Pelatihan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (Bag. 2)

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoSebenarnya, tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih kekompakan dan kepercayaan. Di dalam suatu tim, terlebih TTD, semua anggota haruslah bergerak dengan satu misi, percaya kepada rekannya, apalagi kepada Korlapnya, dan harus selalu kompak saat membantu

Malam yang penuh kegembiraan ditutup dengan pisang goreng. Para relawan TTD kembali ke kemah yang basah berlumpur karena hujan yang turun malam itu. Pagi harinya, Cerah Iskradono, relawan Tzu Chi, mencerahkan hari para relawan TTD. “Kita akan bermain suatu permainan, buat satu kelompok, semua tangan mengarah ke atas, dan pada hitungan ketiga tunjuk satu orang untuk menjadi pemimpin kelompok tersebut,” katanya dengan bersemangat.

Saling Percaya di Antara Anggota
Terbentuklah 3 tim yang terdiri dari 11 relawan. Tiap kelompok memberi nama dari kelompoknya masing-masing. “Kami adalah Kelompok Si Biru, karena Si Biru yang dinanti,” seru Lo Hok Lay. “Kami adalah Kelompok Elang, karena mata Elang selalu sigap membantu,” seru Jhonny Chang. “Kami adalah Kelompok Garuda, mencengkeram dengan kuat,” seru Lie Ki Lin. Ketiga kelompok tersebut diminta untuk membuat “yel-yel” yang bercirikan nama kelompoknya.

“Oke, permainannya begini. Berpasangan, satu ditutup matanya, satu yang mengarahkan. Saya sudah menyebar kertas berdasarkan warna di setiap tempat. Tugas anda adalah mencari dan mengarahkan rekan anda yang tertutup matanya untuk mengambil kertas tersebut. Kertas-kertas itu adalah jumlah korban yang harus diselamatkan ketika terjadi bencana,” ujar Cerah Iskradono. Dengan antusias para ketua kelompok mengambil kain penutup mata untuk dipakaikan kepada kelompok lainnya. “Sini saya aja yang pakaikan,” canda Hok Lay kepada kelompok lawan.

Permainan pun dimulai dengan gembira. Dalam waktu satu jam para relawan harus dapat menemukan korban sebanyak-banyaknya. Seperti namanya, Kelompok Si Biru harus mencari kertas berwarna biru. persaingan semakin ketat bagi kedua kelompok burung. Dengan warna yang mirip, yaitu hijau, Kelompok Elang diharuskan menyelamatkan korban dengan kertas berwarna hijau muda, sedangkan Kelompok Garuda harus menyelamatkan korban dengan kertas berwarna hijau tua.

foto  foto

Ket : - Membangun tenda dan melipatnya kembali dengan waktu yang cepat merupakan kemampuan yang             harus dimiliki anggota Tim Tanggap Darurat. (kiri)
         - Dalam pelatihan ini terbentuk 3 tim yang terdiri dari 11 relawan. Tiap kelompok memberi nama dari             kelompoknya masing-masing: Kelompok Si Biru, Kelompok Elang, dan Kelompok Garuda. (kanan)

Meeting kelompok pun dilakukan, pengaturan strategi tiap kelompok pun digalakkan. “Jangan ada yang mau jalan kalau bukan rekan kita yang kasih instruksi. Ingat, kita harus cepat,” ujar Hok Lay menyemangati anggota kelompoknya.

“Lurus terus, sekarang belok kanan, jongkok, Shixiong. Luruskan tangannya ke dalam pot. Turun lagi, Shixiong,” seru Johar Chow dari Kelompok Elang kepada rekannya. Tak terasa waktu yang diberikan selama satu jam sudah habis dan para ketua kelompok diminta untuk menghitung korban yang telah diselamatkan timnya. “Tim Biru menyelamatkan 104 korban. Tim Garuda menyelamatkan 102 korban, dan pemenangnya Tim Elang dengan menyelamatkan 110 korban,” seru Cerah Iskradono. “Bagaimana nih kiat-kiatnya Tim Elang bisa menang?” tanya Cerah kepada Jhonny Chang, Ketua Kelompok Tim Elang. “Karena kami Tim Elang, dengan Mata Elang, kami sigap melihat di mana korban-korban berada,” jawab Jhonny Chang.

“Sebenarnya, tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih kekompakkan dan kepercayaan. Di dalam suatu Tim, terlebih adalah Tim Tanggap Darurat, semua anggota di dalamnya haruslah bergerak dengan satu misi, percaya kepada rekannya, apalagi kepada Korlapnya, dan harus selalu kompak saat membantu para korban,” jelas Cerah Iskradono.

Ikrar Tim Tanggap Darurat
Setelah lelah beraktivitas, para relawan TTD tetap bersemangat mengikuti pelatihan. Kali ini para relawan diminta berbaris rapi dan saling memijat punggung teman di depannya. Dengan antusias dan penuh kegembiraan, mereka dengan kompak dan tawa canda terus memijat tanpa mengeluh. Penghargaan pun kemudian diberikan pada ketiga kelompok. “Satu untuk semua,” kata Cerah Iskradono ketika memberikan sebatang cokelat untuk setiap kelompok.

 “Apakah Shixiong semuanya mau berikrar demi TTD?” pancing Cerah kepada para relawan. Ia pun mengajak para relawan berikrar. “Saya (sebut nama) berjanji mulai sekarang dan seterusnya akan menjadi relawan Tzu Chi yang membantu dan menyelamatkan semua orang,” kata Cerah dan diikuti relawan lainnya. Akhirnya, satu per satu relawan maju ke depan untuk mengucapkan ikrarnya.

foto  foto

Ket: - Sebatang cokelat yang manis menyatukan dan membentuk tim yang kokoh  (kiri).
         - Senter dan jeruk diberikan kepada para relawan TTD. Senter dan baterai disimbolkan sebagai penerang             dalam gelap, dan jeruk disimbolkan sebagai buah keluarga dalam kekeluargaan Tim Tanggap Darurat             Tzu Chi. (kanan)

Pergantian Ketua
Hari itu merupakan hari yang istimewa bagi para Tim Tanggap Darurat. Adi Prasetio yang telah menjadi Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi selama 3 tahun, meregenerasikan jabatannya kepada seseorang yang telah berdedikasi di Core Team, yaitu Joe Riadi. Dalam pengalamannya, Adi Prasetio telah mendistribusikan bantuan Yayasan Buddha Tzu Chi, baik skala nasional maupun internasional. Joe Riadi dikatakannya sebagai generasi berjiwa muda yang berdedikasi dan sangat cocok dengan jabatan Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi.

Serah terima jabatan yang ditandai dengan penyerahan ransel Tzu Chi oleh Adi Presetio dan Hong Tjhin. “Saya akan mengadakan pelatihan seperti ini 4 kali dalam setahun. Semoga Tim Tanggap Darurat semakin kompak dan maju,” ujar Joe Riadi menutup pelatihan hari itu.

Tenda yang dibangun sehari sebelumnya pun mulai dirapikan dan disimpan di gudang logistik. Setiap relawan peserta pelatihan Tim Tanggap Darurat ini juga diberikan senter dan baterai yang disimbolkan sebagai penerang dalam gelap, dan sebuah jeruk yang disimbolkan sebagai buah keluarga dalam kekeluargaan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi.
Selesai

  
 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Sebuah Nasihat dan Rasa Syukur

Suara Kasih: Sebuah Nasihat dan Rasa Syukur

16 Juni 2010
Di Universitas Tzu Chi terdapat kisah seorang siswa yang. Siswa bermarga Li mengalami kecelakaan tiga tahun lalu. Ia tak sadarkan diri selama beberapa bulan. Ibunya mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru bahasa Inggris untuk menjaga dan mendampingi anaknya.
Aliran Nan Jernih yang Mencemerlangkan Dunia

Aliran Nan Jernih yang Mencemerlangkan Dunia

28 Februari 2009 ”Mengandalkan kekuatan bicara dari mulut ke mulut tidaklah cukup, melainkan harus memanfaatkan kekuatan media massa. Menolong orang lain harus dimulai dari menjernihkan hati terlebih dahulu, dan menolong hati jauh lebih utama daripada menolong secara fisik,” demikian wejangan Master Cheng Yen.
Setetes Darah Untuk Kehidupan

Setetes Darah Untuk Kehidupan

29 November 2018

Bagi Juni Haryanto, ini adalah pengalaman pertama mendonorkan darahnya. Ia terpanggil untuk bersumbangsih bagi sesama di Biak. Walaupun sempat tegang juga akhirnya ia berhasil dalam mendonorkan darahnya.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -