Pelatihan 4 in 1 : Menghimpun Niat Baik dan Menyucikan Hati Manusia

Jurnalis : khusnul Khotimah , Fotografer : Arimami Suryo A


Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengungkapkan kebahagiaanya karena selama 23 tahun Tzu Chi di Indonesia, relawan sangat berdedikasi.

Menjadi seorang relawan kemanusiaan tentu memerlukan keterampilan dan kebijaksanaan agar dapat mengatasi berbagai persoalan yang ditemukan di lapangan. Namun sesungguhnya yang terpenting adalah ketulusan hati tanpa pamrih. Dengan hati yang tulus dan suci seberat apa pun persoalan, akan terasa mudah mencari jalan keluarnya. Ini karena hati yang tulus membuat pikiran tetap jernih, menghindarkan kita dari energi negatif dan yang pasti mampu menebarkan cinta kasih. Lalu bagaimana caranya?

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menggelar Kamp Pelatihan Relawan 4 in 1 yang berlangsung selama dua hari, yakni 28-29 Mei 2016 di  Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 710 relawan yang terdiri dari mentor dan peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia , seperti Batam, Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, Surabaya, Singkawang, Palembang, Medan, Tebing Tinggi, Padang, Lampung, Biak, Makassar, Bali, Manado, Bandung, dan Jakarta.

Istilah 4 in 1 mengacu pada semua bagian dari komunitas relawan, baik dari  He Xin, He Qi, Hu Ai dan Xie Lie yang turut serta dalam pelatihan ini. Pelatihan 4 in 1 ini digelar dua kali dalam setahun. Kamp pelatihan diadakan  supaya para relawan lebih memahami ajaran-ajaran Master Cheng Yen (pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi) sehingga bisa menjalankan misi-misi di dalam Tzu Chi.

Dalam pelatihan ini para peserta diberikan banyak pembekalan, termasuk dari tiga relawan senior asal Taiwan yakni Ji Ma Mi, Chen Ming Ze, dan Wei Liang Xu yang berbagi pengalaman bagaimana mulanya mengenal Tzu Chi dan akhirnya mengabdikan hidup menjadi relawan. Ji Ma Mi bahkan membuktikan sendiri bahwa bersama Tzu Chi, ia menjalani hidup dengan bahagia dan makin sehat.

Para peserta dengan seksama mendengarkan materi yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi dari Taiwan dan Indonesia.

Menggandeng Bodhisatwa Lebih Banyak Lagi

Pembicara lainnya, seorang relawan Komite Tzu Chi Indonesia, Livia memberikan materi tentang bagaimana menghimpun niat baik dengan menyucikan hati manusia. Livia mengatakan bahwa salah satu yang diharapkan oleh Master Cheng Yen adalah manusia menyucikan hatinya masing-masing. Caranya dengan mengubah diri sendiri dahulu dari sifat-sifat yang kurang baik sehingga dapat menjadi teladan untuk orang lain dan bahkan menginspirasi orang lain.

“Master Cheng Yen sering mengatakan sekarang ini dunia ini sering ada bencana. Baik bencana yang diakibatkan faktor alam maupun yang disebabkan oleh manusia. Kalau kita mau menolong dunia ini caranya hanya dengan menolong hati, menyucikan hati manusia. Karena itu semua orang wajib menggandeng atau menggalang lebih banyak lagi Bodhisatwa, “ jelas Livia.

Untuk menggandeng Bodhisatwa lebih banyak lagi, kata Livia, caranya tidaklah susah. Dan selama ini memang sudah dijalankan, yakni empat dasar persaudaraan: dana, tutur kata penuh cinta kasih, tindakan bermanfaat, dan yang keempat adalah kebersamaan.  Jika ini selalu dijalankan dalam setiap kegiatan, baik dalam lingkungan keluarga maupun di antara sesama relawan maka akan membangkitkan cinta kasih.

Dalam pelatihan ini juga para pembicara  membagikan pengalaman terkait  pelaksanaan bakti sosial yang memberikan dampak bagi masyarakat luas. Misalnya bagaimana Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih untuk warga di bantaran Kali Angke (yang terkena normalisasi Kali Angke yang dilakukan Pemda DKI Jakarta -red), hingga memberikan pendidikan dan pendampingan bagi anak- anak di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng (Jakarta Barat) dan Muara Angke (Jakarta Utara).


Sebanyak 710 relawan mengikuti Kamp Pelatihan 4 in 1 di Aula Jing Si lantai 4, PIK, Jakarta Utara.

Salah satu peserta, dari Ancol Jakarta, Atik Wati (46 tahun) mengaku mendapatkan banyak ilmu dan juga inspirasi dari keteguhan hati para relawan senior. Dari pelatihan ini, Atik pun bertekad akan lebih banyak belajar lagi supaya bisa melakukan lebih banyak hal dalam kegiatan kerelawanan. “Kesan saya acara ini sangat menarik, menambah wawasan dan menambah persaudaraan. Jadi kita bertemu relawan antar daerah. Sharing tadi banyak yang mengena di hati, “ kata Atik Wati usai kamp pelatihan.

Salah satu panitia kamp, Anie Wijaya mengatakan, kamp pelatihan relawan  ini sejatinya adalah ajang untuk belajar melatih diri. Namun tentunya melatih diri tak hanya saat di sini saja. Melainkan untuk  dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari mulai jalan yang rapi dengan berbaris, cara makan hingga posisi duduk yang tegak.

“Misalnya, kita tersenyum, jangan cuma senyum di sini. Senyumlah ke keluarga, sama tetangga juga baik. Mungkin di sini kita pura-pura tegak, tapi karena lama-lama pura-pura, maka jadi sungguhan karena jadi kebiasaan. Jadi ini cara melatih diri, “ jelas Anie Wijaya.

Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei dalam sambutannya mengungkapkan kebahagiaannya karena selama 23 tahun Tzu Chi di Indonesia, totalitas para relawan dalam bekerja membuat Master Cheng Yen tak khawatir tentang Tzu Chi di Indonesia. Karena itu dalam kesempatan ini, para relawan harus menguatkan tekad untuk bersumbangsih lebih luas lagi ke seluruh Indonesia.

“Karena ada Tzu Chi, karena ada Master Cheng Yen, kita semua ada di sini. Kita harus bersyukur karena Master mendirikan Tzu Chi, kita menjadi keluarga besar, menjadi saudara se-Dharma," kata Liu Su Mei.

Dalam pesan cinta kasihnya, Liu Su Mei juga mengatakan agar apa yang dipelajari hari ini bisa disebarkan di wilayah dan komunitasnya masing-masing.  


Artikel Terkait

Mengasah Kepekaan Rasa

Mengasah Kepekaan Rasa

12 Desember 2017
Bagi Ari Sobri, bekerja di DAAI TV merupakan hal yang spesial, “karena bisa melatih jiwa kerelawanan dan kemanusiaan. Jadi nggak hanya bekerja, kami juga bisa dengan mudah berkegiatan sosial melalui Tzu Chi,” ucapnya yang telah bergabung di DAAI TV sejak 2005 lalu. Selain dirinya, ada 57 staf DAAI TV Indonesia yang ikut dalam Pelatihan Relawan Abu Putih pertama bersama relawan komunitas He Qi Utara 1, Minggu, 10 Desember 2017 lalu.
Pelatihan Relawan Tzu Chi Batam

Pelatihan Relawan Tzu Chi Batam

06 November 2017

Pada sharing yang bertajuk Ada Tekad Pasti Ada Kekuatan, Johnny memotivasi para peserta untuk mencoba memikul tanggung jawab yang lebih besar dalam Tzu Chi. “Kadang kita meragukan potensi diri kita sendiri sehingga enggan untuk mengambil tanggung jawab,” ujarnya.

Pelatihan Relawan Biru Putih 2015: Memikul Tanggung Jawab Menjadi Benih Tzu Chi

Pelatihan Relawan Biru Putih 2015: Memikul Tanggung Jawab Menjadi Benih Tzu Chi

12 Oktober 2015 “Saat saya berkesempatan untuk bertemu dan sharing dengan Master Cheng Yen, saya bercerita bahwa di Bireuen kami belum punya kantor dan belum pernah ada kegiatan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengangguk-angguk dan berpesan bahwa saya harus pulang dengan membawa benih Tzu Chi untuk Bireuen,” kisahnya. Pesan itu sulit hilang dari ingatan Teo Siau Pieng yang akhirnya membuatnya bertekad menciptakan Tzu Chi di Bireuen, Aceh.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -