Pelatihan Relawan Biru Putih: Kembali ke Tekad Awal
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Willy, Henry TandoMenjadi relawan Tzu Chi lebih dari 20 tahun membuat Wen Yu memiliki banyak pengalaman dan kenangan yang mengharukan.
“Perjalanan sepanjang apapun, jika kita mau melangkahkan kaki, walaupun hanya selangkah, pasti akan mendapatkan kemajuan”. Kata-kata Master Cheng Yen ini seolah tepat menggambarkan sejarah perjalanan Tzu Chi di Indonesia yang dimulai dari beberapa relawan awal. Berawal dari itu, kini barisan insan Tzu Chi Indonesia sudah semakin panjang– dari sebutir benih, tumbuh tunas yang tak terhingga dan memenuhi ladang cinta kasih di tanah air. Salah satu di antara relawan yang terlibat di masa-masa awal itu adalah Chia Wen Yu atau yang akrab disapa Wen Yu.
Menjadi pembicara dalam acara Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih pada Minggu, 11 Oktober 2015, Wen Yu menceritakan kembali perjalanannya saat menjadi relawan Tzu Chi pada tahun 1995. “Tapi sebenarnya pada tahun 1986 saya ternyata sudah menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi. Ketika itu ada relawan Taiwan yang menginformasikan jika saya ternyata pernah mendonasikan satu ranjang saat pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi di Taiwan,” kata Wen Yu.
Pada tahun 1995 Wen Yu (berdiri, tengah) pertama kali bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi. “Saat melihat Master Cheng Yen, air mata saya bercucuran,” ujarnya terharu.
Di tahun 1995 itu pula Wen Yu pertama kali bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi. “Saat melihat Master Cheng Yen, air mata saya bercucuran,” ujarnya terharu. Dari Stephen Huang, relawan Tzu Chi Taiwan yang juga menjadi CEO Tzu Chi Internasional, Wen Yu mendapatkan jawaban mengapa begitu banyak orang yang meneteskan air mata saat bertemu dengan Master Cheng Yen. “Itu karena Master Cheng Yen hidupnya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk masyarakat di seluruh dunia,” kata Wen Yu mengulangi perkataan Stephen. Sejak itulah Wen Yu bertekad untuk menjadi murid Master Cheng Yen dengan ‘Menjadikan Hati Buddha sebagai hati sendiri, menjadikan tekad Master Cheng Yen sebagai tekad sendiri.’
“Donatur saya sudah enam puluh orang waktu itu. Dulu saya penggalang dana terbanyak loh,” ujarnya disambut tepuk tangan dari para peserta kamp.
Master Cheng Yen pada waktu itu mengatakan bahwa banyak sekali yang harus diperbuat oleh insan Tzu Chi di Indonesia. Beliau berpesan kepada para relawan Tzu Chi Indonesia saat itu bahwa di mana bumi dipijak, di sana langit mesti dijunjung. Dengan kata lain, Master Cheng Yen berpesan kepada para relawan, “Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus memanfaatkan potensi setempat dan berkontribusi bagi penduduk setempat.”
Wen Yu bertekad untuk menjadi murid Master Cheng Yen dengan ‘Menjadikan Hati Buddha sebagai hati sendiri, menjadikan tekad Master Cheng Yen sebagai tekad sendiri.’
Semangat ini terus dipegang oleh Wen Yu sembari mendalami ajaran Jing Si dan Dharma yang dibabarkan Master Cheng Yen. Pada bulan Februari 1996, Wen Yu bersama Liu Su Mei (Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia), Chang Chun Ying, dan Gao Pao Qin, dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi Indonesia. “Saya relawan komite Tzu Chi Indonesia yang pertama,” ujarnya. Dari sini Wen Yu merasa jalinan jodoh antara guru dan murid terjalin kuat.
“Saya bersyukur bisa menjalin jodoh dengan Tzu Chi,” ucapnya. Banyak hal yang dirasakan Wen Yu setelah menjadi insan Tzu Chi. Ia menjadi lebih mengerti bahwa masih banyak orang-orang yang membutuhkan bantuan. “Sewaktu baksos kesehatan di daerah Tangerang, kita baru tahu ternyata begitu banyak orang yang menderita TBC. Akhirnya kita pun melakukan baksos secara rutin di sana.”
Wen Yu (tengah) bersama dengan Stephen Huang (kiri) dan Sutiyoso (Gubernur DKI Jakarta saat itu) saat perencanaan pembagian beras di tahun 1998.
Ada pula kerendahan hati yang ditanamkan Master Cheng Yen kepada murid-muridnya, termasuk Wen Yu, “Saya merasa luar biasa bisa membantu orang lain, tetapi Master Cheng Yen justru bilang bahwa membantu orang sakit itu baru merupakan salah satu kewajiban kita sebagai manusia.”
Rasa Syukur Terukir di Hati Selamanya
Pada tahun 1998, Wen Yu yang bekerja sebagai sekretaris Eka Tjipta Widjaja (pendiri Sinar Mas Group) ini akhirnya berhasil mengajak pimpinannya ini ke Hualien, Taiwan, untuk bertemu dengan Master Cheng Yen. Dan tanpa diduga-duga, Master Cheng Yen mengatakan kepada Eka Tjipta Widjaja bahwa beliau berterima kasih karena Pak Eka Tjipta telah menjaga Wen Yu dengan baik. “Saya kaget sekaligus terharu. Ternyata Master Cheng Yen mengingat saya di dalam hatinya,” ucap Wen Yu penuh haru. Momen ini sekaligus menyadarkan Wen Yu bahwa ia selama ini “kurang bersyukur” terhadap bosnya.
“I Will Follow You” sebuah lagu yang menjadi tekad untuk mengikuti jejak langkah kaki Sang Guru Master Cheng Yen.
“Saya baru sadar ternyata saya selama ini belum pernah berterima kasih kepada Pak Eka, karena apa yang saya kerjakan dan saya punya adalah berkat beliau,” kata Wen Yu, “dan saya seperti merasa Master Cheng Yen mewakili orang tua saya mengucapkan terima kasih kepada beliau.”
Saat berada di dekat Master Cheng Yen, Wen Yu pun selalu menceritakan hal-hal yang dilakukan insan Tzu Chi Indonesia, termasuk saat pembagian beras. Pada saat itu jumlah relawan Tzu Chi masih dalam hitungan jari. Dan Wen Yu pun turun langsung menyurvei, membagikan kupon dan juga beras. “Saya sampaikan ke Master Cheng Yen, ‘Master, bagi beras untuk kami itu mudah, yang sulit itu bagi kupon, karena kita harus masuk ke gang-gang sempit dan berinteraksi dengan orang banyak, belum lagi terkadang jumlah kupon yang kita bawa kurang, harus diambil lagi. Terkadang juga saat pembagian kupon itu matahari bersinar sangat terik, panas’. Raut wajah Master Cheng Yen langsung terharu. Beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada kita semua,” cerita Wen Yu.
Kembali ke Tekad Awal
Berkegiatan di Tzu Chi selama lebih dari 20 tahun membuat Wen Yu memiliki banyak pengalaman dan kenangan yang mengharukan. Tapi, sebagai manusia biasa, Wen Yu pun merasa semangatnya dalam menggenggam misi Tzu Chi sudah mulai menurun. Hal ini disadarinya pada saat dia pergi ke Taiwan tanggal 2 - 6 Oktober 2015 dan mendampingi 55 pengusaha Indonesia untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam. “Ada satu Shijie yang sudah mengikuti Tzu Chi lebih dari 30 tahun, tetapi ia bisa tetap bersemangat dan ramah kepada semua orang. Saya sudah mulai kehilangan hal seperti itu,” kata Wen Yu dengan suara tertahan, “Ini yang mesti saya cari kembali. Supaya niat dan tekad saya kembali seperti dulu, sewaktu awal mula mengenal Tzu Chi. Saya harus terus mengembangkan Tzu Chi” ujarnya.
Chia Wen Yu sharing tentang pentingnya bervegetaris pada acara Bulan Tujuh Penuh Berkah tanggal 23 Agustus 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Wen Yu juga sudah menemukan caranya. “Jika gunung tidak bisa diputar, jalan kita yang memutar. Jika Jalan tidak tidak bisa memutar, manusia yang berputar. Jika manusia tidak tidak bisa berputar, pikiran yang berputar,” kata Wen Yu mengutip kata-kata dari Master Cheng Yen. Dan kunci dari semua itu adalah: kembali ke tekad awal.