Dari kiri ke kanan, ada Nicholas, Alvenia, dan Daniel Tanuwijaya, selaku Ketua dan Wakil Ketua Tzu Ching Indonesia memperkenalkan diri dan membacakan struktur kepengurusan Tzu Ching untuk dua tahun periode.
Memperpanjang barisan dan meneruskan tongkat estafet relawan Tzu Chi merupakan salah satu tanggung jawab yang diemban oleh relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching). Karena itu pada Minggu, 9 Juni 2024, Tzu Ching Indonesia mengadakan pelatihan bagi 32 calon relawan muda-mudi asal Jakarta dan Tangerang. Pelatihan ini diadakan di Tzu Chi Center, PIK.
Pelatihan berisikan materi berupa pengenalan struktur Tzu Ching, sejarah Tzu Chi, pengenalan misi amal, misi kesehatan, briefing tata krama, dan dilengkapi dengan tour Aula Jing Si. Dengan pelatihan ini, calon relawan Tzu Ching dapat memperkaya batin dan wawasan mengenai Tzu Chi sebagai bekal untuk praktik berkegiatan Tzu Ching.
Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini dibuka dengan kata sambutan dan pengenalan struktur kepengurusan Tzu Ching oleh Daniel Tanuwijaya, selaku Ketua Tzu Ching Indonesia. Dalam kesempatan ini, Daniel juga menyampaikan misi Tzu Ching regional, yaitu sistem pembagian relawan Tzu Ching per wilayah universitas maupun sekolah di Jakarta dan Tangerang dengan harapan Tzu Ching dapat menggapai lebih banyak calon relawan muda di daerah masing-masing.
Mengingat Tzu Ching akan bermuara pada Tzu Chi komunitas di kemudian hari, Daniel juga mengimbau agar relawan muda-mudi dapat turut serta berpartisipasi dan belajar dari kegiatan relawan senior di komunitas Tzu Chi sejak dini di sela berkegiatan Tzu Ching.
Yessie Shigu mendengarkan dengan seksama pertanyaan dari Chessy Miller (kanan) dalam sesi pengenalan misi amal.
Muhammad Rizki (tengah) memberikan kesan pesan selama mengikuti kegiatan Tzu Ching.
Masuk pada materi pengenalan tentang Tzu Chi, mencakup sejarah terbentuknya Tzu Chi dan sosok Master Cheng Yen sebagai pendiri Tzu Chi disampaikan oleh Hoklay, relawan senior. Tidak hanya menjabarkan kisah perjalanan Master Cheng Yen dalam mendirikan Tzu Chi di Taiwan, Hoklay juga menjelaskan sejarah Tzu Chi Indonesia dan bentuk nyata sumbangsih relawan Tzu Chi Indonesia. Hoklay pun mengutip perkataan Master Cheng Yen, “Di manapun kita tinggal dan menetap, kita harus menjunjung tempat kita berpijak”, yang bermakna relawan Tzu Chi Indonesia harus merealisasikan wujud syukur, hormat, dan cinta kasih terhadap Indonesia, tempat kita tinggal.
Pengenalan misi amal dibawakan oleh Yessie Christina. Selain menjelaskan sejarah dan filosofi misi amal, ia juga menceritakan contoh pasien kasus yang sedari tahun 2016 hingga kini ia dan para relawan Tzu Chi dampingi. Kesempatan untuk bertanya disampaikan oleh Chessy Miller yang dilantik hari itu untuk bertanya kepada Yessie.
“Selama menjalankan misi amal, apakah Shigu pernah terlibat dalam konflik antar relawan? Jika pernah, bagaimana Shigu memanajemen konflik tersebut?” tanyanya.
Yessie pun menjawab bahwa antar relawan harus bersatu hati dan pikiran untuk menyamakan visi misi agar terhindar dari konflik. “Bila terlanjur terjadi konflik, maka diskusi menjadi jalan keluar untuk mencari akar masalah dan kita harus segera memperbaikinya,” jawabnya.
Richella Chuandrawinata menyampaikan kesannya tentang pelatihan Tzu Ching kali ini.
Kekompakan relawan Tzu Ching saat bermain mini games.
Sesi materi diselingi dengan tur Aula Jing Si yang mencakup relief kehidupan, kereta lembu putih, exhibition hall, Fu Hui Ting, pintu tembaga, Jiang Jing Tang, dan replika pondok Master Cheng Yen. Peserta yang sedari awal sudah dibagi lima kelompok bergerak menuju pos dan mendengarkan penjelasan filosofi dari masing-masing ruangan yang dibawakan oleh kakak kelas Tzu Ching (Xue Zhang Jie). Semua tempat di Aula Jing Si mengandung filosofi dan makna yang berarti.
Kembali pada ruang kelas, misi kesehatan dibawakan oleh Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital. Ia menjabarkan bagaimana perjalanan misi kesehatan di Tzu Chi bisa terbentuk hingga jumlah RS yang kini berdiri di Taiwan dan Indonesia. Ia juga menyampaikan pesan cinta kasih di akhir acara. “Anak muda Tzu Ching selain aktif berkegiatan juga harus aktif merekrut relawan baru untuk memperpanjang barisan Tzu Chi”.
Dengan sesi materi yang diberikan, tak hanya pengetahuan tentang Tzu Chi yang diperoleh namun semangat untuk melangkah di jalan Tzu Chi juga membara di hati para peserta. Seperti Muhammad Rizki, Tzu Ching asal Tangerang yang dilantik hari itu. Rizki yang sudah mengikuti kegiatan Tzu Ching sebagai relawan rompi di tahun 2023 memiliki tekad untuk terus semangat menjalankan kegiatan Tzu Chi.
“Saat menonton ceramah Master Cheng Yen saya merasa tersentuh, beliau di Taiwan tapi sangat peduli dengan semua orang dan relawan, seperti waktu terjadi gempa di Jepang, Master Cheng Yen memastikan keselamatan para relawan terlebih dahulu, baru meminta relawan untuk membantu masyarakat. Master Cheng Yen punya spirit (semangat) dan hati yang sangat saya kagumi,” tutur Rizki.
Seluruh peserta Tzu Ching, panitia Tzu Ching, dan Xue Zhang Jie (kakak kelas Tzu Ching) berfoto bersama.
Richella Chuandrawinata, siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sekaligus peserta pelatihan juga merasa senang bisa bergabung menjadi barisan relawan Tzu Ching. Dari pelatihan ini Richella jadi mengetahui perjuangan Master Cheng Yen dalam membangun Tzu Chi dan rumah sakit di Hualien tidaklah mudah. Ia juga kagum dengan filosofi celengan bambu yang digalang oleh Master Cheng Yen dan 30 ibu rumah tangga untuk misi amal.
“Master Cheng Yen ingin kita untuk menyisihkan dana amal setiap hari, bukan sebulan sekali, sebab Master Cheng Yen ingin para relawan setiap harinya memiliki sebersit niat baik,” ulang Richella mengingat pesan Master Cheng Yen. Richella juga bertekad untuk meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan hati untuk menjadi relawan Tzu Ching.
Menambah keakraban para relawan Tzu Ching, mini games dan ice breaking juga diselipkan di sela pelatihan. Semoga wawasan, canda tawa, dan suka yang diperoleh hari ini dapat diingat dan diteruskan dalam langkah perjalanan kerelawanan para muda-mudi Tzu Ching. Semangat dan selamat bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi, para relawan Tzu Ching!
Editor: Khusnul Khotimah