tzu Chi Indonesia sekaligus Dinkes Tasikmalaya mengadakan baksos yang screeningnya dilakukan pada Sabtu (28/07/18).