Pelatihan Diri yang Berbudaya Humanis
Jurnalis : Sufenny (He Qi Utara), Fotografer : Johnsen Wijaya, Teksan Luis (He Qi Utara)
Melalui training diharapkan agar setiap relawan dapat memahami filosofi Tzu Chi dan semakin mantap dalam melangkah di jalan Bodhisatwa ini
Training Abu Putih He Qi Utara yang pertama diadakan pada hari Minggu, 30 November 2014 di Tzu Chi Center PIK Jakarta dihadiri oleh 173 relawan, dimulai pukul 08.00 WIB dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen, kemudian menyanyikan lagu “Mars Tzu Chi” dan bersama-sama membacakan 10 Sila Tzu Chi. Karim Shixiong sebagai pembawa acara menjelaskan tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menyamakan langkah dan presepsi dalam misi dan visi Tzu Chi juga sebagai pedoman melatih diri dalam setiap aktivitas Tzu Chi.
Dalam training ini Hok Lay Shixiong membagi kisah tentang kehidupan yang bahagia setelah menjadi relawan Tzu Chi. “Kebahagiaan itu tidak kekal,” kata Hok Lay Shixiong. Mencari kunci kebahagiaan itu dimana? Apakah dengan memiliki banyak atau memiliki yang kita mau, baru bisa bahagia? Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kita selalu mencari apa yang tidak dimiliki dan tidak pernah menghargai apa yang sudah dimiliki. Seperti contoh: orang kulit putih berjemur di Bali supaya coklat warna kulitnya, orang kulit hitam ingin putih, orang yang rambutnya keriting ingin di-rebonding, yang rambutnya lurus ingin ikal, yang punya rambut dibotakin. “Saya yang botak ingin punya rambut,” guyon Hok Lay Shixiong. Para peserta training tertawa terbahak-bahak. Suasana pun menjadi rileks. Ada keinginan baik yang belum timbul, harus ditimbulkan. Jika sudah ada keinginan baik yang timbul, maka harus dipertahankan, seperti keinginan untuk menjadi Bodhisatwa sekarang ini.
Sharing dari relawan memberikan banyak inspirasi dan membuka hati para peserta training untuk terus melatih diri menjadi orang yang lebih baik lagi
“Selalu mencari kehidupan yang penuh dengan kenikmatan akan membuat kehidupan menjadi kosong tanpa makna”, Perenungan Master Cheng Yen. Dulu saya suka hura-hura, merokok sehari dua bungkus. Waktu itu istri saya yang masuk Tzu Chi terlebih dahulu pada tahun 2004, lalu dia mengajak saya. Saya bilang, jadi donatur sajalah, kerjaan saya banyak”. Pada saat saya ke Taiwan, begitu bertemu dengan relawan Taiwan menyambut dengan penuh sukacita, saya merasa terharu. Setelah saya masuk Tzu Chi baru mengenal apa yang namanya puas. Bukan puas karena saya sudah kaya raya, tetapi puas menjadi manusia dan sudah bisa berbakti dan puas bisa memberi.
Kalau tindakan kita baik, lalu orang-orang terinspirasi dan mereka juga melakukan tindakan yang kita lakukan maka berarti kita sudah sukses satu langkah menginspirasi orang untuk menjadi baik. Demikian hendaknya, kita saling menginspirasi. Jangan remehkan tindakan kecil seperti yang dilihat di video tadi, ada orang yang menggeser kotak yang menghalangi di tengah jalan, hal itu menginspirasi orang lain untuk turut melakukan tindakan kecil yang bermanfaat bagi orang lain. Kita harus peduli, dengan semakin peduli maka kita akan semakin merasakan kebahagiaan, karena kita telah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Hendry Zhou Shixiong yang kesehariannya di DaAi TV sebagai penerjemah Ceramah Master Cheng Yen mengatakan bahwa Mengapa Master mendirikan DaAi TV? Untuk menyebarkan cinta kasih dan ajaran kebenaran. Biasanya pengulangan siaran semakin banyak tidak baik karena kurang kreatif, tetapi menurutnya tayangan untuk Lentera Kehidupan berulang-ulang disiarkan dalam sehari, akan semakin bagus karena akan semakin banyak orang yang sempat menonton. Seperti Stephen Ang Shixiong, setelah menonton DaAi TV (drama kisah nyata, Lentera Kehidupan, Sanubari Teduh, dan lainnya), hati terasa lebih sukacita dan tanpa kerisauan. Budaya humanis ada di mana-mana, di setiap misi, setiap tindakan kita. Dimulai dari diri sendiri kita harus menjadi insan yang berbudaya humanis benar, bajik dan indah.
Relawan Tzu Chi terus menebarkan semangat Tzu Chi melalui budaya humanis yang benar, bajik dan indah dalam setiap tindakan
Amelia Devina Shijie menceritakan ada yang bertanya kepada Master: “Mengapa harus menaati Sila?” Master menjawab: “Dengan menaati Sila, kita dapat menjaga perilaku dan norma aturan dalam kehidupan sehari-hari agar menghindari diri dari melakukan kesalahan.” Ada lagi yang bertanya kepada Master: “Bagaimana cara mengatur Tzu Chi? Master menjawab: “Sila sebagai sistem manajemen dan cinta kasih sebagai metode manajemen. Sebenarnya tidak ada yang mengatur siapa dan kita juga tidak bisa mengatur siapapun, karena manusia tidak suka diatur. Yang paling penting adalah bagaimana membuat setiap orang memiliki sifat mengatur diri sendiri.” Puspawati Shijie menambahkan bahwa setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Oleh karena itu kita harus pahami dan melatih diri untuk saling Gan en (bersyukur), Zun zhong (menghormati), Ai (cinta kasih). Orang yang bisa membantu orang lain adalah orang yang penuh berkah dan orang yang bisa menyelamatkan orang lain adalah Bodhisatwa. Di luar masih banyak saudara kita yang sedang menunggu uluran tangan kita untuk mengajak mereka berjalan di jalan Bodhisatwa ini.
Selesai sudah training hari ini pada pukul 17.00 WIB. Peserta terlihat masih bersemangat dan wajah penuh sukacita. Kesan Heri Shixiong setelah mengikuti pelatihan ini, jadi mengetahui tata krama yang berbudaya humanis dan mempunyai keinginan untuk melatih diri dan berjalan di jalan Bodhisatwa. Demikian juga dengan Edi, ingin melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Jika pelatihan dirinya berhasil, dia akan mengajak teman, tetangga dan keluarga.
Artikel Terkait
Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah 2019
09 September 2019 Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah tahun 2019, insan Tzu Chi Indonesia menggelar berbagai kegiatan seperti bazar vegetarian, sosialisasi vegetarian, berdoa bersama, dan berbakti kepada orang tua.Mempererat Persaudaraan Menuju Kebajikan
02 Agustus 2016Kamis, 28 Juli 2016 Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Makassar mengadakan gathering dan sosialisasi Tzu Ching kepada muda-mudi sukarelawan baru yang akan menjadi Tzu Ching di berbagai universitas di Makassar.