Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 berkumpul di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Center, PIK untuk melakukan pemilahan botol plastik.
Pada Minggu pagi, 20 Maret 2022, sebanyak 13 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 sudah berkumpul di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Center, PIK untuk melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan. Mengawali kegiatan, Usman Sutanto sebagai koordinator kegiatan memberikan penjelasan kepada beberapa relawan baru tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.
Penjelasan tersebut meliputi tentang barang yang di terima dan tidak oleh Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Sebagai contoh sampah basah, lampu neon rusak, batu baterai bekas, dan beberapa jenis barang bekas lainnya. Sedangkan barang bekas yang paling banyak masuk ke depo adalah dari jenis plastik seperti PET, HDPE, PVC, dan lain-lain. Usman juga menjelaskan cara memilah botol-botol plastik bekas supaya lebih ada nilai jualnya.
Setelah memahami penjelasan, para relawan langsung memulai proses pemilahan botol. Terlihat antusias dari para peserta, tumpukan botol yang tadinya banyak dalam sekejab langsung selesai dipilah. Di antara relawan baru yang hadir ada sepasang suami istri yaitu Idris Kusuma dan Minarti. Mereka berdua terlihat sangat antusias, cekatan, semangat, dan terlihat senang sekali melakukan pemilahan botol.
Pasangan Idris Kusuma dan Minarti yang baru pertama kali ikut kegiatan pelestarian lingkungan begitu antusias saat melilah botol plastik bekas.
“Saya baru tahu loh, botol-botol plastik dipilah caranya seperti ini sehingga bisa di jual dan di daur ulang menjadi barang lain yang bermanfaat. Lalu hasil penjualannya bisa digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan. Mulai sekarang saya akan mengumpulkan botol-botol plastik bekas dan akan kirim kesini,” kata Minarti dengan ekspresi wajah senang.
Setelah selesai pemilahan botol, Usman kemudian melanjutkan penjelasan tentang cairan Eco Enzyme. Cairan berbahan dasar sampah organik tersebut diteliti dan diformulasikan oleh doktor Rosukon dari Thailand dan sudah mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Eco Enzyme ini juga disebut cairan ajaib karena memiliki banyak manfaat terutama untuk bumi kita. Bisa sebagai cairan pembersih untuk mencuci peralatan rumah tangga, sebagai pupuk penyubur tanaman, pembersih air, pembersih udara, dan lainnya. Penjelasan Usman tentang Eco Enzyme dimulai dari dari cara membuat, cara panen, dan cara menggunakan cairan Eco Enzyme. Karena di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Center juga membuat cairan Eco Enzyme yang sudah siap di panen, maka di praktekkan pula juga cara panen Eco Enzyme.
Dalam rangka Hari Air Sedunia, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 menuangkan 79 liter cairan Eco Enzyme ke danau di Perumahan Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk.
Setelah mendengar penjelasan tentang Eco Enzyme, Idris Kusuma berkata kepada Minarti istrinya. “Kita kan sering buat jus buah, nanti kulit buahnya kita coba untuk membuat Eco Enzyme ya.” Suami istri tersebut sangat terkesan akan manfaat dari Eco Enzyme. Setelah kegiatan selesai, para peserta juga berdiskusi tentang kegiatan yang baru mereka lakukan. Setelah itu, pukul 10.00 WIB, para peserta kegiatan pulang ke rumah dengan membawa sebotol Eco Enzyme untuk di coba di rumah masing-masing.
Selain berkegiatan di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Center, PIK, menjelang sore hari sebanyak 27 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 bergerak menuju Perumahan Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk. Karena bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia, para relawan tersebut mengadakan kegiatan penuangan Eco Enzyme di perbatasan danau antara Cluster Ebony dan Cluster Kenari di perumahan tersebut.
Menurut relawan Sujono dan Tjai Phin yang menjadi kordinator lapangan, sebanyak 79 liter cairan Eco Enzyme akan dituangkan ke dalam danau. Tujuan kegiatan penuangan Eco Enzyme ini sebagai upaya untuk menjernihkan air dan pemurnian udara di sekitar danau yang mulai kotor. Karena Eco Enzyme ini dipercaya bisa mengurai mikroba yang tidak baik dalam danau dan mengubah ekosistem di danau menjadi lebih baik.
Marcello, bodhisatwa kecil dibantu kedua orang tuanya saat menuangkan cairan Eco Enzyme ke danau.
Kegiatan penuangan Eco Enzyme kali ini sangat istimewa, karena dihadiri juga oleh Bodhisatwa kecil berumur 3,5 tahun yang bernama Marcello. Ia datang bersama kedua orang tua beserta kakek dan neneknya. Saat penuangan, Marcello digendong oleh mamanya dan dibantu papanya, dengan semangat dan antusias mereka bertiga menuangkan Eco Enzyme ke dalam danau.
Sungguh luar biasa melihat Bodhisatwa kecil telah diajarkan mencintai lingkungan dan pengetahuan tentang Eco Enzyme di dalam keluarga. Benny Salim, aya dari Marcello juga menerangkan bahwa di rumah selalu menambahkan cairan Eco Enzyme ke sabun pencuci piring dan cairan pembersih lantai. Selain hasilnya lebih bersih, juga mencegah tangan tidak iritasi ketika mencuci piring atau mengepel lantai.
Sujono, koordiantor lapangan penuangan Eco Enzyme sedang berdiskusi dengan pasangan relawan Tan Lie fin dan Mimi Tjondro.
Lain lagi dengan pasangan Tan Lie Fin dan Mimi Tjondro yang mulai membuat Eco Enzyme dimasa pandemi dan merasakan manfaatnya. Manfaat yang paling dirasa oleh Mimi adalah setiap ada gigitan nyamuk langsung di oles Eco Enzyme. “Sebentar saja rasa gatal dan bengkaknya hilang. Kalau kena cipratan minyak saat masak juga langsung dioleskan. Sudah terbukti cepat sembuh tanpa meninggalkan bekas,” tukas Mimi.
Relawan-relawan yang aktif dalam Pelestarian Lingkungan Tzu Chi terus mengedukasi masyarakat dengan prinsip 5R (Rethink, Reduce, Repair, Reuse dan Recycle). Selain itu relawan juga terus mensosialisasikan pembuatan dan pemanfaat Eco Enzyme untuk menjaga kelestarian bumi.
Editor: Arimami Suryo A