Pelestarian Batin untuk Palu Bangkit
Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Arimami SA, Erli Tan, Tan Surianto (HQ Utara 1)Tahun ini adalah pertama kalinya Kata Perenungan Jing Si dikenalkan di kota Palu. Selasa, 1 Oktober 2019 penempelan poster Kata Perenungan Jing Si dilakukan di SD, SMP dan SMA Karuna Dipa.
“Kenapa alam kita bisa begitu panas? Itu semua akibat ulah siapa, hayo?”
“Manusia!”
“Karena kita manusia menjaga alam kita dengan baik gak?”
“Engga..!”
“Engga, makanya akan terjadi..? terjadi apa?”
“Bencana!”
Di hadapan anak-anak SD Karuna Dipa Palu, Puspawati berinteraksi dan menyampaikan betapa pentingnya menjaga lingkungan agar dapat terhindar dari bencana. Satu tahun sudah peristiwa gempa, tsunami, dan likuifaksi terjadi di Palu dan sekitarnya. Bencana bisa terjadi juga akibat perbuatan manusia, inilah yang menggerakkan hati Puspawati untuk membimbing warga agar lebih sadar dan cinta lingkungan.
Di hadapan anak-anak SD Karuna Dipa Palu, Puspawati berinteraksi dan menyampaikan betapa pentingnya menjaga batin dan lingkungan agar terhindar dari bencana.
“Kita belajar mulai dari pelestarian batin kita, kalau batin selalu dalam kondisi baik, berkesadaran, kita bisa memilah, ini baik atau engga, ini bagus atau engga, ini betul atau engga. Itu semua dari batin kita yang bersih. Bencana muncul karena adanya aura negatif, jadi kita himpunlah energi positif itu agar kita terhindar dari bencana,” ucap Puspawati dengan semangat di hadapan warga Palu sesaat sebelum proses verifikasi berlangsung. Proses verifikasi sendiri diadakan dari tanggal 27 September – 1 Oktober 2019.
Saat itu, agenda kedatangan Puspawati bersama sejumlah relawan Jakarta ke Palu adalah melakukan verifikasi dan survei warga penerima bantuan rumah pasca bencana. Namun, setiap ada kesempatan bicara, ia akan bicara pelestarian lingkungan. Ia sadar, pelestarian lingkungan tidak mungkin berhasil jika dilakukan segelintir orang saja. Dua kali datang ke Palu, ia sudah mensosialisasikan pelestarian lingkungan di 2 lokasi verifikasi dan 4 lokasi sekolah.
“Saya selalu ingat apa yang Master Cheng Yen katakan, pelestarian batin adalah yang utama, dengan batin yang bersih barulah kita bisa membersihkan lingkungan sekitar kita. Makanya saya selalu menyampaikan bahwa pelestarian batin dimulai dari pikiran kita yang berpikir yang baik, berucap yang baik, sehingga perbuatan kita juga jadi baik,” tukasnya.
Selain di sekolah, pada beberapa kesempatan, Puspawati juga berbicara pelestarian lingkungan di hadapan warga yang akan menjalani proses verifikasi.
Puspawati juga dengan sabar menyampaikan satu per satu caranya, yaitu dengan menghemat air, listrik, menggunakan botol minum yang bisa dipakai terus, membawa kotak makanan, ambil makanan secukupnya, serta tidak membuang makanan. Bicara soal makanan, ia merasa sedih.
“Saat bencana semuanya kekurangan, air gak ada, biar ada uang juga gak bisa beli air, makanan gak ada, sekarang semuanya ada tapi dibuang-buang,” katanya. Hatinya perih karena tidak tega seandainya bencana kembali datang akibat ulah manusia. Ironisnya, semuanya merasakan penderitaan itu saat gempa, tapi ia menemukan masih juga ada warga yang tidak sadar untuk menghargai makanan dan minuman. Kepada para siswa, ia amat menekankan masalah ini, karena membuang makanan, sama artinya dengan membuang berkah.
Usai Puspawati menyampaikan pelestarian lingkungan di hadapan siswa-siswi SMAS Advent Palu, Grace Allen Ganna sebagai kepala sekolah pun berkomentar, “Sungguh ini luar biasa, ini bukan kebetulan, ini bagian dari rencana Tuhan. Materinya sangat mendidik dan sungguh menimbulkan kasih sejati juga, yang mudah-mudahan dapat kita bagi bersama. Budaya bersih itu sehat, budaya bersih itu harus, dan yang terutama cinta kasih. Ketika kita memiliki cinta kasih, sudah pasti kita akan membudayakan kebersihan dan kesehatan. Dan itu semua merupakan budaya yang akan kita bawa sampai mati,” ujarnya gembira yang kemudian diaminkan oleh siswa-siswinya.
Relawan foto bersama guru dan murid SMAS Advent Palu usai sesi sosialisasi. Grace Allen Ganna (paling kiri) pun tidak menyangka materi yang disampaikan relawan sungguh bermakna bagi para siswanya.
Poster Kata Perenungan Jing Si Pertama Kali di Palu
Mendapat sambutan baik dari sekolah-sekolah,
maka pada kunjungan berikutnya Puspawati membawa poster Kata Perenungan Master
Cheng Yen dari Jakarta, yang isinya tentang pelestarian lingkungan. Tahun
ini adalah 30 tahun Kata Perenungan Jing
Si, tahun ini pula Kata Perenungan Jing
Si pertama kali dikenalkan di Palu. Pada 1 Oktober 2019, relawan melakukan
penempelan Kata Perenungan (好話一條街) di Sekolah Karuna Dipa.
“Relawan datang ke sini sangat membantu kami untuk memberikan pengertian kepada anak-anak terutama melalui penempelan kata-kata bijak, itu adalah suatu pendidikan karakter, yang sesuai dengan pendidikan sekarang yaitu kurikulum 2013. Saya lihat itu ada tulisan-tulisan yang menggugah hati anak-anak untuk membaca. Setelah baca tentunya mereka akan menghayati, melakukan sesuatu yang positif di lingkungan keluarga maupun lingkungan teman-teman di sekolah,” kesan Alwestin Balerante, Kepala SD Karuna Dipa Palu.
Relawan bersama beberapa guru memperlihatkan beberapa poster yang akan ditempel di SMP Karuna Dipa Palu, Sulawesi Tengah.
Selain poster, sebelumnya relawan sudah membawakan buku kecil Kata Perenungan Jing Si, brosur pelestarian lingkungan, dan brosur pembuatan eco enzym sampah organik, untuk dibagikan ke guru-guru dan murid-murid.
Sementara itu Jusmin, S.Pd, Kepala SMA Karuna Dipa juga berkomentar usai penempelan poster. “Ini memberikan motivasi kepada siswa bahwa kita itu harus baik kepada siapapun. Sangat bagus untuk pengembangan karakter siswa dan tentu merupakan motivasi kepada guru, yaitu warga persekolahan Karuna Dipa ini untuk semakin baik ke depan.”
Setelah menempel poster Kata Perenungan Jing Si, Puspawati berharap dharma yang dilihat anak-anak setiap harinya melalui poster ini bisa mereka simpan dalam batin dan praktikkan. “Anak-anak SD, SMP, SMA itu adalah benih-benih yang harus ditanamkan sejak awal, sehingga saat mereka dewasa, mereka tetap ingat apa yang telah mereka lihat dan praktikkan selama ini,” katanya. Ia pun berharap dapat kembali berinteraksi dengan guru dan murid-murid sekolah tatkala ia kembali lagi ke Palu, karena melalui pendidikan dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
Usai menempel poster, Kepala SD Karuna Dipa Palu, Alwestin Balerante berkomentar bahwa kata perenungan ini sangat bagus dan ditujukan untuk semua orang, bukan hanya anak-anak saja.
Dua kali hadir di Palu, Puspawati terharu karena mendapat pemahaman yang sangat mendalam. Dari Dharma yang ia dengar dari Master Cheng Yen, guru insan Tzu Chi, semuanya dapat ia lihat dan buktikan sendiri di Palu, terutama mengenai ketidakkekalan dan hukum sebab akibat. Karenanya ia pun amat bersyukur, selain diri sendiri lebih mawas diri, juga bisa berbuat untuk orang lain.
“Saya merasa sangat bersyukur bisa berjodoh dengan guru kita, karena kita bisa melihat segala sesuatu itu adalah tidak kekal, dan melihat begitu banyak penderitaan mereka, kita juga merasa sedih,” matanya seketika sembab karena terharu. Ia baru bisa melanjutkan setelah menahan haru beberapa saat, ”tapi bukan hanya sedih, makanya saya berusaha bagaimana agar mereka memahami untuk memulai kehidupan yang lebih baik, untuk bertobat dan berusaha melakukan hal-hal baik. Hal-hal baik yang mereka lakukan sebenarnya kembali lagi untuk mereka sendiri, bukan untuk orang lain. Agar kehidupan mereka lebih baik, hidup rukun dan harmonis sehingga bisa terlepas dari bencana alam.”
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Pelestarian Batin untuk Palu Bangkit
15 Oktober 2019Seusai melakakukan verifikasi dan surve warga calon penerima bantuan rumah di Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah, relawan juga mensosialisasikan budaya humanis dan gerakan pelestarian lingkungan. Caranya dengan menempelkan Kata Perenungan Master Cheng Yen di sekolah-sekolah di Kota Palu.