Setiap kali melihat tayangan baksos kesehatan yang disiarkan oleh DAAI TV, Master Cheng Yen selalu dengan tulus beranjali dan mengucap syukur kepada seluruh insan Tzu Chi. “Di tempat yang tidak dapat saya tuju dan jangkau, para relawan TIMA membantu saya untuk merangkul, menghibur dan melenyapkan penderitaan mereka,” kata Master Cheng Yen dalam ceramahnya.
Sebanyak 46 tenaga kesehatan (Nakes) mengikuti pelatihan pertama calon anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang diselenggarakan pada Minggu, 28 Juli 2024 di Tzu Chi Center Jakarta dan diikuti juga para calon anggota TIMA lainnya di berbagai kota melalui sambungan Zoom. Di Medan, para relawan berkumpul di Gedung Tzu Chi Medan, Komplek Cemara Asri. Acara yang berlangsung serentak dengan 6 kota lainnya mendapat dukungan dari 11 orang relawan TIMA dan 25 relawan komunitas yang bertugas sebagai panitia dan mentor.
Selain memperkenalkan Riwayat Tzu Chi, TIMA dan Misi Kesehatan, Tata Krama serta Budaya Humanis Tzu Chi, acara yang berlangsung selama sekitar 6 jam dimulai dari pukul 09.00 WIB diisi dengan serangkaian sesi yang bertujuan untuk memperkenalkan beragam bentuk kegiatan dan wadah pelatihan diri yang ada di Tzu Chi. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan diantara sesama relawan TIMA dan relawan Tzu Chi di komunitas yang akan bahu-membahu terjun di tengah masyarakat bersumbangsih tanpa pamrih, menghimpun berkah dan memupuk jiwa kebijaksanaan.
Dalam kesempatan yang ada, para peserta juga diajak untuk mendengarkan sebuah tayangan sesi sharing antara Master Cheng Yen dengan relawan TIMA. Selain terharu dengan kesungguhan hati mereka dalam memperpanjang barisan TIMA, Master Cheng Yen juga kagum dengan semangat para relawan TIMA yang bahu-membahu dengan relawan komunitas dalam mengusap air mata mereka yang menderita seperti melalui kegiatan yang ada di Misi Amal dan Kesehatan; yaitu dengan melenyapkan penderitaan, memberikan kebahagiaan dan melindungi kesehatan bagi mereka yang membutuhkan.
Penyakit adalah penderitaan. Ketika sakit, kita berharap ada dokter yang dapat melenyapkan penyakit kita. Master Cheng Yen sangat bersyukur dengan kesungguhan hati dari para relawan TIMA dalam memperhatikan nyawa setiap orang dan menghormati kehidupan dengan cinta kasih.
Relawan TIMA bersama dengan relawan komunitas mengadakan kunjungan kasih dan pendampingan medis kepada salah satu penerima bantuan pengobatan.
“Dokter dan perawat yang baik harus memiliki potensi kebajikan, bukan hanya keterampilan. Keterampilan dapat dipelajari, sedangkan potensi kebajikan dapat menciptakan dokter yang baik. Mereka tidak hanya mengobati penyakit pasien, tetapi juga dapat memahami kondisi kesulitan mereka. Kemudian tim medis dapat bekerja sama dengan tim misi amal untuk mencurahkan perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Begitulah kekuatan cinta kasih,” kata Master Cheng Yen dalam ceramahnya.
“Setelah memikirkan dan melihat penderitaan, kita bertindak untuk membawakan bantuan. Jika tidak, pasien akan terus menderita. Jadi, setiap orang sangat menantikan baksos kesehatan yang kita adakan. Saya sering berkata bahwa usia tua membawa penderitaan. Ketika orang menjadi tua, mereka kehilangan motivasi dan rasa berharga pada dirinya. Seorang Lansia akan merasa kehilangan banyak hal. Banyak orang yang hidup dalam kondisi seperti ini. Hanya dokter dan perawatlah yang dapat mengerti rasa sakit yang ada pada tubuh mereka dan membantu mengobatinya. Dalam baksos kesehatan, saya melihat bahwa setiap relawan membantu para Lansia untuk menyiapkan hal-hal yang mereka butuhkan. Begitulah cinta kasih tulus yang sangat menyentuh,” kata Master Cheng Yen dalam tayangan video ceramahnya.
Selain memperkenalkan Riwayat Tzu Chi, TIMA dan Misi Kesehatan, para peserta pelatihan juga diajak untuk ikut mempelajari Tata Krama dan Budaya Humanis Tzu Chi yang merupakan bagian dari upaya-upaya menghimpun berkah dan memupuk jiwa kebijaksanaan hidup.
Di depan para hadirin, dr Hedy Tan berpesan bahwa Tzu Chi merupakan organisasi kemanusiaan yang tidak membedakan suku, ras dan agama. Selain memupuk berkah, relawan juga berkesempatan untuk melatih diri.
Dalam sambutannya, dr. Hedy Tan selaku Ketua TIMA Sumut merasakan sukacita dengan perkembangan TIMA Sumut dari sejak awal lahirnya di tahun 2006. “Saat ini sudah lebih dari 105 Nakes yang bergabung di TIMA Medan. Saya sendiri merasakan kehidupan yang penuh berkah terjun di tengah masyarakat bersama dengan para relawan komunitas membantu mereka yang membutuhkan serta memberikan kebahagiaan. Dari Master Cheng Yen, saya belajar untuk bukan hanya sekedar mengobati, tetapi bagaimana caranya kita bisa memberikan makna kesehatan serta nilai-nilai kehidupan kepada sesama,” ungkap dr Hedy Tan.
Beragam calon anggota TIMA yang hadir. Ada yang berprofesi sebagai perawat, bagian farmasi, dokter umum, dokter gigi hingga dokter spesialis. Diantara mereka, ada beberapa yang ingin berbagi kesan batin apa yang menjadi motivasi untuk melangkah masuk ke dunia Tzu Chi.
Selain kegiatan-kegiatan baksos yang ada di Misi Kesehatan, relawan TIMA juga berkesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di badan misi lainnya, misalnya kelas praktik foto jurnalistik di Misi Budaya Humanis.
Drg. Stefen Widoko dan dr Piyanto Halim yang sama-sama pada awalnya mengenal Tzu Chi melalui kegiatan misi pelestarian lingkungan sangat terkesan dengan kesungguhan hati dan kewelasasihan Master Cheng Yen dalam membangun sebuah dunia yang lebih baik. “Setelah mendengar ulasan dan mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan, kami menjadi lebih mengerti walaupun nilai barang-barang daur ulang mungkin tidak seberapa, tetapi hasilnya bisa digunakan untuk membantu sesama. Bagaikan butiran padi yang akan memenuhi lumbung, upaya PL merupakan salah satu wujud himpunan tetesan cinta kasih. Tentunya kami sebagai Nakes merasakan makna kehidupan yang mendalam melalui kegiatan yang ada di misi pelestarian lingkungan,” ungkap drg Stefen dan dr Piyanto dengan penuh keyakinan.
Berbeda dengan drg. Dora Lautan yang awal mengenal dunia Tzu Chi melalui tayangan DAAI TV. Beliau merasakan keinginan untuk terus mengembangkan dirinya menjadi seorang yang berbudi luhur. “Tentunya saya merasakan sukacita yang mendalam bisa mengikuti acara hari ini. Dari DAAI TV, saya banyak mendapatkan makna-makna keindahan, kebaikan dan kebenaran kehidupan. Semoga saya bisa terus memberikan manfaat buat diri saya sendiri dan juga khalayak banyak. Sungguh sebuah cita-cita luhur bisa terhimpun di dalam satu keluarga besar Tzu Chi; membina diri, mempraktikan kebenaran dan bersama-sama dengan sesama untuk menggarap ladang berkah, serta membantu Master Cheng Yen menjalankan misi dengan sepenuh hati,” ungkap drg Dora bertekad.
Wakil Ketua Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi juga turut membawa pesan Master Cheng Yen dan berharap semoga dengan tekad luhur, kita semua bisa terus menghimpun kekuatan dan tekad untuk mengusap air mata mereka yang menderita.
Wakil Ketua Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi tersentuh dengan dukungan yang diberikan sehingga pelatihan hari ini dapat berlangsung dengan baik. Ia sangat bersyukur dengan kesungguhan hati para panitia, koordinator dan peserta yang sudah meluangkan waktu di hari Minggu. “Sesungguhnya kita semua andil dalam mewujudkan sebuah dunia yang lebih baik; yaitu dengan senantiasa memperpanjang barisan Tzu Chi, mengajak lebih banyak lagi segala lapisan masyarakat untuk sama-sama berbuat kebaikan. Kebaikan-kebaikan bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga yang bermanfaat untuk khalayak banyak. Master Cheng Yen selalu berpesan orang yang penuh berkah harus menghargai berkah dan terus menciptakan berkah. Seperti yang disampaikan melalui ceramahnya, semoga dengan tekad luhur, kita bisa terus menghimpun kekuatan dan tekad untuk mengusap air mata mereka yang menderita,” kata Sylvia di akhir pelatihan.
Editor: Hadi Pranoto