Pelatihan Komite dan Calon Komite: Bersungguh Hati

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Arimami Suryo A, Henry Tando , Philip Chang (He Qi Barat)

doc tzu chi

Haryo Suparmun, relawan Komite Tzu Chi sharing tentang pengalamannya menjadi relawan dalam kegiatan Pelatihan Komite dan Calon Komite pada Minggu, 12 Maret 2017.

Bersungguh hati, dua kalimat ini mudah untuk diucapkan, tetapi amat sulit untuk dilaksanakan. Apalagi jika apa yang ingin kita lakukan ternyata “berbenturan”, baik secara nurani maupun peraturan di dalam sebuah organisasi. Hal inilah salah satunya yang dialami Haryo Suparmun, relawan Komite Tzu Chi yang sharing tentang perjalanannya menjadi relawan Tzu Chi, mulai dari menjadi donatur, relawan abu putih, dan biru putih hingga akhirnya dilantik menjadi Komite Tzu Chi di tahun 2016 lalu. Sharing ini ia lakukan di hari kedua pelaksanaan Kamp Komite dan Calon Komite Tzu Chi pada Minggu, 12 Maret 2017 di ruangan Guo Yi Ting (ruang auditorium) Aula Jing Si Lt. 3, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Menjadi donatur Tzu Chi sudah dimulai Haryo sejak tahun 1998, namun sempat terhenti dan baru mulai lagi di tahun 2010. Setahun kemudian, Haryo memutuskan untuk menjadi relawan Tzu Chi. Meski awalnya ditentang oleh istrinya, pelan-pelan Haryo bisa meyakinkan sang istri bahwa ia bisa dan memang layak menjadi Komite Tzu Chi.

Haryo yang bekerja sebagai dosen di salah satu universitas di Jakarta, sekaligus konsultan keuangan mencoba menerapkan apa yang disampaikan Master Cheng Yen dalam menjalankan roda organisasi, yakni Sila sebagai sistem dalam organisasi Tzu Chi, dan cinta kasih sebagai manajemen. “Namun setelah kita jalankan ternyata sulit,” ungkapnya.  Terlebih pekerjaannya sebagai konsultan keuangan kerap berbenturan dengan aturan dan hati nuraninya. “Sebagai konsultan, kita harus bisa memberikan pelayanan yang maksimal. Bahkan terkadang masalah orang lain menjadi masalah kita,” ungkapnya.

Namun setelah mengikuti, menjalankan, dan memahami filosofi Tzu Chi dan ajaran Master Cheng Yen, Haryo pelan-pelan mulai berani memilah dan memilih pekerjaan yang diambilnya. “Kita harus menaati Sila, karena Sila pelindung jiwa. Kalau kita tidak berbuat kejahatan maka kita akan selamat. Kemudian kita juga harus berbuat kebajikan, agar selain selamat, kehidupan kita juga dimudahkan dalam segala sesuatunya,” terang Haryo.

doc tzu chi

Menjadi donatur sejak tahun 1998, Haryo sempat terputus hingga kemudian aktif lagi menjadi donatur di tahun 2010. Setahun kemudian ia pun memutuskan untuk menjadi relawan Tzu Chi.

Sila juga melindungi diri kita dan orang lain, dimana menurut Haryo, ketika seseorang menaati aturan (lalu lintas) maka orang tersebut sudah melindungi dirinya sendiri dan juga orang lain. “Bayangkan kalau orang menyerobot rambu lalu lintas maka selain bisa mencelakakan dirinya juga bisa merugikan orang lain,” tegas Haryo. Meski tidak mudah menjalankan Sila, namun Haryo berprinsip bahwa segala sesuatu itu berasal dari niat. Niat baik dikembangkan, niat buruk dihentikan. “Karena kesalahan sekecil apa pun bisa mengakibatkan kita tersesat sampai ribuan kilometer,” ujarnya.

Antara Menjalankan Sila dan Pekerjaan

Ketika memutuskan untuk bergabung menjadi relawan dan mengetahui 10 Sila Tzu Chi, ada dua Sila yang menurutnya sulit baginya yang berprofesi sebagai konsultan keuangan. Sepuluh Sila Tzu Chi itu:

  1. Tidak Membunuh
  2. Tidak Mencuri
  3. Tidak Berbuat Asusila
  4. Tidak Berbohong
  5. Tidak Mengonsumsi minuman beralkohol
  6. Tidak Merokok dan Makan Pinang
  7. Tidak Berjudi dan Berspekulasi
  8. Berbakti Kepada Orang Tua
  9. Menaati Peraturan Lalu Lintas
  10. Tidak Berpolitik, Tidak Ikut Berdemontrasi.

Haryo merasa Sepuluh Sila itu hal yang mudah untuk dipatuhi, kecuali Sila Keempat (Tidak Berbohong) dan Sila Ketujuh (Tidak Berjudi dan Berspekulasi). “Pekerjaan saya sebagai konsultan keuangan, nomor empat ini paling sulit,” ungkap Haryo. Setelah berdiskusi dengan istrinya, akhirnya diputuskan jika mereka akan memperbaiki cara kerjanya. Salah satu caranya yaitu Haryo hanya akan menerima klien-klien yang memang secara data dan pencatatan keuangan perusahaannya clean (alias bersih dan taat hukum). Dari situ Haryo mulai menjelaskan ke para kliennya tentang aturan perpajakan yang baru dari Pemerintah dan para klien ini wajib untuk mengikutinya. “Banyak yang pergi,” kata Haryo sembari tersenyum, “tapi hikmahnya saya justru dapat klien-klien yang bagus.”

doc tzu chi

Sebagai konsultan keuangan Haryo awalnya merasa kesulitan menjalankan Sila Tzu Chi (Tidak Berbohong dan Berspekulasi). Pekerjaannya kerap berbenturan dengan aturan dan hati nuraninya. Namun akhirnya ia berhasil melaluinya dengan baik.

Termasuk saat kebijakan pemerintah tentang Tax Amnesty (Pengampunan Pajak), harusnya ia bisa mendapatkan banyak klien dan keuntungan finansial yang berlimpah. “Tapi saya tidak menyesal, justru setelah diaudit oleh Departemen Keuangan, perusahaan saya dinyatakan clean, tidak ada temuan yang berarti,” terang pria yang memperoleh gelar Doktor di tahun 2011 ini.

Hikmah lainnya adalah Haryo sekarang tidak lagi mengalami kesulitan tidur. “Dulu waktu saya terima semua klien, saya sampai harus ke rumah sakit untuk suntik supaya bisa tidur,” kenangnya. Ia merasa bersyukur setelah berani menjalankan Sila akhirnya justru mendatangkan banyak manfaat baginya.

Sementara tentang Sila ke-7, tentang Tidak Berjudi dan Berspekulasi, Haryo yang gemar “berburu” saham ini mengaku tidak begitu sulit meninggalkan kebiasaannya. “Dulu saya setiap malam kerjanya mantengin monitor, lihat saham naik atau turun. Dag… dig …dug.., terus,” ungkapnya sambil tertawa. Haryo yang pernah menulis buku berjudul Options strategies tentang panduan praktis berinvestasi di pasar modal (jual atau beli saham ini) mengingatkan kepada relawan bahwa “bisnis” seperti ini sangat rentan dan penuh resiko. “Dalam semalam kita bisa untung seribu persen, tapi dalam semalam kita juga bisa kehilangan semuanya,” kata Haryo. Setelah melepaskan kebiasaan ini, Haryo juga mengaku hidupnya lebih tenang.

Hidup adalah rangkaian keputusan-keputusan penting yang kita pilih setiap hari. Setiap orang mengalami berbagai pilihan dalam hidupnya, baik ataupun buruk. Yang baik tentu harus dipertahankan, dan yang kurang baik kita lepaskan. Pertanyaannya, maukah atau beranikah kita untuk mengubah dan memperbaikinya? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Mungkin perkataan Master Cheng Yen ini bisa menjadi satu panduan bagi kita untuk melangkah ataupun memutuskan yang terbaik dalam hidup kita, “Setiap orang sulit terhindar dari kekurangan, tetapi jika kita berani memperbaikinya pasti akan memperoleh kehidupan yang sempurna.”

Artikel Terkait

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Siap Menjadi Insan Tzu Chi yang Sesungguhnya

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Siap Menjadi Insan Tzu Chi yang Sesungguhnya

15 Maret 2017 Berawal dari rasa penasaran dan ketertarikan, banyak orang mulai bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Di antara mereka ada Tjong Mia Yolanda Nambella dan juga sepasang suami istri, Agus Sutanto dan Santi Agustini. Rasa penasaran tersebut kemudian berbuah cinta kasih dan syukur.
Menjaga Tekad, Menjalani Ajaran, dan Memiliki Tanggung Jawab

Menjaga Tekad, Menjalani Ajaran, dan Memiliki Tanggung Jawab

21 April 2021

Kegiatan pelatihan komite dan calon komite diadakan oleh He Xin Jakarta dan disaksikan secara online oleh relawan Tzu Chi Batam. Ada 38 relawan yang menghadiri pelatihan di Fu Hui Ting, Aula Jing Si Batam

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

Pelatihan Komite dan Calon Komite: Sharing tentang Karma

16 Maret 2017

Pembahasan tentang karma, menjadi salah satu materi sharing yang disampaikan relawan Hendry Chayadi di depan peserta pelatihan calon komite dan komite 2017. Pelatihan Komite dan Calon Komite digelar di Guo Yi Ting, Lt. 3 Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK dan diikuti oleh 580 relawan.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -