Pelatihan Relawan yang Begitu Bermanfaat
Jurnalis : Virny Apriliyanty (He Qi Barat), Fotografer : Halim Ong (He Qi Barat)
|
| ||
Salah satu pembicara yang hadir adalah Hendry Shixiong yang bekerja di DAAIi TV dan menjadi penerjemah bagi acara Lentera kehidupan dan Sanubari Teduh. Hendry Shixiong membawakan materi yang bertema “Menjadi Murid yang Memahami Guru.” Tema ini sungguh luar biasa penting, karena untuk menjadi insan Tzu Chi yang baik, para relawan harus lebih dulu memahami Master Cheng Yen Cheng Yen sebagai guru insan Tzu Chi. Hendry Shixiong mengatakan bahwa walaupun kita terpisah sangat jauh, tapi kita bisa belajar dan berinteraksi setiap hari dengan Master Cheng Yen melalui program Lentera Kehidupan dan Sanubari Teduh yang ditayangkan DAAI TV. Menurut Hendry Shixiong, di kedua program tersebut, Master Cheng Yen memberikan berbagai jawaban atas pertanyaan dan masalah yang kita hadapi sebagai insan Tzu Chi maupun sebagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Master Cheng Yen begitu peduli dan menyayangi seluruh muridnya, sehingga dalam keadaan sakit sekalipun, asalkan masih bisa bangun dan berbicara, beliau akan selalu berusaha memberikan ceramahnya setiap pagi. Karena itu, kedua program tersebut merupakan pesan cinta kasih yang sangat berharga. Selain Hendry Shixiong, hadir pula pembicara lain yang membawakan materi dengan cara yang santai namun juga serius, sehingga sesi kali itu berjalan dengan sangat menyenangkan dan sama sekali tidak membosankan. Beliau adalah Like Shijie. Like Shijie datang membawakan materi tentang lika liku serta tips dalam menjalani kehidupan sebagai relawan Tzu Chi. Ia membabarkan berbagai kejadian-kejadian yang kerap terjadi dan menjadi batu sandungan dalam melakukan kebajikan baik di Tzu Chi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga menjelaskan bahwa insan Tzu Chi harus dapat belajar dari orang-orang yang ada di sekitarnya baik itu yang baik dan kita jadikan teladan ataupun yang kurang baik dan kita jadikan pelajaran. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan Master Cheng Yen bahwa kita harus memandang orang-orang di sekitar kita sebagai cermin untuk instropeksi diri, dengan demikian kita dapat meneladani perilaku mereka yang baik dan jangan sampai mengulangi kesalahn mereka. Lina Setyawati Shijie adalah salah satu peserta training yang merasa sangat bersyukur bisa hadir dan mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru dari training kali ini. Menurut wanita berusia 52 tahun ini ada beberapa point utama yang ia dapat. Yang pertama adalah betapa pentingnya bervegetaris. Lina Shijie sendiri sudah bervegataris sejak lama, namun ia ingin mengajak insan Tzu Chi yang belum bervegetaris untuk mulai bervegetaris secara perlahan-lahan. Menurutnya, dengan bervegetaris kita bukan hanya menyehatkan diri namun kita juga dapat berbuat kebajikan, menghimpun welas asih dan juga tentunya menjalankan sila Tzu Chi yang pertama yaitu tidak membunuh. Selain itu Lina Shijie juga sangat terharu dan tersentuh akan kasih dan pengorbanan yang Master Cheng Yen berikan bagi insan Tzu Chi. “Saya sangat sedih saat Master Cheng Yen bilang bahwa ia sudah tak punya banyak waktu. Master Cheng Yen sangat peduli pada kita semua, dan kalau saya tidak peduli sama Master Cheng Yen, maka saya sangat bersalah. Master Cheng Yen mengorbankan waktu, kesehatan dan hidupnya bagi kita. Karena itu saya akan belajar mengikuti langkah Master Cheng Yen di jalan Tzu Chi ini.” Ujar Lina Shijie yang berjodoh dengan Tzu Chi sejak tahun lalu.
Keterangan :
Lina Shijie sebenarnya tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Lina memang lahir di Jakarta namun tumbuh besar di Singapura. Dalam berkegiatan di Tzu Chi dan saat diwawancara misalnya, Lina Shijie menjawab dengan menggunakan 3 bahasa yang ia campur adukan dalam satu kalimat, yaitu Mandarin, Inggris, dan Indonesia. Saat ditanya apakah kendala bahasa yang ia miliki membuatnya kurang dapat mengerti materi training kali ini, Lina Shijie menjawab “Bahasa Indonesia saya memang sangat kurang, tapi anehnya kalau ada pembicara yang menyampaikan materi dalam bahasa Indonesia saya dapat mengerti apa yang dikatakan. Seperti saat Like Shijie menyampaikan materinya, saya mengerti hampir 80% dari apa yang ia sampaikan. Saya juga enjoy, tertawa dan tersentuh juga. Mungkin semua ini karena niat yang ada di hati saya.” Lina Shijie menyadari bahwa dengan niat, maka kendala apapun yang ada pasti bisa Ia singkirkan. Menjalin Jodoh Baik Salah satu relawan perwakilan Xie li lampung adalah Anna Suryana Shijie. Relawan Abu Putih ini masuk ke dalam misi Kesehatan dan setiap harinya menjadi pemerhati di RSU Abdul Moeloek. Tzu Chi sendiri belum memiliki Rumah Sakit (RS) di Lampung, namun xie li Lampung telah bekerja sama dengan 3 RS disana yaitu, RS Imanuel, RS Abdul Moeloek dan RS Urip Sumoharjo. Di ketiga Rumah Sakit inilah relawan Tzu Chi setiap harinya hadir mendampingi dan menghibur pasien. Anna Shijie sendiri sudah pernah mengikuti Training di Jakarta pada tahuh 2011, sehingga ini merupakan kesempatan ke-2 nya mengikuti Training di Jakarta. “Training kali ini sangat bermanfaat untuk saya. Juga menambah wawasan dan mengajarkan saya untuk menjadi murid Master Cheng Yen dan bodhisatwa yang baik. Acaranya juga menyenangkan dan sharing-sharingnya sangat bagus.” Ujar Anna Shijie mengungkapkan kesan-kesannya akan acara kali ini. Saat ditanya mengenai kritik dan saran bagi Tim Training, Anna Shijie mengatakan bahwa acaranya sudah sangat baik dan memuaskan, sehingga Ia tidak memiliki kritik sama sekali. Anna Shijie juga mewakili seluruh relawan Xie li Lampung yang berkesempatan datang ke Jakarta, mengucapkan ucapan terima kasih kepada seluruh relawan Jakarta yang telah menyambut dan melayani mereka dengan sangat baik. “Relawan Jakarta sangat baik dan ramah. Malam-malam kami sampai saja kami disambut dan makan malam untuk kami sudah disiapkan.” Ujar Anna Shijie dengan senyum lebar di wajahnya. | |||
Artikel Terkait
Bersumbangsih untuk Korban Gempa Aceh
15 Desember 2016Asa yang Telah Terjawab
26 Januari 2022Toto Tursinah (83) sangat bahagia menerima bantuan dari Tzu Chi Bandung dalam program Bedah Rumah. Rumah yang dihuninya sejak puluhan tahun itu sebelumnya sudah rapuh, sudah tak layak huni.