Hoyan, relawan Tzu Chi (memegang mic) menyampaikan materi tentang Budaya Humanis Tzu Chi.
Hari Minggu di awal tahun biasanya diisi dengan liburan atau bersantai, namun relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Tangerang memilih jalan berbeda. Di bawah sinar matahari yang hangat, semangat dan energi positif memenuhi Auditorium Universitas Pradita, Serpong. Pada Minggu, 5 Januari 2025, sebanyak 113 peserta, 14 mentor, dan 30 panitia berkumpul untuk mengikuti Pelatihan Abu Putih ke-2 yang bertema Menjadi Bodhisatwa: Menenangkan Jiwa, Hati, dan Kehidupan Semua Makhluk.
Pelatihan ini dipandu dengan penuh antusias oleh Rita Malia Widjaja. Acara dimulai dengan sesi inspiratif dari Agus Hartono yang membawakan materi Kisah Master Cheng Yen. Dalam paparannya, Agus menggambarkan perjalanan hidup Master Cheng Yen yang penuh makna, termasuk tiga jalinan takdir yang melandasi berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi pada tahun 1966. Prinsip luhur yang dipegang Master Cheng Yen, “Demi Ajaran Buddha, demi semua makhluk,” menjadi fondasi kuat dalam setiap langkah Tzu Chi.
Selanjutnya, Eva Wijaya memaparkan tentang misi kesehatan Tzu Chi. Melalui tema Menjaga Kesehatan Demi Menyelamatkan Kehidupan dan Mewariskan Cinta Kasih, ia mengisahkan bagaimana Master Cheng Yen tergerak oleh penderitaan seorang ibu muda yang tak mampu membayar uang muka untuk perawatan medis. Kejadian itu memotivasi Master Cheng Yen untuk mendirikan Rumah Sakit Tzu Chi pertama di Hualien pada 1986. Hingga kini, Tzu Chi telah memiliki tujuh rumah sakit di Taiwan, serta dua rumah sakit di Indonesia, berlokasi di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Philip Tanjaya berbagi pengalaman bersama lima relawan komite lainnya yang dilantik pada tahun 2024.
Viona Angelina mengajak relawan untuk memulai langkah mulia dengan menggalang hati dan dana.
Dalam sesi selanjutnya, Viona Angelina menekankan pentingnya cinta kasih dalam berdana. Ia menjelaskan bahwa berdana bukanlah hak eksklusif orang kaya, tetapi hak setiap individu yang memiliki hati yang tulus.
Acara juga diisi oleh Hoyan yang mengangkat Budaya Humanis Tzu Chi serta berbagi pengalaman para komite yang baru saja dilantik di Hualien, Taiwan. Salah satu relawan, Philip Tanjaya, berbagi kisahnya selama pelantikan. Ia mengutip pesan Shifu (biksuni) yang menyarankan agar konflik antar relawan dapat diatasi melalui pembelajaran Dharma setiap pagi dalam Xun Fa Xiang (Menghirup Keharuman Dharma).
Acara ditutup dengan pesan inspiratif dari Ketua He Qi Tangerang, Johnny Chandrina, yang bangga melihat antusiasme para relawan. “Tzu Chi bukan sekadar yayasan amal, tetapi juga tempat untuk melatih diri,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya mempertahankan tekad sebagai relawan.
Pelatihan ini terasa istimewa dengan penayangan video kilas balik yang perdana dibuat khusus untuk Training Abu Putih He Qi Tangerang.
Tim Relawan Konsumsi dengan bersungguh hati melayani peserta Training selama sesi istirahat.
Ketua He Qi Tangerang Johnny Chandrina memberikan pesan cinta kasih dan mengingatkan relawan untuk terus semangat berbuat kebajikan dan juga melatih diri.
Kesan Mendalam dari Para Komite Baru
Jahja Houten (55), salah satu komite baru, terkesan dengan keramahan relawan Tzu Chi Taiwan yang menyambut mereka dengan hangat, penuh senyuman, dan makanan hangat. Ia terinspirasi untuk mengajarkan keluarganya agar tidak menyia-nyiakan makanan.
Lenah (49), yang telah 10 tahun menjadi relawan, mengenang mimpi bertemu Master Cheng Yen yang menguatkan tekadnya untuk menjadi komite. Ia terinspirasi oleh pesan Shifu: “Karena menanggung tanggung jawab, kita dapat mengenali kekurangan diri sendiri dan terus berkembang.”
Pesan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Kita belajar dengan berbuat dan memperoleh kesadaran dari pembelajaran. Selanjutnya, dapat berbuat dengan penuh kesadaran,” menjadi penutup yang sempurna untuk pelatihan ini.
Editor: Hadi Pranoto