Pelatihan ke Dalam dan ke Luar Diri

Jurnalis : Fammy (He Qi Timur), Fotografer : Effendy Zhang, Andre Kwa Ji Zhe, Wie Sioeng (He Qi Timur)

Pelatihan relawan

Pada Minggu pagi, 30 Agustus 2015, sebanyak 75 relawan komunitas He Qi Timur mengikuti pelatihan di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Tujuh puluh lima pasang kaki melangkah menuju Tzu Chi Center pada Minggu pagi, 30 Agustus 2015. Berangkat dari pelataran parkir di Klub Kelapa Gading, para relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur tersebut datang untuk satu tujuan: mengikuti pelatihan.

Mengusung tema “Menjaga Sebersit Niat Pelita Batin, Pelatihan Diri ke dalam dan ke luar”, pelatihan ini dibuka pada pukul 8 pagi dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan menyanyikan Mars Tzu Chi serta pembacaan Sepuluh Sila Tzu Chi.

Sebelum materi, para peserta diajak untuk melakukan pradaksina. Usai itu, Dharmawati Djajaputra, Ketua Hu Ai Kelapa Gading mendapat kesempatan memberikan materi pertama. Dalam pemaparannya, wanita yang akrab disapa Dharma ini membawakan topik “Menjaga Sebersit Niat Pelita Batin” melalui pemutaran video mengenai pembabaran dharma yang diadaptasi dari sutra air.

Pelatihan relawan

Dharmawati Djajaputra, Ketua Hu Ai Kelapa Gading membawakan topik “Menjaga Sebersit Niat Pelita Batin” yang menjelaskan besarnya dampak sebersit niat.

Melalui pemutaran video ini, Dharma menjelaskan bahwa niat manusia yang baik dan buruk akan memberikan dampak yang besar. Lebih lanjut, dia mengajak insan-insan Tzu Chi untuk selalu menjaga sikap, perilaku, dan tutur kata yang benar yaitu dengan menjalankan sila Tzu Chi.

Tak berhenti di situ, pelatihan kemudian dilanjutkan dengan sharing dari Wie Sioeng, Wakil Ketua Relawan Komunitas He Qi Timur. Bertajuk ”Semangat Bodhisattva Misi Amal Tzu Chi”, Wie Sioeng menceritakan pengalamannya dalam melakukan survei dan pemberian bantuan bagi penerima bantuan jangka panjang.

Wie Sioeng dalam pemaparannya menggunakan foto-foto saat dirinya melakukan survei. Melalui foto tersebut, para relawan diajak menelisik mengenai bagaimana insan Tzu Chi khususnya misi amal melakukan kerelawanan hingga menyusuri gang-gang sempit hingga rumah-rumah yang kumuh.

Pelatihan relawan

Wie Sioeng, Wakil Ketua Relawan Komunitas He Qi Timur membawakan materi bertajuk ”Semangat Bodhisattva Misi Amal Tzu Chi” yang menjelaskan kegiatan kerelawanan misi amal Tzu Chi.

Meski begitu, Wie Sioeng menjelaskan bahwa sekalipun harus menyusuri rumah-rumah kumuh, insan Tzu Chi harus tetap memegang teguh budaya humanis Tzu Chi. Hal ini dilakukan dengan bersikap dan bertutur kata yang baik dan penuh hormat. Inilah yang menurutnya tertuang dalam filosofi Tzu Chi yaitu gan en, zun zhong, ai yang berarti bersyukur, menghormati, dan mengasihi.

Tak hanya itu, menurut Wie Sioeng, hakikat misi amal adalah membantu warga yang berkekurangan agar memilkiki kekuatan untuk bangkit. Ibarat menyambung kembali tali harapan orang yang telah putus asa. Singkatnya, memberi asa.

Bangkit untuk Bersumbangsih

Wie Sioeng juga memberi apresiasi khusus bagi dua relawan yang hadir pada hari itu. Mereka adalah Giyarno dan Sugianto. Bukan tanpa alasan.

Giyarno adalah penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi pada tahun 2009 silam. Tapi bedah rumah itu tak hanya mengubah rumahnya menjadi layak tinggal. Hatinya juga. Awalnya, Giyarno yang merupakan Ketua RW 04 di Cilincing itu aktif menjadi relawan informasi bagi warganya yang membutuhkan bantuan. Namun, perlahan, hatinya tergerak. Kini, dia terdorong menjadi insan yang berbagi untuk sesama. Dia sadar bahwa dia bukan orang yang paling menderita.

Pelatihan relawan

Sugianto (kiri) dan Giyarno (kanan) bangkit dari kekurangan untuk bersumbangsih bagi sesama.

Tak berbeda dari Giyarno, Sugianto juga merupakan salah satu penerima bantuan Tzu Chi yakni bantuan pendidikan untuk anak sulungnya. Pria yang bekerja di bidang pengobatan alternatif herbal itu menuturkan bahwa sejak menjadi penerima bantuan Tzu Chi, dirinya rutin mengikuti kegiatan gathering penerima bantuan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Kelapa Gading.

Melalui gathering tersebut, dirinya merasa bersyukur dapat mendapat bantuan. Dirinya kemudian merasa perlu melakukan sesuatu. Sesuatu yang baik.

Misalnya saja dengan menjadi relawan informasi saat Tzu Chi mengadakan peringatan tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia pada 10 Mei lalu. Dia giat mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam peringatan tersebut.

Pelatihan relawan

Pelatihan relawan juga diisi permainan yang menguji pemahaman para peserta mengenai Aula Jing Si.

Tak berhenti di situ, Sugianto juga membulatkan tekad untuk menjadi relawan Tzu Chi. Tekadnya salah satunya tercermin dari keteguhan menempuh perjalanan dari tempat tinggalnya di Pondok Rangon, Jakarta Timur ke Tzu Chi Center untuk mengikuti pelatihan.

Melatih Diri

Pelatihan relawan hari itu juga terasa berbeda saat salah satu relawan, Phei Se mengajak para peserta untuk menelisik Aula Jing Si dalam simulasi permainan. Simulasi ini menuntut peserta pelatihan membagi diri dalam lima kelompok yang terdiri dari 15 orang dan satu mentor. Kemudian, setiap kelompok diberi kata kunci rahasia yang mengacu pada satu lokasi di Aula Jing Si. Tak hanya itu, setiap kelompok juga diberikan lembar pertanyaan mengenai Aula Jing Si.

Setiap titik di Aula Jing Si telah ditunggui oleh relawan yang bertugas sebagai ”penjaga pos”. Para peserta harus menemui titik lokasi dan menyebutkan kata kunci untuk menjawab soal dalam lembar pertanyaan.
Tujuan permainan ini adalah untuk memberikan warna baru dalam pelatihan relawan. “Sesi training ini mau mengajak shixiong, shijie (panggilan saudara, saudari di Tzu Chi –red) semua untuk membuka wawasan tentang seberapa dekat para peserta mengenal rumah batin Tzu Chi ini,” pungkas Phei Se.

Pelatihan relawan

Pelatihan ini diharapkan dapat menanamkan semangat mengemban misi dalam diri para relawan.

Usai permainan, para peserta diberikan satu materi lagi bertajuk “Pelatihan Diri ke Dalam dan ke Luar” yang dibawakan oleh Hendry. Relawan yang akrab disapa Poh ini menceritakan pengalamannya saat melatih diri di Griya Jing Si, Hualien, Taiwan.

Dia menceritakan bahwa selama di Griya Jing Si, dalam dirinya berkecamuk. Jauh dari rumah, justru membuatnya semakin mengenal dirinya. Setiap kesulitan yang dihadapinya membuat dirinya semakin giat untuk melatih diri.

Pelatihan ini kemudian ditutup oleh Lynda Suparto, Ketua Relawan Komunitas He Qi Timur. Dia berpesan agar para relawan untuk tetap teguh melatih diri menjalankan sila serta mengikuti ajaran Dharma Master Cheng Yen. “Menghimpun lebih banyak lagi perbuatan baik di segala tempat, di segala situasi dan kondisi,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -