Pelatihan Komite dan Calon Komite: Berbagi Pengalaman Sebagai Bekal Masa Depan
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Erli Tan, Henry Tando, Metta Wulandari, Philip Chang (He Qi Barat)
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melaksanakan Pelatihan Komite dan Calon Komite yang diadakan di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan pada hari kedua pelaksanaannya.
Menyandang identitas sebagai seorang relawan Tzu Chi adalah suatu kebanggaan bagi relawan yang telah bergabung dengan Tzu Chi. Tzu Chi pun dianggap sebagai wadah berbuat baik yang bisa diikuti oleh semua orang. Tzu Chi masuk ke segala aspek tanpa membeda-bedakan. Tiada sekat bernama suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Melalui empat misi dan 8 jejak Dharma, relawan Tzu Chi selalu berupaya memberikan manfaat kepada orang lain yang membutuhkan. Namun apakah berbuat baik untuk orang lain sudah cukup memberikan manfaat bagi diri sendiri?
Master Cheng Yen selalu mengingatkan murid-muridnya bahwa berbuat kebajikan pun perlu menyertakan kebijaksanaan, termasuk bagaimana memilih metode pemberian bantuan sehingga dapat memberikan pengalaman yang berharga. Maka dari itu, relawan Tzu Chi tidak hanya berbuat banyak ke luar, namun juga menerima pembinaan diri melalui pelatihan-pelatihan dalam setiap jenjang kerelawanan. Tujuannya untuk memantapkan langkah relawan dalam menjalani kegiatan Tzu Chi sekaligus membina diri masing-masing relawan.
Seperti di akhir pekan (11-12 Maret 2017) lalu, relawan Tzu Chi melaksanakan Pelatihan Komite dan Calon Komite yang diadakan di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan pada hari kedua pelaksanaannya. Hendry Chayadi, relawan Tzu Chi sekaligus PIC acara menuturkan bahwa kegiatan pelatihan merupakan penyeimbang antara kegiatan relawan dalam melaksanakan misi Tzu Chi (membantu sesama) dan mengisi kematangan batin dari masing-masing relawan. “Melalui kegitan ini relawan yang lebih senior bisa berbagi kepada relawan-relawan yang lebih baru bergabung sehingga nantinya mereka berbuat kebajikan di Jalan Tzu Chi akan lebih mantap dan lebih yakin,” tuturnya. Ia pun mengingatkan satu pesan Master Cheng Yen bahwa mengembangkan berkah dengan berbuat kebajikan juga harus mengembangkan kebijaksanaan.
Kegiatan pelatihan di hari kedua diisi dengan sharing yang dibawakan oleh relawan senior, Chia Wenyu (kanan) yang merupakan relawan komite pertama Tzu Chi Indonesia. Ada pula Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sugianto Kusuma (tengah) yang juga berkesempatan membagikan kisah tentang jalinan jodohnya dengan Tzu Chi.
Di sela pelatihan, ada pula permainan-permainan ataupun peragaan isyarat tangan yang dilakukan relawan.
Kebijaksanaan yang dibagikan dalam pelatihan meliputi sesi-sesi sharing yang dibawakan oleh relawan senior, seperti Chia Wenyu yang merupakan relawan komite pertama Tzu Chi Indonesia. Selain Chia Wenyu, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sugianto Kusuma juga berkesempatan membagikan kisah tentang jalinan jodohnya dengan Tzu Chi.
“Saya harap relawan dengan sepenuh jiwa raganya bekerja Tzu Chi pasti bisa mendapat banyak (manfaat). Karena hidup ini yang seharusnya kita kejar bukanlah materi, hidup ini yang kita kejar adalah berapa kamu memberikan kepada orang lain, berapa kamu akan mendapat karma baik,” tutur Chia Wenyu. Wenyu pun menambahkan bahwa pelatihan ini diperlukan oleh relawan sebagai cerminan bahwa ketika menjalankan kegiatan Tzu Chi suasana bisa mudah berubah. “Relawan bisa down, banyak yang kita temui tidak sesuai dengan keinginan kita. Bagaimana kita bisa (belajar) melepas ego kita, itu haruslah melalui pelatihan. Dengan mendengarkan sharing orang lain maka kita tahu ‘oh ternyata kita belum seberapa’, ‘oh ternyata orang pernah sakit’. Di Tzu Chi kekeluargaannya itu hangat sekali,” imbuhnya.
Sharing Penuh Makna
Peserta pelatihan pun menganggap sharing-sharing yang disampaikan membawa manfaat yang besar. Seperti yang Master Cheng Yen katakan bahwa setiap orang merupakan Sutra hidup. Setiap orang mempunyai berbagai kisah yang bisa dijadikan pelajaran untuk orang lain.
“Sharingnya sangat bagus, saya mendapatkan banyak sekali hal positif sejak hari pertama sampai selesai,” ucap Magdalena, relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 1. Magdalena melanjutkan bahwa berlapang dada dan berpikiran murni adalah hal yang paling ingin ia praktikkan. “Seperti saat kita ingin membantu orang, kita harus berpikir positif dulu,” jelasnya.
Sebelum menjadi relawan Tzu Chi, Magdalena mengaku susah sekali untuk mensyukuri hidupnya. Ia sering membanding-bandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang lebih beruntung. “Selain itu, dulu saya juga suka sekali membesar-besarkan masalah, sering berpikir negatif, dan pikiran sangat sempit,” akunya. Dengan menonton Lentera Kehidupan (program ceramah Master Cheng Yen) di DAAI TV Indonesia, ibu muda ini akhirnya tertarik untuk menjadi relawan dan hingga aktif sebagai DAAI Mama di Sekolah Tzu Chi Indonesia.
Di usia kehamilannya yang keempat bulan ini, Magdalena masih aktif dalam kegiatannya di Tzu Chi. Ia dengan penuh syukur menganggap kehamilannya sebagai suatu berkah dan jalinan jodoh baik karena calon anaknya sudah mengenal Tzu Chi sejak dalam kandungan. “Setelah mendapatkan berkah (kehamilan) ini, saya pasti tetap genggam berkah ini, ikut dengar Dharma, dan tetap bertekad kuat untuk ikut kegiatan Tzu Chi,” tuturnya penuh syukur. “Apalagi kini saya sudah menjadi calon komite. Tentunya semangat harus makin bertambah dan selanjutnya akan semakin giat ikut kegiatan yang belum pernah saya kerjakan,” imbuhnya.
Magdalena, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1, berbagi kisah tentang semangat dan kesannya dalam berkegiatan Tzu Chi serta mengikuti Pelatihan Komite dan Calon Komite.
Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Sugianto Kusuma menyematkan nametag relawan kepada Kevin Audrino Budiman, relawan Tzu Chi Pekanbaru.
Merindukan Tzu Chi
Sharing-sharing dari pembicara juga menjadi cambukan semangat bagi Kevin Audrino Budiman. “Sharingnya sangat mengharukan karena kita melihat relawan-relawan senior, Wenyu Shigu, Aguan Shibo, yang tanpa lelah dan tak pernah putus semangat membantu orang lain melalui Tzu Chi,” ucap relawan asal Tzu Chi Pekanbaru ini. Walaupun merasa agak canggung untuk kembali aktif di Tzu Chi, dokter muda ini menampik rasa canggungnya dengan bekerja keras memenuhi persyaratan menjadi calon komite.
Kevin yang sempat vakum dari kegiatan Tzu Chi bercerita bahwa tekadnya berjalan di Tzu Chi memang sempat terhenti karena kesibukan. Namun ia tidak pernah melupakan ikrarnya yang ingin menjadi seorang relawan komite. “Dulu ketika ikut Winter Kamp Tzu Ching tahun 2015 awal, saya berikrar ingin dilantik menjadi komite di tahun 2016, tapi terhalang kesibukan koas,” jelasnya.
Kala itu ia merasa Tzu Chi ya Tzu Chi, bukan lagi bagian dari kehidupannya. “Saya merasa dunia ini harus realistis. Ngapain jadi relawan Tzu Chi, saya saja sibuk nggak selesai-selesai,” pikirnya dulu. “Makin lama makin jauh, pelan-pelan hilang,” imbuh dokter umum ini. Hampir dua tahun lamanya Kevin menghindar dari dunia kerelawanan, namun ia tidak pernah menghindar dari Master Cheng Yen. Setiap pulang dari dinasnya, ia selalu menonton DAAI TV, terutama menunggu program Lentera Kehidupan yang berisi ceramah Master Cheng Yen. “Sengaja bikin channel TV cuma ada DAAI TV saja,” akunya tertawa.
Kevin mengaku bahwa selama dua tahun lamanya, dirinya seakan galau. “Sadar atau tidak, Tzu Chi memberikan hal yang saya butuhkan. Saya bisa belajar sabar, lebih kalem, dan belajar menyelesaikan masalah dari Tzu Chi. Sementara saya merasa sepi juga pas absen Tzu Chi, merasa banyak masalah yang kok susah sekali dihadapi,” ceritanya. “Jadi timbullah kerinduan,” lanjutnya.
Ketika kembali mendapatkan kesempatan untuk berkegiatan Tzu Chi, Kevin tentu tidak ingin menyia-nyiakannya. Ia menyadari bahwa menyandang status sebagai relawan Tzu Chi bukanlah sesuatu yang sekadar ‘ada dan hore’, apalagi sebagai calon komite dan komite. “Tanggung jawab pasti semakin besar, kita harus lebih serius menjalankan bahwa kalau dulu sekadar nice to know, mengetahui dan memahami. Kalau sekarang mengetahui, memahami, melakukan, dan menyebarkannya,” tuturnya. “Intensitas kita ke dunia Tzu Chi harus lebih besar. Kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati kita, tekad Master sebagai tekad kita,” imbuh Kevin.
Mengembangkan Berkah dan Membina Kebijaksanaan
Mengakhiri sesi pelatihan, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Sumei hadir dan memberikan ungkapan terima kasih kepada para peserta yang telah sepenuh hati mengikuti pelatihan. Liu Sumei pun membagikan semangat Tzu Chi yang dikutip dari Sutra Makna Tanpa Batas, sebagai berikut:
“Tzu Chi bermakna melenyapkan penderitaan semua makhluk dan itu yang Tzu Chi lakukan. Dan setelah itu kita juga membabarkan Dharma kepada mereka, menyebarkan ajaran kebenaran.”
“Melenyapkan penderitaan dan membabarkan Dharma: untuk itu kita perlu menciptakan berkah, bersumbangsih, berbuat baik. Tapi untuk membabarkan Dharma kita perlu menyelami Dharma. Ini yang kita sebut membina kebijaksanaan. Jadi membina berkah dan kebijaksanaan.”
“Tapi bagaimana membuat semua makhluk bahagia? Tentu diri kita sendiri harus bahagia dalam Dharma. Apabila kita bersumbangsih dan tidak merasakan kebahagiaan, bagaimana kita mau membimbing, mengajak lebih banyak orang."
Di akhir acara Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Sumei (kiri) membagikan semangat Tzu Chi kepada peserta pelatihan.
“Jadi di Tzu Chi, kita menjalankan Tzu Chi, yang kita pelajari adalah ajaran Buddha (Dharma), yang kita ikuti adalah Master Cheng Yen, yang kita bina adalah diri kita sendiri, dan yang kita dapat adalah buah karma. Buah karma yang kita perbuat, yang kita dapat, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Jadi jangan bilang saya nggak suka sama dia lalu kita pergi. Itu nanti kita akan rugi sendiri.”
“Setiap hari yang kita harus lihat adalah Sutra, kitab, dan kita belajar dari banyak orang. Yang kita lihat adalah wejangan Master Cheng Yen dan tentu kita jalankan. Kita terjun ke masyarakat sehingga yang kita dapat adalah kebahagiaan dalam Dharma. Untuk itu kita harus banyak-banyak mendengarkan wejangan Master Cheng Yen dengan xun fa xiang (menghirup harumnya Dharma di pagi hari).”
“Jadi dalam bekerja Tzu Chi ada dua hal: mengembangkan berkah dan membina kebijaksanaan. Tapi yang paling penting adalah lakukan saja, tapi ingat hal yang benar saja yang kita lakukan.”
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Pelatihan Komite dan Calon Komite: Siap Menjadi Insan Tzu Chi yang Sesungguhnya
15 Maret 2017 Berawal dari rasa penasaran dan ketertarikan, banyak orang mulai bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Di antara mereka ada Tjong Mia Yolanda Nambella dan juga sepasang suami istri, Agus Sutanto dan Santi Agustini. Rasa penasaran tersebut kemudian berbuah cinta kasih dan syukur.Menjaga Tekad, Menjalani Ajaran, dan Memiliki Tanggung Jawab
21 April 2021Kegiatan pelatihan komite dan calon komite diadakan oleh He Xin Jakarta dan disaksikan secara online oleh relawan Tzu Chi Batam. Ada 38 relawan yang menghadiri pelatihan di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Batam
Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma
16 Maret 2017Pembahasan tentang karma, menjadi salah satu materi sharing yang disampaikan relawan Hendry Chayadi di depan peserta pelatihan calon komite dan komite 2017. Pelatihan Komite dan Calon Komite digelar di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan.