Pelita Yang Menerangi Hati

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

fotoKunjungan kami hari itu membuat Nenek Chen Yin Hao (70) meneteskan air mata karena perhatian dan cinta kasih yang diterimanya dari insan Tzu Chi sangat menyentuh hatinya.

Panas mentari di pagi hari yang indah, tetap membangkitan semangat para relawan Tzu Chi untuk berkumpul di Jing-Si Books and Cafe Pluit, Jakarta Utara pada hari Minggu 5 Juni 2011 pukul 09.00 WIB. Hari itu para relawan akan melakukan kunjungan kasih ke beberapa rumah Gan En Hu (penerima bantuan pengobatan Tzu Chi).

Setelah mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen dan mendapatkan pengarahan dari Liwan Shixiong selama 30 menit, maka  kami pun mulai dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya beserta delapan relawan lainnya sangat beruntung dapat bersama dengan Lulu Shijie (relawan Tzu Chi yang aktif dalam penanganan pasien kasus) dalam melakukan kunjungan kasih ini.

Kunjungan Pertama, Nenek Chen Yin Hao

Tepat pukul 09.55 WIB , kami 9 orang relawan pun memulai  perjalanan ini dengan dua buah Mobil.  Tempat tujuan pertama yang akan kami kunjungi adalah Rumah Susun Pluit Jakarta Utara. Bangunan Rusun Pluit yang sudah berusia 10 tahun ini tampak kusam dan terbengkalai dibandingkan apartemen–apartemen di sekitarnya. Kami pun mengunjungi salah satu rumah yang dihuni seorang diri oleh nenek renta bernama Chen Yin Hao (70). Ah, betapa sedihnya hati ini melihat kondisi rumahnya yang berantakan karena Nenek Chen baru mengemasi barang-barangnya. Nenek Chen tidak dapat berjalan normal dan harus dibantu dengan alat penyangga. Nenek Chen harus segera pindah dari Rusun Pluit dalam waktu 2 hari lagi karena surat peringatan dari pengelola Rusun Pluit yang akan membongkar bangunan ini.  Lulu Shijie menawarkan bantuan dengan meminta relawan Tzu Chi Tangerang untuk membantu  Nenek Chen yang akan tinggal di rumahnya yang baru di Tangerang.

Saat dibagikan bacang vegetarian, nenek Chen mulai meneteskan air mata karena perhatian dan cinta kasih yang diterimanya dari insan Tzu Chi sangat menyentuh hatinya. Untuk menghibur Nenek Chen,  kami melakukan Shou Yu (isyarat tangan) yang berjudul “Satu Keluarga”. Saat akan keluar rusun tersebut, Nenek Chen sangat berterima kasih dan mendoakan kami insan Tzu Chi. Semoga Nenek Chen dapat berbahagia di tempat tinggal barunya dan kami dapat berjodoh untuk melakukan kunjungan kasih kepadanya lagi.

foto  foto

Keterangan :

  • Minggu 5 Juni 2011, sejumlah relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih sambil membagikan bacang kepada para Gan En Hu. (kiri)
  • Dengan penuh perhatian, Lulu Shijie, relawan Tzu Chi menggunting kuku Nenek Tan Giok Lan yang tinggal di rusun Tanah Pasir. Nenek Tan meminta relawan dapat lebih sering mengunjunginya. (kanan)

Tiga Gan En Hu di Rusun Tanah Pasir
Kemudian perjalanan ini dilanjutkan ke daerah Jembatan Tiga, tepatnya di Rusun Tanah Pasir.  Tzu Chi memiliki beberapa orang Gan En Hu di tempat ini. Jalanan rusak dan berliku menuju Rusun Tanah Pasir tidak menyurutkan semangat kami, hingga tibalah kami di sebuah rumah. Rumah tersebut dihuni oleh Nenek Tan Giok Lan. Ia pernah dibantu Tzu Chi saat terkena stroke.  Nenek Tan yang tinggal berdua bersama suaminya ini tampak gembira menyambut kedatangan insan Tzu Chi. Wajahnya tampak masih cantik di usia senjanya (68 tahun). Setiap bulan Nenek Tan menerima bantuan untuk membiayai hidupnya.  

Kondisi kesehatan Nenek Tan tampak membaik walaupun belum dapat berjalan. Lulu Shijie membersihkan kuku Nenek Tan yang terus mengepal karena bekas stoke. Setelah sekitar 15 menit bercengkrama dengannya, kami menutup perjumpaan hari itu dengan  peragaan shou yu “Satu Keluarga”.  Nenek Tan sangat berkesan dengan shou yu tersebut dan  meminta kami dapat sering datang mengunjunginya. Kami semua senang sekali melihat kondisi Nenek Tan.

Nenek Wang Ze
Setelah itu kami menelusuri jalan Rusun Tanah Pasir di Blok C. Kami juga berkesempatan mengunjungi seorang nenek tua renta bernama Wang Ze. Nenek Wang adalah mantan pasien operasi katarak yang hidup seorang diri di rusun yang berukuran 2 x 3 meter persegi ini. Saat tiba, saya sangat terkesan melihat foto Master Cheng Yen dan relawan Tzu Chi yang menolongnya terpasang di dinding rumahnya. Sungguh terasa bangga dan penuh syukur melihatnya.

Nenek Wang bercerita dahulu dia tinggal di Singapura dan setelah suaminya meninggal, dia tinggal di Indonesia dan cucunya tinggal di blok atas di rusun yang sama. Seorang relawan menawarkan Nenek Wang sebuah celengan bambu sehingga dia dapat ikut mendonasikan uangnya untuk menolong orang lain yang membutuhkannya melalui Tzu Chi. Nenek langsung setuju dan sangat berterima kasih juga atas bacang yang diberikan oleh relawan. Saya sangat terkesan melihat nenek yang masih tampak segar dan sehat di usianya yang sudah 91 tahun ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan memberikan bacang vegetarian kepada Nenek Wang Ze. Walaupun telah berusia 91 tahun, Nenek Wang Ze masih tampak sehat dan segar. (kiri)
  • Gan En Hu terakhir yang kami kunjungi, Untung (38), sangat senang sekali menerima bacang vegetarian dan ia berjanji akan berbuat kebajikan apabila kelak ia telah sehat dan pulih kembali. (kanan)

Untung
Di ujung jalan Rusun Tanah Pasir, kami pun mengunjungi seorang pria bernama Untung yang terkena stroke akibat komplikasi hipertensi dan kolesterol.  Pria muda berusia 38 tahun ini memiliki seorang istri yang bekerja sebagai tukang cuci harian sehingga penghasilannya tidak tetap.  Sekarang pria ini sudah mulai belajar berjalan dibantu alat penyangga. Untung sangat senang sekali menerima bacang vegetarian yang diberikan kepadanya dan berjanji akan berbuat kebajikan apabila kelak dia telah sehat. Jalinan cinta kasih dari insan Tzu Chi di hari  Pek Cun (Bacang) telah menyentuh hati banyak Gan En Hu.

Saya pun teringat Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia.” Kunjungan kasih sambil membagikan bacang ini bagaikan  pelita, bukan saja bagi hati para Gan En Hu tetapi juga bagi hati relawan yang ikut serta pada kunjungan kasih ini. Terima kasih Master Cheng Yen untuk ajaranmu yang begitu Indah dan memberikan kami kesempatan untuk menanam banyak benih di ladang berkah ini. Saya bertekad akan menanam banyak benih yang baik dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi dan menjadi pelita bagi sesama yang membutuhkan.

  
 
 

Artikel Terkait

Berdoa Dengan Penuh Ketulusan

Berdoa Dengan Penuh Ketulusan

17 Mei 2018

Setiap tanggal 24 lunar, relawan Tzu Chi Pekanbaru selalu melakukan kebaktian Sutra Teratai. Berbeda dengan tanggal 24 lunar bulan yang lain, tanggal 24 lunar bulan 3 (09 Mei 2018) merupakan hari lahir dari Master Cheng Yen dan juga merupakan hari berdirinya Tzu Chi 52 tahun silam. Relawan memulai kebaktian dengan tulus pada pukul 19.00 WIB di Kantor Tzu Chi Pekanbaru.

 Pelita Yang Menerangi Hati

Pelita Yang Menerangi Hati

22 Juni 2011
Saat dibagikan bacang vegetarian, nenek Chen mulai meneteskan air mata karena perhatian dan cinta kasih yang diterimanya dari insan Tzu Chi sangat menyentuh hatinya.  Untuk menghibur Nenek Chen, kami melakukan Shou Yu (isyarat tangan)  yang berjudul “Satu Keluarga”.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -