Pelatihan Pembentukan Karakter bagi Anak Asuh
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Intan Khatulistiwa, Suwandi, Angelia Sjafri (He Qi Pusat)Sambil membungkuk, para anak asuh memberi hormat, mempersembahkan teh kepada orang tua pada sesi Feng Cah
Anak asuh merupakan bagian dari keluarga Tzu Chi. Mereka menerima bantuan Tzu Chi dalam bentuk dana pendidikan. Mereka berasal dari keluarga tidak mampu dan ada pula dari keluarga yang kurang harmonis. Namun anak-anak ini memiliki prestasi di sekolah dan bersemangat meraih pendidikan yang lebih tinggi demi masa depan mereka.
Hingga saat ini ada 92 anak asuh yang dibimbing oleh Tim Teratai yang dibentuk sejak September 2015. Bimbingan ini diberikan mereka dapat hidup mandiri, memiliki semangat belajar dan memilih pergaulan yang baik. Selain itu anak asuh juga dibimbing agar menjadi insan yang pandai bersyukur, berbagi kepada yang membutuhkan, percaya diri, berpikiran positif, serta turut bersumbangsih dalam kegiatan Tzu Chi.
Salah satu bentuk bimbingan bagi anak asuh adalah menyertakan mereka dalam pelatihan yang digelar di Aula Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk selama dua hari, 16-17 Juli 2016. Pelatihan kali ini mengusung tema “Bersama Meraih Mimpi Menggapai Cita-Cita. Sebanyak 38 anak asuh ikut dalam kegiatan ini.
Relawan Ernie Lindawati mengajak anak asuh merasakan hidup tanpa sepasang tangan dan hanya mengandalkan mulut. Anak asuh juga ditantang untuk menulis dengan menggunakan mulut tentang cita-cita mereka. Dalam sesi ini anak-anak kemudian mengerti bahwa tak ada alasan untuk pantang menyerah meraih impian dan cita-cita karena telah diberikan organ tubuh yang lengkap.
Ada empat anak yang berhasil menggunakan mulut untuk menulis. Mereka adalah Khofifah ingin menjadi seorang dokter, Winarsih bercita-cita sebagai seorang psikolog, Nardiarti Adinda mau menjadi seorang guru, sementaraTirta Budi Kusuma sebagai seorang motivator.
Pada sesi Feng Cah, setiap anak berkesempatan memberikan kartu ungkapan perasaan hati penuh kasih kepada orang tuanya.
Ada 4 anak berhasil menggunakan mulut untuk menulis. Mereka adalah Khofifah ingin menjadi seorang dokter, Winarsih bercita-cita sebagai seorang psikolog, Nardiarti Adinda mau menjadi seorang guru, Tirta Budi Kusuma sebagai seorang motivator (kiri ke kanan).
Salah satu anak asuh, Winarsih mengaku mendapatkan pencerahan yang sangat berarti tentang arti kesempatan. Baginya, setiap hari adalah kesempatan untuk melakukan hal baru agar tidak ada penyesalan nantinya bila tidak dilakukan sekarang. Selain itu semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.“Setiap orang itu bisa mencapai mimpi yang sama, karena setiap orang punya potensi yang beda-beda. Seperti kita, satu manusia dengan manusia yang lainnya tak ada yang sama di bumi ini. Jadi, tinggal kita berusaha, kita tulis mimpi-mimpi kita, alam semesta juga pasti akan mendukung kita,” ujarnya.
Dalam pelatihan yang berlangsung selama dua hari tersebut, anak asuh diarahkan supaya bisa meraih kesuksesan dan masa depan cerah bersama dukungan orang tua. Anak asuh juga diajak menuangkan perasaan hati pada sebuah kartu untuk membangkitkan rasa cinta kasih kepada orang tua.
Lagu ‘Liang Li De Ren Sheng’ mulai dilantunkan pada prosesi persembahan teh (Feng Cah). Terlihat mata para orang tua berkaca-kaca menahan air mata, saat melihat anak mereka berjalan menghampiri dengan secangkir teh pada kedua tangan mereka. Sambil membungkuk, para anak asuh memberi hormat, mempersembahkan teh, memeluk sambil mencium pipi orang tuanya serta memberikan kartu ungkapan perasaan hati penuh kasih kepada orang tuanya.
“Menyeduh teh, akan kita peragakan agar mereka itu bisa melayani orang tuanya dengan sikap sopan santun dengan cara-cara yang berbudi sehingga bisa menyentuh hubungan ibu dan anak, bisa lebih baik lagi di kemudian hari” jelas Lie Fu Che.
Wujud Bakti Anak Pada Orang Tua
Tirta Budi Kusuma (17 tahun) , siswa kelas 2 di sebuah SMK sudah dua tahun ini mendapatkan bantuan dana pendidikan dari Tzu Chi. Ia sangat bersyukur bisa mengenal Tzu Chi. “Perasaan yang saya dapat itu sangat banyak di Tzu Chi ini. Pertama saya lebih mengenal kalau banyak orang yang lebih susah daripada saya. Seperti yang tadi saya lihat di Tzu Chi, ada yang di bantaran kali yang tidak memiliki apa-apa, saya sudah mengerti sekarang. Di anak asuh Tzu Chi juga mendapat banyak teman-teman yang baik dan didikan dari para senior-senior relawan.” ucap Tirta Budi Kusuma.
Tirta terlahir dalam keluarga yang kurang harmonis, di mana orang tuanya bercerai sejakTirta masih berumur 3 tahun, Ia dibesarkan oleh sang ayah dan hanya dikunjungi oleh sang ibu kurang lebih setahun sekali. Sehingga sang ibu pun jarang menanyakan prestasi belajar atau mencurahkan perhatian pada Tirta. Untungnya adik sang papa sangat menyayangi Tirta.
“Sebenarnya saya sangat ingin orang tua saya datang ke sini, tidak masalah hanya papa saya saja yang datang, saya bisa menyuguhkan secangkir teh untuk dia, itu sudah membuat saya sangat bahagia. Pesan-pesan yang saya tulis kepada orang tua saya itu sebenarnya tidak terlalu panjang. Saya mengatakan kalau saya sangat berterima kasih karena dia telah mendidik saya, tidak seperti orang tua saya yang satu lagi meninggalkan keluarga.” curahan hatinya, walau sejak lama ingin bekerja setelah tamat dari SMK
17 orang tua anak asuh mengikuti touring di ruang Jing Si, yang terletak di belakang Exhibition Hall, Tzu Chi lantai 1, PIK pada hari Minggu 17 July 2016.
Anak asuh diajak berolah raga bersama dengan menggerakkan tangan dan kaki untuk menyehatkan tubuh.
Salah satu relawan pendamping, Jensen Alimukti sangat bahagia saat mengetahui Tirta, anak asuh bimbingannya berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Trisakti. Rasa bahagia juga dirasakan oleh Teguh Taslim, seorang relawan pemerhati yang selama ini selalu menyemangati Tirta hingga bangkit melanjutkan tingkat pendidikan di Universitas. “Untuk Tirta agar ia selalu rajin belajar, giat bekerja dan sungguh-sungguh, lakukan sesuatu hal dengan tulus, pasti ia akan sukses sampai suatu hari. Juga untuk anak-anak camp, agar semuanya mau belajar dengan sungguh-sungguh. Mereka jauh beruntung dari saya, bertemu dengan Yayasan Tzu Chi. Semuanya dapat menjadi orang yang sukses.” harapan Teguh Taslim
Sementara itu stelah mengikuti ujian SNPTN, akhirnya Winarsih (17 tahun) diterima sebagai mahasiswa di Univrsitas Indonesia, Depok. Sejak tiga tahun lalu saat kelas 10, keluarganya mendapat bantuan dana pendidikan dari Tzu Chi. Winarsih sangat senang bisa mengikuti prosesi persembahan teh dengan berlutut di depan orang tua karena selama ini tak pernah ia lakukan. “Aku nulis surat ucapan terima kasih. Di dalamnya aku bilang pasti akan mencoba menjadi anak yang lebih baik lagi, walaupun sekarang mungkin belum bisa tapi kedepannya pasti bisa. Aku juga tidak pernah bilang I love you sama mama dan papa Di surat itu aku tulis I Love You Both. Aku mencintai kalian berdua.” ucapnya sambil berpeluk mencium pipi mamanya.
Setiap orang tua berkeinginan agar anaknya mendapat pendidikan dan masa depan. Walau harus tinggal jauh dari orang tua, namun Wenny (49) memberikan kepercayaan dan tanggung jawab bagi Winarsih hidup mandiri, memperluas pergaulan, tidak mengecewakan orang tua serta mengerti kondisi kehidupan orang tuanya. “Setiap anak akan mengalami jenjang kedewasaan, bisa mengerti dengan sendirinya.” jelas Wenny.
Artikel Terkait
Mendukung Sarana Belajar Online Anak Asuh Tzu Chi
14 September 2020Keceriaan Anak Asuh He Qi Pusat di Tepi Pantai Jakarta
30 Juni 2016Perhatian dan Pendampingan untuk Anak Asuh Tzu Chi Medan
16 Agustus 2024Sebanyak 56 anak asuh Tzu Chi Medan datang ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Hu Ai Mandala. Kedatangan mereka selain untuk mengambil bantuan beasiswa juga sebagai momen kebersamaan bersama relawan.