Pelatihan ini diikuti oleh 232 relawan Tzu Chi dari Bandung, Purwakarta, Garut, Cianjur dan Sukabumi.
Pelatihan relawan diperlukan di setiap jenjang sebagai wadah pengembangan diri dan sarana pengetahuan. Minggu 9 Juni 2024, sebanyak 232 relawan Tzu Chi dari Bandung, Purwakarta, Garut, Cianjur dan Sukabumi hadir di Aula Jing Si, Tzu Chi Bandung mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih III. Terdapat enam relawan Tzu Chi dari Jakarta yang hadir, yang merupakan pemateri dalam pelatihan kali ini.
Hendry Zhou membawakan materi bertema “Tzu Chi sebagai perjalanan batin”. Bagi Hendry, Tzu Chi adalah perjalanan batin yang mungkin tidak ada ujungnya. Jadi di Tzu Chi, yang ada adalah kita terus melangkah dan di setiap langkah itu seperti kita sedang berjalan. Pemandangan yang ada di kanan kiri itu selalu berbeda. Jadi sesungguhnya ketika kita berjalan, banyak hal-hal baru, yang selalu akan kita terus pelajari dan ini tentu akan berguna dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu maupun sebagai insan Tzu Chi.
Hendry Zhou salah satu pemateri tentang 10 Pedoman Hati, memberikan motivasi dan juga berbagai pengalaman ketika ia berada di Griya Jing Si Hualien Taiwan.
Stephen Ang memberikan pemahaman mengenai pentingnya relawan sebagai pencatat sejarah Tzu Chi.
Hendry Zhou sendiri bergabung di Tzu Chi sejak 2007. “Awalnya saya diajak sama seorang teman, jadinya kita sama-sama mengikuti, sama kaya pengenalan Tzu Chi seperti ini, lalu ikut beberapa kegiatan. Saya merasa ini adalah wadah bagi saya sesuai untuk pengembangan diri saya untuk bisa saya buat kebajikan dan juga untuk melatih diri saya sendiri,” ujarnya.
Jadi di Tzu Chi, tambah Hendri, kita bukan hanya berbuat baik, sesungguhnya yang paling penting adalah bagaimana kita di tengah organisasi dengan orang-orang yang beragam ini, bisa belajar untuk saling menyesuaikan diri sehingga bisa lebih harmonis. “Kita mengecilkan ego kita dan membuang tabiat-tabiat buruk kita sehingga diri kita juga menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.
Ada satu Kata Perenungan Master Cheng Yen yang selalu Hendry ingat. “Berkah adalah rasa sukacita yang kita dapat lewat bersumbangsih, selain berkah ada juga kebijaksanaan”. Kebijaksanaan adalah sikap kedamaian batin yang diperoleh dari sikap penuh pengertian. Jadi ini adalah pegangan kalau di Tzu Chi.
Bagi dr. Djuli Winarso (Kedua kanan), pelatihan ini sangat bermanfaat bagi semua relawan.
Para relawan tim pelayanan dari Tzu Chi Bandung dan Jakarta berkolaborasi menyediakan makanan vegetarian untuk para peserta.
Menurut Hendry Zhou jika kita bersumbangsih dengan ikhlas, kita akan merasakan sukacita, dan itu adalah berkah bagi kita. Namun selain itu, ketika kita berhubungan dengan orang lain, ketika kita bisa bersikap penuh pengertian, maka kita akan memperoleh kedamaian batin. Itulah yang namanya berinteraksi dengan penuh kebijaksanaan.
Hendry berharap, dari pelatihan ini peserta bisa lebih yakin bahwa mereka bisa bergabung di Tzu Chi karena Tzu Chi adalah wadah bersama-sama berbuat baik dan mengembangkan diri. “Jadi dari sini semoga semuanya bisa lebih mengenal Tzu Chi, bisa lebih mendalami Tzu Chi, dan bukan hanya itu, lebih pentingnya lagi juga bisa kembali berbagi tentang Tzu Chi dengan orang orang lain dan masyarakat lebih luas sehingga barisan Tzu Chi juga semakin panjang,” harap Hendry.
Wajah cerita para peserta pelatihan, panitia, dan pemateri saat berfoto bersama di depan Aula Jing Si Bandung.
Selama pelatihan berlangsung, para peserta diliputi kebahagiaan. “Senang dong pasti, kami di sini bisa saling bantu, kompak, apa yang kurang kita bisa saling isi. Harapan saya juga dengan hari ini kita menyerap pengetahuan, nanti kita juga bisa menebarkan pengetahuan ini untuk ke yang lainnya,” ungkap Henny Rustandi relawan senior dari Bandung yang menjadi penanggung jawab pelatihan ini.
“Menurut saya, ini sangat luar biasa, ya. Banyak sekali ilmu-ilmu baru, semangat baru dari pembicara yang datang langsung dari Tzu Chi Jakarta. Saya kira ini sangat bermanfaat bagi kita semua” jelas dr. Djuli Winarso, salah satu peserta pelatihan yang merupakan anggota tim medis Tzu Chi atau TIMA.
Editor: Khusnul Khotimah