Pelatihan Relawan Biru Putih: Melatih Diri dan Menjaga Hati
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Tim RedaksiPelantikan relawan Biru Putih ditandai dengan penyematan kartu relawan oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei kepada 300 orang relawan Tzu Chi dari seluruh Indonesia.
Janji bakti ratusan relawan menggema di ruang Auditorium Pembabaran Sutra, Jiang Jing Tang Lantai 4 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara usai pelantikan Relawan Biru Putih. Selama tiga hari, 9 – 11 Oktober 2015, sebanyak 709 relawan Tzu Chi dari Sabang sampai Merauke bersama-sama belajar dan melatih diri dalam kegiatan pelatihan Relawan Biru Putih ini. Kegiatan pelatihan pun diakhiri dengan penyematan tanda peserta pelatihan kepada 300 relawan yang dilantik menjadi Relawan Biru Putih.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei mengaku bersyukur relawan Tzu Chi terus bergandengan tangan saling mendukung dan memberikan semangat. “Melihat relawan dari yang tua sampai yang muda semua ada di sini, di jalan Boddhisatwa Tzu Chi,” ucap Liu Su Mei dalam pesan cinta kasihnya. Liu Su Mei pun mengingatkan kepada para relawan bahwa di Tzu Chi semua relawan melatih diri dan bekerja dengan hati. “Di sini kita melatih hati kita dalam bekerja, kita harus menjaga hati semula kenapa mau bergabung. Kita sayang Master Cheng Yen dan Tzu Chi, kita harus jaga hati kita,” ujarnya.
Belajar dan Terus Belajar
Senada dengan Liu Su Mei dalam memberikan pesan cinta kasih, salah satu relawan asal Batam yang dilantik menjadi relawan biru putih, Watty Darsono (47) juga mengatakan hal yang sama. “Plan pertama ingin belajar karena Tzu Chi ladang untuk belajar. Di sini belajar dan terus belajar, karena banyak yang belum saya tahu. Di sini ada ilmu baru, jadi bisa meningkatkan yang lebih baik lagi nantinya,” ujar Watty.
Di penghujung acara, seluruh relawan bersama-sama melantunkan Ikrar Luhur sebagai janji bakti.
Watty Darsono, salah seorang relawan Tzu Chi Batam turut dilantik setelah tiga tahun turut bersumbangsih bersama Tzu Chi.
Setelah tiga tahun menjadi relawan Tzu Chi, kini ia dilantik menjadi relawan Biru Putih. “Dilantik menjadi relawan biru putih hanya mengikuti alur saja, yang penting kerja di Tzu Chi bersungguh-sungguh dan menikmatinya,” aku ibu satu anak ini. Watty berjodoh dengan Tzu Chi setelah melihat kerumunan relawan yang sedang berkegiatan Tzu Chi. Karena rasa ingin tahunya, ia mencari Kantor Tzu Chi di Batam. Ia pun mendatangi Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya, lalu mendaftarkan diri menjadi relawan Tzu Chi, namun tidak pernah dihubungi. Jodoh pun kembali terjalin ketika ia tengah berjalan-jalan di mal dan bertemu dengan relawan Tzu Chi yang kala itu mengadakan bazar kue bulan. Karena tekadnya yang ingin bersumbangsih di Tzu Chi, ia pun bergabung menjadi relawan rompi. Di acara inilah Watty mengikuti kegiatan Tzu Chi yang pertama pada tahun 2013. Sejak saat itu, setiap ada kegiatan Watty selalu diajak relawan untuk berkegiatan, termasuk kegiatan misi amal. “Kemana Tzu Chi pergi saya selalu ikut, melakukan survei kasus, kunjungan ke rumah gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi-red), dan lain-lain. Sekarang saya pegang kasus,” ujarnya.
Sering mengikuti kegiatan Tzu Chi dalam misi amal bukan berarti wanita ini tidak memiliki kesibukan dalam rumah tangga. Terlebih lagi ia memiliki usaha kursus jahit dan harus mengajari setiap orang yang datang untuk belajar menjahit, meskipun ia memiliki asisten pengajar. Sementara itu, suaminya juga memiliki usaha rumah makan. Ia harus membagi waktu antara keluarga, usaha, dan Tzu Chi. “Setiap hari saya bangun pagi bantu suami dulu baru berkegiatan di Tzu Chi, kalau sudah selesai ngajar lagi. Saya manage waktu sebaik-baiknya agar semua bisa terselesaikan,” ungkap Watty.
Dalam pelatihan ini, para relawan juga diajak untuk diskusi “Kata Perenungan Master Cheng Yen” di dalam masing-masing kelompok.
Keaktifannya di Tzu Chi tidak membuat suami Watty melarang karena kesibukan waktunya, justru sebaliknya. Suami dan keluarga memberikan dukungan kepadanya. “Suami bilang bahwa setelah di Tzu Chi saya terlihat happy. Suami mendukung,” ungkapnya tersenyum. Selain rasa sukacita yang terlihat di wajah Watty, kebiasaannya yang tergolong orang yang ceplas-ceplos dalam berucap dan bertindak sesuka hati mulai berubah. “Di Tzu Chi ketemu penerima bantuan, saya belajar jangan sampai ada yang tersinggung dari apa yang saya ucapkan dan lakukan. Kebiasaan positif ini pun terbawa ke rumah. Kalau orang ngomong dengan nada tinggi saya memilih diam. Sekarang saya malah jadi tempat curhat bagi keluarga,” ujar pemilik kursus jahit ini. “Sekarang bisa melatih diri, ini karena pelajaran dari menangani penerima bantuan, jadi belajar menahan ego tinggi,” lanjutnya. Sehingga hubungan dengan keluarga pun tidak pernah mengalami banyak kendala.