Pelatihan Relawan Biru Putih 2015: Memikul Tanggung Jawab Menjadi Benih Tzu Chi
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Willy, Indra Gunawan (He Qi Utara)Teo Siau Pieng, relawan Tzu Chi asal Bireuen, Aceh, dilantik dalam Pelantikan Relawan Biru Putih pada Minggu, 11 Oktober 2015. Melalui Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih ini, ia bertekad untuk menjadi benih Tzu Chi di Bireuen dan menciptakan lingkungan Tzu Chi di sana.
Pelatihan dan Pelatihan Relawan Biru Putih merupakan kegiatan training tahunan yang dilaksanakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan kembali digelar pada tahun 2015 ini. Bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, kegiatan yang diikuti oleh relawan dari berbagai kota di Indonesia ini dilaksanakan sejak Jumat hingga Minggu, 9 – 11 Oktober 2015. Banyak kisah yang terekam dalam kegiatan tersebut. Banyak pula latar belakang yang diceritakan oleh relawan saat memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi dan menetapkan komitmennya untuk berjalan mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen.
Salah satunya adalah Teo Siau Pieng, relawan Tzu Chi asal Bireuen, Aceh mengungkapkan bahwa ‘ingin menciptakan lingkungan Tzu Chi di kotanya’ merupakan alasannya ikut menjadi relawan Tzu Chi. Relawan yang mengenal Tzu Chi sejak 2010 ini mengaku bahwa ia jarang ikut serta dalam kegiatan Tzu Chi. “Bukan karena tidak mau, tapi karena jarak Bireuen dan Banda Aceh ataupun Lhokseumawe itu sangat jauh,” tutur relawan yang telah memiliki dua cucu ini.
Dia sangat tertarik dengan Tzu Chi sejak Supandi, relawan Tzu Chi Banda Aceh, yang bercerita padanya tentang yayasan amal ini. Sejak saat itu, ia turut memberikan sumbangsih pada Tzu Chi dalam kegiatan pemberian bantuan gempa bumi di Takengon dan bakti sosial kesehatan di Lhokseumawe. “Terakhir saya sempatkan diri untuk ikut kegiatan Tzu Chi dalam memberikan bantuan bagi para pengungsi Rohingnya di Kuala Langsa,” katanya.
Teo Siau Pieng juga bercerita bahwa salah satu anaknya yang berkuliah di Jakarta pun sempat menjadi relawan Tzu Chi. Namun saat kuliahnya usai dan kembali ke Bireun, anaknya tidak lagi aktif menjadi relawan. Hal tersebut, menurut Teo Siau Pieng berkaitan dengan lingkungannya yang belum mendukung. “Maka dari itu, saya punya tekad untuk menciptakan lingkungan Tzu Chi di Bireuen,” tegasnya.
Pelatihan dan Pelatihan Relawan Biru Putih kembali digelar pada tahun 2015 ini. Bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, kegiatan yang diikuti oleh relawan dari berbagai kota di Indonesia ini dilaksanakan sejak Jumat hingga Minggu, 9 – 11 Oktober 2015.
Membawa Pesan dari Master Cheng Yen
“Akhir tahun 2014, tepatnya 30 Oktober sampai 2 November 2014, kami ikut dalam Kamp Pengusaha di Taiwan,” kata Supandi. “Teo Siau Pieng Shijie juga ikut di kamp itu. Saya memang ajak dia dan selalu berhalangan, untuk kesempatan ini akhirnya dia bisa ikut,” tambahnya.
Dalam kamp selama empat hari itu, Teo Siau Pieng merasa sangat bersyukur karena keinginannya selama bertahun-tahun untuk bertemu Master Cheng Yen dapat terwujud. Supandi juga menjelaskan bahwa mereka sempat menetap di Griya Jing Si selama satu minggu usai kamp untuk menjadi relawan di sana. “Saat saya berkesempatan untuk bertemu dan sharing dengan Master Cheng Yen, saya bercerita bahwa di Bireuen kami belum punya kantor dan belum pernah ada kegiatan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengangguk-angguk dan berpesan bahwa saya harus pulang dengan membawa benih Tzu Chi untuk Bireuen,” kisahnya.
Ia mengaku bahwa pesan Master Cheng Yen tersebut sulit hilang dari ingatannya, “Masih terngiang-ngiang sampai sekarang,” kata Teo Siau Pieng. Pesan yang baginya merupakan tanggung jawab tersebut akhirnya ia ceritakan pada keluarganya untuk meminta pertimbangan dan persetujuan. “Tanpa saya sangka, semua keluarga mendukung saya untuk memajukan Tzu Chi di sini,” katanya tersenyum. Kesempatan baik tersebut akhirnya membuatnya berkomiten membawa nama Tzu Chi di Bireuen dan menetapkan tekadnya untuk dilantik menjadi relawan biru putih. “Saya pikir, saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan saya bisa terlahir di dunia ini. Maka itu saya harus bisa bermanfaat bagi orang dan harus bersumbangsih tanpa pamrih, salah satunya melalui Tzu Chi,” jelasnya.
Selain mendapatkan sharing materi, dalam pelatihan ini relawan juga diajak untuk belajar melakukan pradaksina untuk melatih kesadaran dan pengendalian diri.
Merasakan Berkah di Balik Bencana
Teo Siau Pieng bersyukur karena ia bisa mengenal Tzu Chi di Aceh yang jodohnya terjalin karena bencana tsunami tahun 2004 silam. Ia pun mengutip salah satu kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi: di mana ada bencana, di situ ada Bodhisatwa dunia. “Begitulah Tzu Chi yang tidak hanya mengajarkan kami bagaimana membantu orang hanya dengan berbicara, melainkan langsung turun tangan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” kata Teo Siau Pieng.
Rasa syukur yang sama juga dirasakan Benny Pandelaki, relawan Tzu Chi Manado yang menjalin jodoh dengan Tzu Chi ketika Tzu Chi memberikan bantuan bagi warga Mando saat banjir bandang melanda Manado setahun silam. “Saya masih ingat bagaimana Tzu Chi memberikan bantuan bagi masyarakat. Relawan saat itu tidak hanya memberi mereka barang-barang namun juga memberikan mereka perhatian setiap harinya. Itu membuat saya terkesan,” jelas Benny. Ia berharap dengan enam benih (relawan) Tzu Chi Manado yang dilantik menjadi relawan biru putih, akar Tzu Chi akan semakin kuat dan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat yang membutuhkan terutama di Kota Manado.
Benny Pandelaki, relawan Tzu Chi Manado merasa bersyukur bisa turut bersumbangsih melalui Tzu Chi.