Pelatihan Calon Anggota TIMA Indonesia
Jurnalis : Virny Apriliyanty (He Qi Barat), Fotografer : Ong Tjandra (He Qi Barat)Pada tanggal 10 Agustus 2014, sebanyak 30 orang mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia yang diadakan di Gedung Daai Lantai 1, Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
“Para dokter adalah pelindung kehidupan”. Begitulah sepenggal Kata Perenungan Master Cheng Yen yang mengingatkan kita semua pada peran penting seorang dokter dalam kehidupan seseorang. Tzu Chi sendiri adalah sebuah organisasi yang begitu menghargai profesi ini. Hal tersebut diwujudkan dengan terbentuknya TIMA (Tzu Chi International Medical Association) yang merupakan kumpulan para medis yang bersedia menjadi relawan Tzu Chi. Di Tzu Chi mereka semua terjun langsung kemasyarakat untuk memberikan pengobatan bagi warga yang membutuhkan dalam baksos kesehatan Tzu Chi. Sama seperti relawan pada umumnya, TIMA juga melakukan pekerjaan ini secara sukarela dan tanpa dibayar.
Pada tanggal 10 Agustus 2014, anggota TIMA Indonesia bertambah 30 orang dengan diadakannya pelatihan calon anggota TIMA Indonesia. Berlokasi di Gedung Daai Lantai 1, para calon anggota TIMA ini diberikan pengetahuan dasar tentang Tzu Chi dan semangat cinta kasih di dalamnya. Mereka juga dikenalkan dengan berbagai kegiatan Tzu Chi, yang bukan hanya berhubungan dengan kesehatan, tapi juga amal sosial, pendidikan, pelestarian lingkungan, dan lain-lain. Diantara ke 30 calon anggota TIMA ini, ada yang sebelumnya sudah pernah mengikuti kegiatan Tzu Chi dan ada pula yang baru kali itu bergabung dengan Tzu Chi. Namun, semuanya memiliki kesamaan tujuan, yaitu ingin mengenal Tzu Chi lebih dalam dan tentunya juga mengenal TIMA.
Drg. Linda Verniati, Sekjen TIMA Indonesia sekaligus PIC kegiatan kali ini menuturkan bahwa relawan yang ikut dalam kegiatan kali ini bukan hanya berstatus dokter, tapi ada dokter umum, dokter gigi, perawat, apoteker, analis, dokternya spesialis jantung, spesialis anatomi dan lainnya. “Pengenalan, mereka rata-rata sudah ada yang ikut bakti sosialnya Tzu Chi itu 10 kali. Tapi dia kalau ditanya sebetulnya visinya Tzu Chi itu apa, nggak tahu. Tzu Chi itu sebetulnya apa, mereka nggak tahu. Kita terangkan Tzu Chi ini mulainya awalnya bagaimana. Visinya apa, misinya apa. Karena mereka umumnya sebagian itu berfikir ‘oh ya diundang Tzu Chi ya? untuk baksos ya? untuk ngobatin’ ya datang cuma hanya untuk ngobatin. Padahal maskud kita kan itu tadi menggali rasa humanisnya,” ujar drg. Linda.
Para tim medis Tzu Chi dengan antusias mendengarkan setiap ulasan mengenai pengetahuan dasar tentang Tzu Chi dan semangat cinta kasih dari para pemateri.
Para peserta bersama-sama memeragakan bahasa isyarat tangan dengan penuh sukacita.
Kegiatan ini ternyata tidak hanya dihadiri oleh anggota TIMA dari Jakarta dan sekitarnya saja, tetapi juga oleh calon anggota TIMA dari luar kota. Mereka bersedia meluangkan waktu dan biaya yang tentunya tidak sedikit untuk hadir dalam training berdurasi 8 jam ini. Ada 2 orang calon anggota TIMA yang datang dari Biak, salah satunya adalah dr. Elvira Cesarena.
Dokter umum ini pertama kali mengetahui Tzu Chi dari tayangan Daai TV dan kemudian berjodoh mengantarkan salah satu pasiennya ke baksos Tzu Chi di Biak. dr. Elvira sendiri sudah beberapa kali mengikuti acara baksos Tzu Chi di Biak. Ia juga sangat tertarik dengan ide Silent Mentor yang dicetuskan Master Cheng Yen. Setelah melihat cuplikan video Silent Mentor, ia menjadi semakin yakin untuk bergabung dengan Tzu Chi lantaran merasa dirinya berada di lingkungan orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap sesama. “Kalau sebelumnya saya memang sudah banyak dengar video, kemudian lagu-lagunya dari internet. Saya memang searching Tzu Chi ini dari internet. Tapi di sini saya benar-benar melihat. Tadi saya sempet nangis melihat video-video yang sudah dilakukan oleh TIMA. Di sini kita melihat bahwa, oh ya ternyata masih ada orang yang peduli di era dunia yang kejam, kelihatannya semua orang itu egois. Tapi di sini kita melihat bahwa kebersamaan, keteraturan itu ada di Tzu Chi,” tutur dr. Elvira menjelaskan pelajaran baru yang ia dapatkan dari pelatihan kali ini.
Sebagai seorang non Buddhis, ternyata dokter Elvira juga sempat ragu untuk bergabung dengan TIMA. Awalnya ia pikir Tzu Chi hanya diperuntukkan bagi umat Buddha. Namun, setelah melakukan penelitian di Internet dan tahu Tzu Chi lebih mendalam, langkah dokter berusia 28 tahun ini untuk bergabung di TIMA menjadi semakin mantap. “Disitu saya melihat bahwa Master ini bener-bener welas asih orangnya. Bukan hanya untuk orang di sekitarnya atau orang yang seagama dengan dia. Tapi memang untuk seluruh makhluk, bahkan jangankan manusia, binatang pun dia sangat welas asih. Jadi saya tidak ada pikiran sama sekali bahwa ini adalah yayasan sebuah agama tertentu tapi ini adalah yayasan untuk semua umat manusia,” paparnya sambil tersenyum.
dr. Elvira (jilbab) yang datang dari Biak, Papua dengan kekuatan semangat terus mengikuti pelatihan calon anggota TIMA dengan penuh perhatian.
dr. Tuti memberikan sharing pengalaman yang dirasakan selama mengikuti pelatihan ini.
Menurut dr. Elvira, di Tzu Chi seperti menemukan sebuah keluarga baru yang berjalan bersama dengannya di jalan yang sama, yaitu jalan kebajikan. “Kalau saya merasa setelah saya melakukan sesuatu untuk orang lain, melihat orang lain tersenyum itu sebenarnya menambah kekuatan diri saya sendiri. Jadi ketika saya bergabung di Tzu Chi waktu ikut bantu-bantu di biak pada awalnya itu saya merasa ada kepuasan batin tersendiri,” tambahnya.
Selain itu, adapula dr. Tuti Lestari, Sp.B yang datang dari Padang untuk mengikuti pelatihan. Sebelumnya dokter Tuti sudah sering mengkuti berbagai baksos Tzu Chi dan bahkan juga sempat menjadi salah satu wakil PIC untuk kegiatan baksos Tzu Chi di Padang dua bulan yang lalu. Tiga tahun beraktifitas di Tzu Chi membuat dokter bedah ini mantap bergabung menjadi TIMA. Ditengah jadwalnya yang padat, dr. Tuti menyempatkan datang dengan pesawat dan baru mendarat pada pukul 7.45 WIB, 15 menit sebelum acara pelatihan dimulai. Usai acara, ia juga harus segera kembali ke Padang karena keesokan harinya memiliki jadwal mengajar sebagai dosen disalah satu Universitas di Padang.
Saat ditanya alasannya rela datang jauh-jauh dari Padang, dr. Tuti menjawab, “Karena saya ingin tahu lebih jauh tentang TIMA. Kemarin hanya sekilas dapat keterangan dari dokter Subekti. Kemudian karena memang ada sosialisasi hari ini, lebih baik saya datang.” Dari pelatihan hari itu, dokter bedah ini juga semakin mengerti tentang TIMA dan Tzu Chi. Menurutnya, ia juga mendapat sebuah pelajaran bahwa ternyata lapisan masyarakat apapun itu semuanya punya sisi baik. Selain itu, bergabung dengan TIMA membuat dirinya semakin bangga menjadi seorang dokter karena profesinya bisa bermanfaat banyak bagi orang lain.
Dokter Tuti sama sekali tak ragu bergabung dengan TIMA Tzu Chi. Ia mengaku dari awal sudah sangat yakin dan tidak menjadikan agama sebagai penghalang dirinya berbuat kebaikan. “Kalau menghalangi saya secara pribadi dari awal sama sekali tidak ada ya, insyaallah tidak ada. Walaupun ada dengar beberapa teman-teman, ya selentingan. Kenapa ikut? Muslim, pakai hijab jelas identitasnya. Tapi kan karena saya pelajari ini Buddha Tzu Chi itu yayasan kemanusiaan lintas agama, lintas Negara, tidak peduli siapapun yang tujuan utamanya bukan ganti agama, tapi tujuannya adalah kemanusiaan. Dan saya dianugerahi Allah sedikit kemampuan untuk saling membantu. Selagi saya bisa bantu, diusahakan,” paparnya bijak.
Dalam pelatihan kali ini, TIMA ingin menamkan rasa welas asih dan cinta kasih dalam diri para calon anggota TIMA. Sama seperti Visi TIMA yaitu mengobati penyakit, menyembuhkan manusia dan menyembuhkan hati. Diharapkan dengan semakin banyaknya para medis yang bergabung dengan TIMA, maka akan semakin banyak pasien yang bukan hanya bisa sembuh secara medis, tapi juga sembuh dari sisi hatinya. Karena itu para dokter, perawat dan lainnya diharapkan bisa berwelas asih dan berinteraksi dengan para pasien dengan penuh kehangatan layaknya keluarga sendiri.
Artikel Terkait
Pelatihan Calon Anggota TIMA Indonesia
15 Agustus 2014Di Tzu Chi mereka semua terjun langsung kemasyarakat untuk memberikan pengobatan bagi warga yang membutuhkan dalam baksos kesehatan Tzu Chi. Sama seperti relawan pada umumnya, TIMA juga melakukan pekerjaan ini secara sukarela dan tanpa dibayar.