Pelatihan Relawan Biru Putih: Memoar Perjalanan Seorang Insan Tzu Chi
Jurnalis : Fammy Kosasih (He Qi Timur), Fotografer : Yunita Margaret (He Qi Utara), Henry TandoPelantikan menjadi relawan biru putih merupakan titik awal perjalanan saya sebagai insan Tzu Chi.
Kisah penciptaan dan perjalanan mahluk hidup terbesar adalah terlahir menjadi manusia. Karena, dengan terlahir menjadi manusia, kita mendapatkan kesempatan untuk merasakan kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Berkah kedua yang saya dapatkan selain terlahir menjadi manusia adalah pertemuan saya dengan Tzu Chi. Meski saya telah bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi sejak Maret 2013 silam, langkah pertama saya sebagai insan Tzu Chi sesungguhnya baru dimulai setelah saya dilantik menjadi relawan biru putih pada 11 Oktober 2015 lalu. Sebuah lembaran baru dalam kehidupan saya untuk belajar menjadi Bodhisatwa dunia.
Puji Tuhan, berkat cinta kasih-Nya, dalam kehidupan ini saya dipertemukan dengan seorang guru yang mengajarkan saya kebijaksanaan yang dimilikinya serta cinta kasih dan welas asih yang universal: Master Cheng Yen. Rasa syukur semakin terpatri kuat dalam hati saya ketika saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen pada Juni 2015 silam, merasakan kehadirannya secara utuh.
Pada suatu malam, kalau tidak salah di akhir tahun 2013 atau di pertengahan tahun 2014, saya pernah berbisik di dalam hati saya seolah saya tengah berbicara kepada Master Cheng Yen, “Master, selagi saya masih sehat, selagi diri saya masih bernyawa, selagi Master Cheng Yan sehat, selagi Master Cheng Yen masih hidup, izinkanlah diri saya satu kali saja, di satu waktu, boleh bertemu muka secara langsung, boleh melihat Master secara fisik dengan mata kepala saya sendiri.”
Keinginan ini terjawab setelah saya mendapat kesempatan untuk ke Hualien, Taiwan pada tanggal 18 hingga 28 Juni 2015 untuk mengikuti Kamp Pelatihan Relawan Misi Budaya Humanis Zhen Shan Mei. Banyak hal yang saya pelajari dalam kamp ini, mulai dari teknis administrasi, hingga kerelawanan budaya humanis Zhen Shan Mei dalam mencatakan sejarah Tzu Chi di Taiwan yang begitu mendetail namun pada saat yang sama mudah dipahami.
Saya juga belajar akan makna kesederhanaan hidup dari teladan Master Cheng Yen bersama para shifu Griya Jing Si. Relawan Tzu Chi yang melakukan kegiatan di Griya Jing Si juga menunjukkan kesederhanaan yang sama. Sedari fajar hingga mentari kembali ke ufuk senja dan gelap menyelimuti, segala kegiatan dilakukan dengan rasa syukur dan penuh kesabaran.
Sepuluh hari di Hualien mengajarkan banyak hal terutama kesederhanaan dan rasa syukur yang ingin saya terapkan dalam hidup saya sehari-hari.
Sekembalinya ke Indonesia, pengalaman selama sepuluh hari di Hualien tak pudar dalam ingatan. Hari ke hari, saya belajar untuk menerapkannya sedikit demi sedikit teladan yang saya dapat di Hualien dalam kehidupan saya sehari-hari. Saya akui, tak mudah.
Ada kesedihan, kekesalan hingga rasa putus asa yang menemani rutinitas saya maupun saat melakukan kegiatan di Tzu Chi. Saya berkaca kepada kesederhanaan, kejujuran, kerelaan hati, dan kesabaran para teladan di Hualien, membawa saya kembali kepada pesan mama, “Jadilah polisi bagi diri sendiri, selalu mawas diri, selalu belajar dari orang baik yang benar, yang pantas kita ambil sebagai pedoman hidup.”
Tekad Menjadi Insan Tzu Chi
“Jadikan orang lain sebagai cermin bagi diri sendiri. Saat melihat keunggulan orang lain dapat dijadikan cambuk untuk mencapai kemajuan, saat melihat kelemahan orang lain, kita pun harus mengintrospeksi diri,” adalah Kata Perenungan Master Cheng Yen yang sangat mengena di hati saya.
Saya memantapkan hati dan tekad diri untuk melangkahkan kaki dan menggunakan tubuh ini untuk menjadi Bodhisatwa dunia Tzu Chi.
Mantap melangkah di jalan Bodhisatwa dunia Tzu Chi, saya ingin menyebarkan aliran jernih berlandaskan nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan kepada semua orang.
Semua ini tak lepas dari peran keluarga yang selalu menyertai saya dengan doa dan nasihat. Terutama mama yang senantiasa memberi saya bimbingan serta dukungan untuk menjadi insan Tzu Chi. Juga kepada para relawan terutamanya relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Kelapa Gading, tempat saya bernaung, yang memberi saya semangat untuk terus melangkah di Tzu Chi.
Sebagai seorang Nasrani, saya ingin meneladani Yesus Kristus dalam keseharian saya. Saya juga ingin mendedikasikan diri saya untuk menjadi guru bagi anak-anak didik saya dengan kesungguhan hati. Saya juga ingin menjalin jodoh baik dengan banyak orang serta dapat berjalan di jalan yang benar, yaitu berjalan seiring bersama di jalan Bodhisatwa dunia, bersama Master Cheng Yen. Sehingga, pada akhirnya, saya boleh menggunakan waktu yang diberikan kepada saya untuk menyebarkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan kepada banyak orang.
*) Penulis adalah relawan Zhen Shan Mei (dokumentasi) dari komunitas He Qi Timur.