Pelantikan Relawan: Membangun Ikrar

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya , Hadi Pranoto, Stephen Ang (He Qi Utara), dan, Wimala (He Qi Selatan)
 
 

foto
Sebanyak 332 relawan dilantik menjadi relawan biru putih pada Minggu, 4 November 2012. Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Franky O. Widjaja menyematkan kartu tanda relawan kepada peserta yang dilantik.

“Banyak orang yang mau bekerja, tetapi hanya sedikit yang mau bertanggung jawab”, kata-kata ini sering terlontar dari obrolan para relawan Tzu Chi. Apakah jelek maksudnya? Tidak juga. Begitu banyak orang yang mau bersumbangsih di Tzu Chi, baik dana maupun tenaga, tetapi tatkala diminta untuk memikul tanggung jawab untuk  meng-handle satu kegiatan atau tugas tertentu, mayoritas akan menolaknya. Ini terjadi khususnya di kalangan relawan abu putih, dimana memang mereka merupakan relawan Tzu Chi yang baru mengenal dan aktif di Tzu Chi.

Tapi, jika setelah mereka aktif mengikuti kegiatan Tzu Chi dan mendalami filosofi Tzu Chi maka sikap untuk “menghindar” dari tanggung jawab itu pun perlahan-lahan akan luntur. Terlebih jika mereka kemudian “naik kelas” menjadi relawan biru putih, maka sedapat mungkin mereka harus mau memikul tanggung jawab untuk meringankan beban Master Cheng Yen dalam menyucikan hati manusia, menciptakan masyarakat aman dan damai, serta dunia terhindar dari bencana.

Jika dilihat dari warna seragam relawan Tzu Chi, abu-abu sendiri bermakna sederhana atau jalan tengah, jadi wajar saja jika komitmen dan kesungguhan mereka di Tzu Chi masih dalam tahap pembelajaran. Sementara biru bermakna langit, dan putih melambangkan bersih dan suci. “Jadi relawan biru putih adalah relawan yang memiliki hati seluas jagat raya, memiliki pikiran yang positif dan murni,” kata Like Shijie, He Xin Training Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam acara Pelantikan Relawan Biru Putih pada tanggal 3-4 November 2012 di Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Menjadi biru putih juga bukan berarti telah lulus dari ujian dan kemudian berhenti melatih dan membina diri. “Justru dengan menjadi relawan biru putih mulai harus bisa mendampingi relawan baru,” tegas Like Shijie. Ada sebanyak 332 relawan yang dilantik menjadi relawan biru putih, dan ada 321 relawan biru putih lainnya yang hadir, sehingga total peserta ada 653 relawan biru putih yang memenuhi ruangan Guo Yi Ting (Auditorium Internasional) Lantai 3 PIK, Jakarta Utara.

Belajar Membimbing Orang Lain
“Lebih berani memikul tanggung jawab”, sepertinya kata-kata ini yang mengena di hati Hui Hui Shijie, relawan Tzu Chi Medan yang juga turut dilantik. “Untuk meringankan tanggung jawab Master Cheng Yen,” tandas ibu dari 4 anak ini beralasan. Bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2010, Hui Hui merasakan manfaat yang sangat besar, khususnya dalam membantunya menghilangkan total kebiasaan buruknya berjudi. “Setelah ikut kegiatan-kegiatan Tzu Chi saya jadi banyak kesibukan, ikut kegiatan amal dan lainnya.” Besar di lingkungan yang gemar berjudi, akhirnya kebiasaan ini terbawa hingga ia berumah tangga. Saban hari istri Sim Tjiu Eng (46) ini memasang togel (undian) mulai dari 10 ribu sampai 100 ribu rupiah. Ia pun kerap menggunakan uang belanja demi memuaskan hobby-nya ini.

foto  foto

Keterangan :

  • "Mudah untuk bertekad, sulit untuk mempertahankannya," kata Like Shijie mencoba memotivasi para relawan untuk terus memegang teguh tekad mereka (kiri).
  • Hui Hui (depan) saat berkeliling Aula Jing Si. Para peserta di hari pertama (3 Nov 2012) mengikuti sosialisasi dan pengenalan tentang Aula Jing Si (kanan).

Selama terlena dalam kebiasaan ini, Hui Hui mengaku perasaannya kerap diliputi kegelisahan. “Ada ketamakan, berharap dapat lebih banyak lewat berjudi,” ungkapnya, “bahkan kadang ini membuat saya kasar sama anak-anak. Kalau masang kalah, anak-anak yang jadi sasaran.” Nyatanya, ‘jauh panggang dari api’, ia lebih banyak kalah daripada menang undian. Puncaknya adalah tatkala ia nekat menjual perhiasan dari suaminya untuk pasang taruhan. “Dari situ saya merenung, nggak ada guna, sia-sia,” terangnya. Merasa bersalah pada sang suami, Hui Hui pun bertekad menjauhkan diri dari kebiasaan buruknya. Dengan semangat yang kuat akhirnya ia berhasil menghentikan kebiasaan buruknya. Keyakinan dan keputusannya semakin bulat setelah ia kemudian mengenal Tzu Chi. Hui Hui bahkan sudah menjalani pola hidup vegetarian. “Gan En Master Cheng Yen,” ujarnya di penghujung wawancara.

Dari Sebutir Benih Tumbuh Ribuan Benih Lainnya
Berawal dari sebuah baksos kesehatan yang diadakan perusahaan tempatnya bekerja di Perkebunan Sinar Mas di Padang Halaban, Ruslianto akhirnya mengenal Tzu Chi. Sebagai Senior Manajer, Ruslianto selalu mencoba memberikan teladan kepada rekan-rekan kerjanya. Ia pun ikut aktif membantu dalam setiap kegiatan baksos tersebut. “Merasa bahagia karena bisa memberikan bantuan. Pertolongan kecil, ternyata bagi pasien itu sangat besar nilainya,” ujarnya. Relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas memang kerap mengadakan baksos kesehatan dan juga pemberian kacamata bagi siswa-siswi dan warga yang kurang mampu. Berinteraksi langsung dengan para penerima bantuan ini membuatnya lebih memahami betapa kesabaran dan perhatian yang tulus itu dapat membuat orang senang dan bahagia.

foto  foto

Keterangan :

  • Hui Hui yang menyadari kekeliruannya akhirnya bisa terlepas dari hobby berjudi yang menjeratnya selama bertahun-tahun (kiri).
  • Selain melibatkan para karyawan, Ruslianto pun memberdayakan anak-anak yang magang di lingkungan perkebunan untuk menjadi relawan informasi, mengingat mereka adalah warga sekitar dan tahu secara langsung kondisi di lingkungan mereka (kanan).

Niat itu pun terus berlanjut dengan dijalankannya “Program 5 Km Bebas Katarak, Hernia, dan Bibir Sumbing” di lingkungan sekitar perkebunan. Kegiatan ini mencakup di 3 kecamatan dan 14 desa di wilayah perkebunan Sinar Mas di Padang Halaban. Dengan program tersebut Ruslianto pun pro aktif turun ke lapangan untuk mencari pasien-pasien yang mengidap penyakit tersebut (katarak, hernia, dan bibir sumbing). Ia juga melibatkan karyawan di lingkungan kerjanya untuk program ini.

Selain melibatkan para karyawan, Ruslianto pun memberdayakan anak-anak yang magang di lingkungan perkebunan untuk menjadi relawan informasi, mengingat mereka adalah warga sekitar dan tahu secara langsung kondisi di lingkungan mereka. “Awalnya saya sangat khawatir karena mereka (siswa-siswa) itu berasal dari lingkungan pendidikan Muslim (MA=Madrasah Aliyah-red), tetapi ternyata respon mereka sangat baik. Bahkan, dari relawan informasi ini akhirnya berkembang, bukan hanya dari anak-anak magang dan keluarganya saja, tetapi juga dari “pasien-pasien” yang dulu pernah dioperasi dan ditangani Tzu Chi. Tercatat ada 11 pasien yang akhirnya bergabung menjadi relawan informasi setelah dibantu Tzu Chi. Seperti relawan Tzu Chi lainnya yang dilantik hari itu, Ruslianto pun bertekad untuk lebih mengembangkan Tzu Chi. “Sekembalinya dari sini (Jakarta), Padang Halaban akan menjadi lebih baik,” tekadnya.

  
 

Artikel Terkait

Belajar Berkata yang Baik dan Mengendalikan emosi

Belajar Berkata yang Baik dan Mengendalikan emosi

22 Oktober 2019

Kelas budi pekerti Qing Zi Ban penutupan tahun ajaran 2019 dari 4 komunitas relawan Tzu Chi Jakarta digabung menjadi satu, kelas hari itu membawa tema Berkata yang Baik.

Jiwa Kebijaksanaan yang Terus Dibina

Jiwa Kebijaksanaan yang Terus Dibina

20 Maret 2017

Melihat insan Tzu Chi Batam yang bersukacita dalam Dharma usai mengikuti Pelatihan Relawan Komite dan Calon Komite 2017, Ketua Hu Ai Batam, Diana Loe mengajak insan Tzu Chi Batam berkumpul. Para relawan diajak mendengarkan pengalaman para calon komite selama mengikuti pelatihan di Jakarta.

Kita Bisa Luar Biasa

Kita Bisa Luar Biasa

13 April 2017 Sebanyak 24 muda mudi Tzu Chi (Tzu Ching) ikut dalam kegiatan Tzu Ching Kamp di Tzu Chi Singkawang yang dilangsungkan pada 18 – 19 Maret 2017.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -