Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam
Jurnalis : Riana Astuti, Fotografer : Metta Wulandari, Henry Surya (He Qi Pusat), James Yip (He Qi Barat), Riana AstutiLiu Su Mei Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tengah menyematkan kartu relawan kepada relawan yang telah dilantik menjadi relawan biru putih
Semangat relawan terlihat saat memasuki Aula Jing Si di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Relawan yang hadir berasal dari hampir seluruh pulau yang ada di Indonesia. Mereka (relawan) saling bertemu, mengenal, bertegur sapa dan membagi kisah. Mereka berkumpul bersama, sebab akan ada momen indah yang akan terjadi, khususnya untuk relawan abu putih yakni pelantikan relawan biru putih. Berlangsungnya acara ini dimulai dari 11 hingga 12 Oktober 2014. Kehadiran para relawan membuat suasana kian akrab dan hangat, tidak ada rasa canggung atau pun sungkan. Semua bersukacita. Tiap relawan dibagi ke dalam kelompok dengan anggota yang berasal dari daerah yang berbeda serta dipisah antara relawan pria dengan wanita. Dari 519 relawan yang hadir, sebanyak 240 relawan abu putih akan dilantik hari itu, yang terdiri dari 70 orang Shixiong dan 170 Shijie.
Tiap relawan diberikan kesempatan untuk membagikan pengalaman hidup berharga yang dapat menginspirasi relawan lainnya
Acara pelantikan dikemas dengan santai, tenang dan penuh kekeluargaan, namun tetap memunculkan spiritualisme. Calon relawan biru putih mengikuti serangkaian sesi, dimana dalam tiap sesi atau kelas mereka mendapat pembekalan dari pemateri. Pembekalan yang diterima dirasa mampu melatih diri, mengendalikan diri, dan bisa merekatkan jalinan jodoh baik antar sesama. Antusiasme serta keseriusan relawan nampak ketika menyimak materi yang diberikan serta sharing bersama pada rangkaian kegiatan yang berlangsung dalam acara pelantikan. Di kesempatan yang sama secara bersama para relawan menyerap dharma. “Hari ini saya bahagia sekaligus terharu sekali, sebab pada pelantikan kali ini saya melihat calon relawan biru putih banyak yang masih muda. Maka generasi cinta kasih Tzu Chi dapat tumbuh dan berkembang dalam berbuat kebajikan. Dharma yang disampaikan Master Cheng Yen untuk selalu berbuat kebaikan dan kebajikan agar menjadi seorang teladan. Dharma tersebut dapat melatih diri sendiri menurut agama masing-masing,” kata Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia dalam sambutanya. Keharmonisan, toleransi, sikap saling menghormati, saling menghargai, saling berterima kasih merupakan suatu keindahan yang dimunculkan dari keluarga Tzu Chi. Keindahan yang dimiliki membuat peningkatan pada kualitas batin, memperkuat benih bijaksana serta meningkatkan kepribadian diri sendiri agar terwujud di dalam kebajikan. Bekal yang diterima relawan diharapkan membawa pengaruh baik untuk relawan.
Pada malam harinya seluruh relawan mengikuti sesi malam keakraban. Sesi ini dapat merekatkan jodoh antar relawan dan membuat relawan bersukacita
Mengemban Tanggung Jawab Baru
Para relawan yang akan dilantik menjadi relawan biru putih akan menjadi lebih dekat dengan Master Cheng Yen. Pelantikan ini bukan hanya sekedar pergantian seragam dari abu putih menjadi biru putih namun relawan yang dilantik mengembang tanggung jawab baru yang lebih besar. Tanggung jawab yang sesuai dengan visi dan misi Tzu Chi agar dunia aman, damai, dan terhindar dari bencana. Makna dari pelantikan ini dirasakan banyak manfaatnya bagi Nataniel Ngilawane Shixiong asal Biak. Ayah dari 2 anak ini memiliki jalinan jodoh ketika Joshua, anak laki-lakinya di tahun 2010 melakukan operasi yang diakibatkan kekurangan fisik sejak lahir (tidak memiliki anus). “Pelantikan ini memiliki banyak sekali keuntungan. Pergantian seragam dari abu putih menuju biru putih membutuhkan proses. Menjadi relawan biru putih sama saja mengemban tanggung jawab yang besar. Giat menaburkan dharma yang disampaikan Master Cheng Yen untuk kebajikan. Saya bahagia bisa datang ke pelantikan ini. Tidak hanya itu saya pun dapat merasakan semangat untuk bisa berbuat lebih baik agar cinta kasih dapat terjalin dengan baik,” tukas Nataniel Shixiong.
Nataniel Shixiong relawan asal Biak bersyukur dapat bergabung menjadi anggota keluarga Tzu Chi. Menjadi relawan Tzu Chi dapat menyambungkan rangkaian benih kebijaksanaan
Nataniel Ngilawane Shixiong pun mensosialisasikan Tzu Chi dengan memberikan ulasan tentang Tzu Chi kepada masyarakat. Setelah Joshua dibantu Tzu Chi ia pun menabur kebajikan dengan ikut bersumbangsih kepada orang lain dan menjadi donatur. Menurutnya menjadi bagian dari keluarga Tzu Chi mendapat berbagai pengalaman dan pengetahuan baru, disamping itu dirinya juga mendapat berkah dalam kehidupannya. Awalnya Nataniel Shixiong ikut dalam kunjungan kasih, dari tiap kunjungan tersebut hati Nataniel Shixiong tergerak. “Pada saat ada kegiatan kunjungan kasih, saya melihat penderitaan para pasien. Bila kita membantu mereka maka kita dapat meringankan penderitaan. Saya pun menerapkan kepada keluarga saya. Lewat Tzu Chi saya belajar makna cinta kasih yang tidak sekadar bicara saja, melainkan harus dipraktikkan,” jelas Nataniel. Tema keluarga dari pelantikan ini memberi arti tersendiri bagi Nataniel, pasalnya ia masuk dalam Tzu Chi, ia merasa mendapatkan keluarga besar dan saling bergandengan tangan tanpa adanya kesenjangan diantara sesama relawan. Dari sini tercipta rasa kekeluargaan yang kental.
Harapan ke depannya setelah dilantik Nataniel bersama dengan relawan Tzu Chi Biak lainnya akan bekerja serta berusaha lebih keras lagi. Nataniel Shixiong selama ini menjadi salah seorang penggerak dalam misi pelestarian lingkungan. Ia mengajak, membuat, dan mensosialisasikan ekoenzim kepada relawan dan masyarakat. Bahkan ia juga melakukan sosialisasi dan berbagi pengetahuan mengenai pembuatan dan manfaat ekoenzim di lingkungan sekolah di Biak. Kulit buah yang berasal dari buah manis dimanfaatkan sebagai enzim buah. “Banyak manfaat dari kegunaan enzim buah ini,” kata pria yang bekerja di Dinas Pertanian Biak ini. Fermentasi dari kulit buah ini merupakan produk ramah lingkungan dengan segudang manfaat, diantaranya untuk pembersih lantai dan juga sebagai bahan pupuk organik yang ramah lingkungan.
Mendapat Berkah dan Mendapat Keluarga Baru
Perhatian dan kewelasasihan juga dirasakan pula oleh salah seorang anggota Tzu Ching. Rina menjadi keluarga Tzu Ching asal Medan yang mendapat berkah. Rentetan kehidupan yang dijalani membawa hikmah tersendiri. Putri bungsu dari 4 bersaudara ini memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi di tahun 2008. Sempat Les di sebuah tempat kursus di daerah Bagansiapiapi dan mendengar berita adanya bencana gempa Sichuan, Tiongkok dari salah seorang guru, membuat hatinya tergerak dan segera ingin membantu. Setelah menggalang dana bersama gurunya, ada rasa bimbang untuk menyalurkan bantuan yang telah terkumpul. Rina dan gurunya belum mengetahui lembaga sosial yang dapat menyalurkan bantuan mereka. Sampai salah seorang memberitahu keberadaan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Pekanbaru. Lekas Rina pergi ke Tzu Chi Pekanbaru dan menyampaikan bantuan untuk korban bencana gempa Shicuan.
Tidak hanya menyalurkan bantuan saja, ada rasa penasaran tentang Yayasan Buddha Tzu Chi pada dirinya. Berkat datang ke Tzu Chi Pekanbaru, ia pun mengetahui alamat Kantor Tzu Chi Medan. Alhasil Rina datang ke Tzu Chi Medan ketika menemani kakaknya beribadah di wihara, di daerah Cemara Asri. “Saya memberanikan diri untuk datang ke Tzu Chi Medan. Kebetulan di sana ada relawan yang sedang mem-packing baju anak-anak untuk bantuan. Saya pun ditawari untuk membantu, tanpa pikir panjang lagi saya membantu. Setelah selesai saya mengobrol oleh relawan dan diajak pergi barsama bila ingin ke Kantor Sekretariat Tzu Chi Medan. Saya ke sana naik angkot, dan saya senang bisa turut membantu,” ujar Rina. Tahun 2008 Rina menjadi relawan abu putih, dan selang dua tahun berikutnya ia diarahkan untuk menjadi Tzu Ching, mengingat pada saat itu Rina masih duduk di bangku kuliah.
Rina Tzu Ching dapat menghargai berkah dalam kehidupannya. Rasa syukur yang tumbuh dibenaknya dijadikan semangat. Terlebih menjadi relawan biru putih dapat membantu memikul tanggung jawab Master
Tzu Chi mengajari Rina banyak hal. Banyak yang berubah pada dara kelahiran 1990 ini. Semula Rina belum bisa mengerti makna bersyukur dalam kehidupan. Dahulu ia sempat berburuk sangka kepada orang tua kandungnya. Sebab ketika Rina kecil ia diasuh oleh orang lain. Semenjak diasuh oleh orag tua angkatnya, sikap dan perilakunya sering membuat orang tua angkatnya kuatir. Rina malas belajar dan suka pulang telat hingga membuat orang tuanya kesal. Semenjak usia 4 tahun ayah angkatnya meninggal dunia. Tidak ada lagi tulang punggung keluarga. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mama angkatnya bekerja dengan menjahit baju dan berjualan mi. Suatu malam Rina terbangun dan melihat mamanya tengah menjait baju. “Saya liat Mama sedang jahit baju tengah malam. Saya melihat perjuangan Mama kala itu. Ada rasa bersalah dan sedih, akhirnya saya mengubah sikap saya,” cerita Rina berkaca-kaca.
Setelah melihat peristiwa itu Rina pun sadar, ia lebih giat lagi untuk membantu ibu. Tidak ada lagi bermalas-malasan, semua dilakukan dengan penuh sukacita. Semua hikmah ia petik dari tiap kejadian yang menghampiri hidupnya. Semasa SMP ibu kandung Rina datang, dan ia pun belajar mengurangi rasa buruk sangka pada ibu yang telah melahirkannya itu. Saat ini hubungannya dengan orang tua kandungnya baik-baik saja. Apalagi ketika pada tahun 2012 lalu mama angkatnya meninggal dunia akibat kanker hati. “Banyak hikmah yang saya petik dari kegiatan Tzu Chi. Master Cheng Yen selalu menyampaikan dharma, dan dharma tersebut saya resapi di dalam hati dan saya terapkan di kehidupan saya,” ungkap Rina. Lambat laun Rina mengetahui salah satu penyebab orangtua kandungnya menyerahkan Rina pada oranglain, hal tersebut disebabkan oleh ayah kandungnya menderita penyakit syaraf yang dapat kambuh. Bila kambuh emosi ayahnya akan naik dan menjadi tidak terkendali. Saat ini ia merasa memiliki keluarga besar (Tzu Chi) yang menyayanginya. Rina kini tinggal bersama adik tirinya, dan ia pun kerap mengunjungi orangtua serta saudara kandungnya.
Artikel Terkait
Menghargai Peran Penting Seniman Bangunan
29 Juni 2016Yayasan Buddha Tzu Chi, He Qi Barat menggelar acara buka puasa bersama puluhan seniman bangunan pada tanggal 22 Juni 2016. Acara ini sebagai salah satu wujud apresiasi Tzu Chi atas peran penting seniman bangunan.
Mengenal Misi Budaya Humanis Tzu Chi
14 Maret 2016Pada Minggu, 28 Febuari 2016, sebanyak 77 murid Kelas Tzu Shao Batam berkumpul di ruang kegiatan Posko Daur Ulang Tzu Chi Batam untuk mengikuti kelas Tzu Shao.